Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mendadak Hutan Rimba

~seketika saja kantor kelurahan itu berubah jadi hutan rimba~

Nuansa mengikuti komando Wawan, dia menunggu di markas pohon piramida. Wawan ingin melakukan satu hal dulu. Sementara itu Simba masih mengejar macan kumbang. Mereka yakin, macan kumbang itu lari ke asalnya, ke hutan misterius.

Wawan memasang wujud burung gereja, terbang dan hinggap di rumah Bu Andro. Ia mengamati situasi dulu. Dirasanya aman, ia langsung berubah jadi Wawan yang dikenal Andro dan ibunya. Wawan muncul di dapur. Membuat Bu Andro hampir jantungan. "Syukurlah kamu baik-baik saja, Wan."

Wawan ingin memastikan jasad Abah Simba diurus dengan baik.

"Tapi, sudah diambil alih polisi, Wan. Ibu gak bisa berbuat apa-apa."

"Ya sudah, biar mereka yang urus. Biar provokator pembakar rumah ditangkap segera."

"Oh, mereka sudah ditangkap kok Wan. Ada tujuh orang."

"Bagus kalau begitu." Lalu Wawan mengungkapkan apa yang telah terjadi padanya serta mengingatkan Bu Andro agar selalu berhati-hati. Ada hewan buas yang muncul tiba-tiba. Wawan dan kawan-kawan berusaha untuk mengatasinya.

"Berhati-hatilah, Wan. Apa pun kamu, Wawan tetap anak Ibu."

Wawan memeluk Bu Andro. "Terima kasih Bu. Jangan keluar rumah dulu selama beberapa hari."

Bu Andro berjanji. Wawan lalu mengubah diri jadi Bu Andro. Agar ia bisa keluar dengan aman. Serbuk halimun dari Nuansa sudah memudar. Di jalan ketika hampir berpapasan dengan Andro yang baru beli beras, ia mengubah diri jadi burung merpati. Terbang untuk kembali ke markas pohon piramid.

Simba sudah kembali ke markas. Nuansa sedang menelaah tayangan dari cctv alami pohon. Simba yakin ia masuk ke hutan. Tapi cawan tak bisa menampilkan tayangan dari pohon di hutan itu. Tak terdeteksi. Tidak nyambung.

"Itu hutan desa Raksawana. Desa yang mesti kuselamatkan. Saat ini memang tidak bisa dilihat manusia. Kemungkinan karena itu tidak bisa terdeteksi oleh cawan itu." jelas Wawan.

"Benar juga."

"Ke mana macan kumbang itu berakhir?" tanya Wawan kepada Simba.

"Sayang sekali, aku kehilangan jejaknya. Ketika masuk ke hutan gaib itu, macan kumbang menghilang begitu saja."

"Sepertinya kau disasarkan, Simba. Hutan desa itu hanya bisa dimasuki olehku. Aku sebagai Astacakra mereka. Kuyakin ada sihir yang dipasang oleh penjahat kita. Kau sudah benar masuk ke hutan itu, tapi kau tak bisa melihat penghuninya."

Nuansa kelihatan kagum dengan penjelasan Wawan. "Ajaib ya Astacakra. Sekali digodog langsung banyak tahu."

Wawan angkat bahu. "Kelihatannya ajaib, tapi bebannya berat. Sepertinya kita sama. Punya tugas masing-masing, dan cukup berat."

Nuansa setuju. "Aku saja butuh bertahun-tahun sampai bisa memindahkan markas pohon piramid ini. Sebagai penjaga perbatasan, aku masih suka kebobolan. Contohnya ya si penjahat yang sedang kita hadapi ini."

"Oh, tadinya memang di mana?" tanya Simba.

"Di Riau. Dulu aku berpindah tempat melalui portal di setiap pohon. Tapi itu cukup riskan. Aku banyak belajar lagi."

"Oke, kamu perlu bisa melihat hutan itu kan?" tawar Wawan. Nuansa mengangguk. "Aku ada ide." Wawan menyentuh lantai pohon piramid. Ranting pohon menjalin semacam ikat kepala. Wawan memakainya. "Ini akan jadi kamera pengintaimu. Nanti aku akan taruh di salah satu pohon. Nanti kamu coba untuk menyambungkannya."

"Ide bagus." Nuansa tepuk tangan. Dia mengetesnya dulu sekarang. Di cawan tampak tayangan mereka sendiri.

"Oke, di mana kau masuk ke pintu hutan gaib itu?" tanya Wawan ke Simba.

"Sekitar tiga ratus meter dari kantor kelurahan. Dekat dengan jembatan kecil atas sungai yang suka banjir." Ungkap Simba.

"Sepertinya aku tahu." Wawan berubah jadi elang. Ikat kepala ranting jadi kalung.

"Aku selalu suka kalau kamu berubah jadi hewan." Nuansa tepuk tangan. Nuansa dan Simba mengamati cawan.

Wawan langsung tahu di mana pintu masuk hutan desa itu. Sebab ada ikatan padanya. Ia masuk sebagai elang, lalu hinggap ke salah satu pohon dan berubah jadi lutung, ia letakkan ranting pengintai itu yang langsung menyamar jadi ranting pohon itu sendiri. Wawan berubah jadi lagi elang. Ia mengitari hutan desa itu. Tampak sepi. Ke mana orang-orang? Di mana Wana Jaga?

Tiap rumah pohon tak ada penghuninya. Ia mengitari tiap sudut hutan itu. Ia bahkan mengecek pintu di mana ia masuk ke pohon piramid. Pintu lengkung itu sudah rusak. Wawan tahu hutan desa ini masih gaib. Ia lalu berubah jadi sosok Gandarupa, kulit hijau dengan muka Wawan. Mencermati serpihan pintu itu.

Di markas pohon piramid, Nuansa dan Simba khawatir. Dari cawan mereka melihat barisan hewan-hewan buas ada di belakang Wawan. Mereka tak bisa menghubungi Wawan.

Wawan balik badan, banyak sekali hewan buas berbaris di hadapannya. Semua mata mengawasi Wawan. Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Berubah jadi elang putih. Wawan mencoba menembus tabir gaib hutan desa itu. Namun gagal. Ia terbentur dinding serupa kaca tebal. Kepalanya pusing, ia berputar mendarat lagi.

"Wawan terjebak." Kata Simba. "Aku mesti menyusulnya."

"Kamu tidak bisa. Khodam tidak bisa masuk ke tempat itu. Alam gaibmu beda." Nuansa mengingatkan. Mereka melihat lagi ke cawan. Serentak hewan-hewan buas itu mengeluarkan suara masing-masing. Ada semacam rambatan energi yang menjalari hutan desa itu. Seperti garis api yang hendak melalap hutan.

Wawan samar-samar melihat sesosok tinggi, kehijauan gelap, bergerak dari tengah-tengah barisan hewan buas. Tampangnya tidak begitu jelas. Tangannya merentang, dan seiring dengan itu, garis api melalap hutan desa itu. Namun tidak menjadikannya terbakar. Yang Wawan khawatirkan menjadi nyata. Hutan gaib itu tak lagi gaib.

Di kantor kelurahan, gedungnya roboh, sebabbermunculan pohon-pohon besar. Secara tiba-tiba berhektar-hektar tanah yangtadinya ada bangunannya, kini berubah jadi hutan rimba.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro