
Bantuan Tak Terduga
~akhirnya~
Pohon piramid menampakkan diri di hadapan mata ratusan warga Jelupang yang berhasil menyelamatkan diri. Di lahan proyek pembangunan mall. Pohon piramid itu tidak menjejak tanah. Melainkan melayang sepuluh meter di atas kepala. Orang-orang bengong melihatnya. Tak habis keanehan dari hutan rimba yang tiba-tiba muncul, lalu hewan buas lepas dan membuat orang berubah jadi hewan pula, kini ada pohon bentuknya piramid dan melayang.
Nuansa masih tak sadarkan diri. Wawan mendirikan kembali cawan yang oleng. Namun airnya tak kunjung menggenang kembali. Ia tahu, semestinya airnya selalu menggenang. Ada yang salah. Wawan juga lagi terkuras energinya. Simba masih terjebak di dalam tubuh Nuansa. Wawan merangkak mendekati Nuansa. Tangannya menyala lemah energi Astacakra. Proses pembuatan pagar pohon berduri begitu menguras energi. "Bangun Nuansa.. bangun." Wawan jatuh pingsan sendiri.
Pohon piramid melayang itu jadi bahan viral lagi. Tak ketinggalan, hutan rimba yang dipagari batang pohon berduri. Semua media jadi menyoroti Jelupang sampai sekitaran Bintaro akibat fenomena ganjil itu. Masih seperti sebelumnya, helikopter yang hendak diterbangkan untuk meninjau hutan rimba itu selalu mogok sebelum dijalankan. Pemerintah daerah jadinya meninjau orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas. Pemerintah daerah geleng-geleng kepala tak percaya apa yang sedang terjadi. Di luar nalar. Ketika masih ricuh hewan menerkam orang, memang ada yang merekam peristiwanya, namun ketika diputar ulang, videonya rusak. Membuat pemerintah daerah jadi sangsi.
Akhirnya pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan, lahan proyek itu dijadikan tempat karantina. Entah bagaimana, pemerintah malah memercayai kalau mereka terserang virus. Tenda-tenda darurat didirikan.
Orang-orang dari dinas pertamanan menyewa kran untuk menengok pohon piramid yang melayang. Mereka takjub. Tapi mereka tak mampu berbuat banyak untuk menyelidiki lebih lanjut. Tak ada tempat berpijak di pohon piramid melayang itu.
Wawan siuman lebih dulu. Ia rasakan tubuhnya sudah mulai pulih. Ia mengecek Nuansa, masih tak sadarkan diri. Wawan berubah jadi elang dan pergi keluar untuk mencari air minum dan makanan. Setelah kembali, ia mencari-cari stok serbuk halimun Nuansa. Namun tak ketemu. Orang-orang semakin penasaran dengan kehadiran pohon piramid melayang.
Satu-satunya bukti yang kemudian membuat pemerintah daerah berubah pikiran adalah ditemukannya potongan tubuh macan kumbang. Maka datanglah berjibun mobil-mobil tentara, lengkap dengan senjata entah apa. Mereka melontarkan peluru berekor asap, gagal menembus pagar batang pohon berduri. Mereka luncurkan ke atas dengan harapan dapat masuk ke dalam hutan. Gagal juga. Mereka jadi bingung mau mengecek situasi sebenarnya di dalam seperti apa. Benarkah ada hewan buas di sana?
Di televisi bermunculan orang-orang sok pintar berteori. Mereka kebanyakan mengatakan, itu adalah cara alam ingin eksis kembali. Jika memang di dalamnya ada hewan-hewan liar, maka tinggal menunggu waktu mereka berhasil keluar dan mendesak manusia untuk pergi. Atau, dibasmi.
Gara-gara teori itu orang-orang di luar hutan rimba menyiapkan diri dengan senjata pelumpuh gajah. Mereka latihan setiap hari, membidik dan bertahan hidup di hutan rimba. Mereka mendatangkan orang-orang yang suka menghadapi bahaya alam liar. Kali ini, bila hewan buas mau menerkam, mereka pastikan hewan itu mesti pikir dua kali.
Wawan mengawasi itu semua dari cawan yang perlahan pulih. Namun Nuansa masih belum siuman. Wawan mengorek pustaka dalam kepalanya, ada cara untuk menstabilkan Nuansa. Ia menyentuh lantai pohon piramid dan membuat bak mandi. Air cawan ia alirkan ke sana. Lalu ia cemplungkan Nuansa ke situ. Air pada cawan kalau tidak dimaksudkan untuk mandi, dia tidak akan membuat basah tubuh. Energi kemilau segarnya yang akan meresap ke setiap pori-pori. Nuansa tampak damai di situ. Wawan memosisikan tubuh Nuansa agar lebih nyaman. Ia menyentuh keningnya, berharap dapat berkomunikasi, baik dengan Nuansa atau Simba. "Maafkan aku memaksa." Wawan menyesal. Ia tidak tahu mesti berbuat bagaimana lagi kalau ini tidak segera membuat Nuansa siuman.
Dalam kekalutannya Wawan memohon agar ada siapa pun yang mempunyai kekuatan gaib macam Nuansa bisa datang membantunya. Pesan itu dikirim kemudian oleh pohon piramid, satu dahan mencuat keluar dan meneruskan pesan itu.
Tanpa pesan itu dikirim pun, sudah ada yang terbang untuk menyusulnya. Wawan kaget ketika pohon piramid membukakan pintu dan sosok Iron Man muncul. Wawan mengucek mata. Ini betulan?
"Ternyata, akhirnya, muncul juga Astacakra ke empat." Kata Iron Man itu.
"Tony Stark?"
"Oh bukan, nama wa Mail. Astacakra ketiga. Ini cuma kostum kesukaan. Aslinya bukan begini." Mail mengubah kostumnya jadi kostum Astacakra. "Lu pasti Astacakra keempat. Dan bencana ini adalah ujian lu. Wa bantuin."
Wawan lega. "Kamu bisa bantuin temanku?"
"Kenapa dia?"
Wawan menceritakan kejadiannya. Mail mengangguk-angguk. "Ohya, kalau kamu ketiga, yang pertama dan kedua ke mana?"
"Oh, mereka lagi nyari Astacakra kelima. Energinya udah kerasa, tapi susah banget nyari lokasinya. Lu mah gampang. Ini udah viral ke mana-mana soalnya." Mail ketawa. "Lu gak kepikiran ya kalau simbol lu bisa bikin orang punya sebagian kekuatan Astacakra?"
Wawan menggeleng. Mail menceritakan apa yang dilakukannya waktu masih awal-awal menjadi Astacakra. Sekitar dua bulan lalu. "Bisa yah?"
"Sini wa praktekin. Lu juga boleh. Kali aja Nuansa bisa langsung bangun, kena simbol dua Astacakra."
Wawan meminta ranting dengan ujung pen yang bisa mengeluarkan getah yang bakal jadi tinta. Wawan mengeluarkan koin dari telapak tangannya. Mengamati bentuk simbol bintang ujung delapan. Ia memberi Mail pen ranting yang sama. Wawan menorehkan di tangan kanan, Mail di kiri. Ketika simbolnya jadi, keduanya langsung menyala. Nuansa langsung membuka mata, menyala putih, tubuhnya melayang. Simba langsung memisah raga dengan Nuansa.
"Simba! Maafkan aku." Seru Wawan, menyerbu Simba. Mail melihatnya dan mencuih, sambil tertawa.
Nuansa tubuhnya bercahaya. Mendarat perlahan. Ketika kaki menjejak lantai pohon, cahaya memudar. Ia pulih. "Wah, aku merasakan energi berlebih." Nuansa melihat Mail. "Wah, ada Astacakra lagi! Seruu."
Mail mengernyit. "Jadi, lu penjaga perbatasan yang dibilang ama Ki Warugan ya?"
"Ki Warugan?" Nuansa dan Wawan sama-sama bertanya.
"Oh, pasti pesan Nyi Randulangi gak nyampe. Coba cek di inbox pohon lu." Kata Mail.
Nuansa dan Wawan langsung menuju cawan. Nuansa mengakses pesan telepati di sana. "Ohya benar. Nyi Randulangi bilang Ki Warugan tahu siapa yang sedang kita hadapi."
"Mantab. Tempur sebentar lagi kita." Kata Mail, mengubah kostumnya jadi Iron Man. Alias Iron Cakra.
Nuansa lompat-lompat kegirangan melihat Mail. Wawan putar kepala, kostum apa yang keren buatnya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro