Bab 7 - Warok
Setelah beberapa waktu bermeditasi saling berhadapan, Moses dan Warok Belibis keluar dari Cakragraha dan duduk di potongan batang kayu besar yang dinaungi pohon berbatang segi delapan menjulang tinggi.
"Kau masih cemas." Kata Warok Belibis.
Moses mengangguk. Tentu saja ia masih cemas. Mengetahui ia tak bisa segera menyelamatkan Rakila, ya pasti membuatnya cemas bukan main. Tapi sekarang ini kecemasan bukan hal yang harus dicemaskan. Moses harus fokus untuk menjadi Astacakra.
"Kau tahu namaku diambil dari nama siapa?" Moses mengusir kecemasan dengan cara ini. Bercerita.
"Moses. Hmm, dari siapa?"
"Di duniaku, dahulu kala, ada manusia terpilih yang menjadi utusan Yang Maha Kuasa, untuk membimbing manusia supaya tidak terjerumus kegelapan. Ada dua puluh lima yang umat kami wajib ketahui. Mereka datang di zaman-zaman yang berbeda. Mereka disebut dengan Nabi dan Rasul. Namaku diambil dari salah satu nabi yang bernama Musa."
Warok Belibis menyimak dengan baik. Ia pun terlibat rasa penasaran dengan cerita-cerita kepahlawanan di dunia Moses, setelah ia ketahui bahwa Cakra Satria mirip-mirip dengan Gatotkaca di dunia Moses.
"Mukjizat yang Nabi Musa miliki hebat. Nabi Musa dapat membelah lautan ketika ia harus menyelamatkan kaumnya dari kejaran raja lalim. Ketika umatnya selesai menyeberang, dan tentara raja pengejar masih di tengah laut, Nabi Musa satukan lagi laut itu dan tenggelamlah mereka beserta raja laknat nan lalim."
Warok Belibis takjub. "Hebat. Ada juga di semesta Watukayu ini, seorang yang dapat membelah, namun bukan lautan. Karena di semesta ini tidak ada lautan. Ketahuilah, di alam Watukayu, setiap tempat yang dihuni kaum tertentu dipisahkan dengan tabir dimensi. Masing-masing dunia terpisahkan dengan yang lain, dan masing-masing dunia bila kau dapat melihat cukup jauh, bentuknya cakram. Namun, seperti yang kau sudah tahu, karena pergeseran dimensi itu, dunia-dunia dalam semesta Watukayu jadi saling berbenturan."
"Siapa yang dapat membelah itu, apa yang dibelahnya?"
"Namanya Jaka Wiranggaleng, ia dari kaum Wayah Kelana. Ia dapat membelah ruang dan waktu."
"Oh, dia yang menyebabkan pergeseran dimensi."
"Benar, kemampuannya sangat berbahaya. Dan kudengar, dirinya dikejar-kejar oleh kaum jahat. Terakhir yang kutahu, dirinya sudah moksa—terlepas dari siklus pelahiran kembali, mengorbankan dirinya demi melenyapkan penjahat legendaris di Watukayu. Namun, satu penjahat tumbang, penjahat yang lain akan muncul. Selalu begitu."
"Di mana dia bertempat?"
"Di lapis pertama Watukayu, tempat padepokan para pendekar berada. Kaum kami tidak begitu sering terhubung dengan mereka, namun Sesepuh sakti dari sana sering berkomunikasi dengan Warok Sentadu."
"Baiklah. Lalu, apa bedanya pendekar dengan Warok?"
"Sebenarnya sama saja, hanya sebutannya saja yang berbeda. Secara prinsip, Pendekar dan Warok sama saja. Itu tergantung kebiasaan dari setiap tempat. Warok di tempat kami ini, memiliki disiplin yang sama namun ada satu perbedaan mencolok. Yaitu kami belajar dari filosofi hewani. Setiap warok di desa ini, mengambil hewan yang berbeda untuk dijadikan guru. Aku misalnya, aku berguru kepada burung Belibis."
Sejak kedatangannya, Moses sama sekali belum melihat adanya hewan di tempat ini. "Hewannya, dari mana?"
Jawaban Warok Belibis mengejutkan Moses. "Dari duniamu."
"Hah? Bagaimana caranya?"
"Celah dimensi."
Moses tiba-tiba berdiri. "Berarti aku bisa kembali saat ini juga."
"Tenang dulu." Warok Belibis mendudukkan Moses kembali. "Celah tempatmu datang dan celah tempat kami pergi, berbeda. Dan tidak bisa saling pinjam celah. Celahmu, hanya akan bisa terbuka ketika kau sudah menjadi Astacakra sejati."
Moses mengencangkan rahangnya. Ia terjebak di tempat ini. Delapan hari lagi. Sekarang pun, waktu terasa berjalan lambat sekali.
"Sebentar lagi lembar cahaya hijau akan muncul. Kau bisa menenangkan diri dengan meditasi lima waktumu. Habis itu kau ajari aku."
"Di mana celah tempat kalian para Warok pergi ke dunia manusia?"
"Jangan bilang kau akan ke sana." Warok Belibis mewanti.
"Hanya ingin tahu. Percuma saja kan kalau aku ke sana, toh aku tidak bisa meminjam celah itu."
"Benar juga. Jadi, dunia kami ini bentukannya berjajar, Desa Randucakra ini adalah jajaran terluar yang paling dekat dengan Palagan Wolu. Jadi kebanyakan Warok bertempat di sini. Ada desa-desa lain setelah tempat ini. Setiap desa dijaga oleh Warok Celepuk dan Beluk. Mereka akan menembus masuk ke pikiranmu, kalau niatanmu tidak baik, kau akan dihajar. Kalau niatanmu baik, kau akan diijinkan masuk. Dan di penghujung jajaran desa-desa, ada sebuah kerajaan. Aku belum pernah ke sana, Warok Sentadu sudah, dari sanalah ia bisa terhubung dengan Baureksa Luhur. Di desa paling dekat dengan kerajaan itulah, celah itu berada. Tidak sembarang Warok yang bisa ke sana. Penduduk desa Randucakra ini kebanyakan mendedikasikan hidupnya untuk menjadi Warok. Mereka akan berlatih di bawah bimbingan Warok sentadu dan kami berdua, Warok Belibis dan Warok Kepik. Jika dinilai sudah cakap, kami akan mengijinkan mereka lanjut untuk belajar kepada hewan di duniamu. Saat ini ada tiga Warok yang tengah melakukan Lelana Brata—kami menyebutnya begitu—di duniamu."
"Kedengarannya ribet sekali. Lalu, kalian para Warok, mengapa kalian membutuhkan Cakra Satria?"
"Sudah kubilang tadi, untuk menghadang ancaman dari luar."
"Tapi, dengan kesaktian kalian, bukankah kalian sudah mampu menghadang?"
"Kalau sedang tidak ada kehadiran Cakra Satria, memang, kami akan menghadang ancaman apa pun yang datang. Tapi kalau ada Cakra Satria, itu lebih baik, kekuatan pertahanan di sini jadi lebih. Sebetulnya, Warok lebih memiliki tugas untuk mengatasi konflik yang ada di jajaran desa-desa sebelum kerajaan. Kami akan siap kapan pun dibutuhkan oleh kerajaan untuk mengatasi masalah."
"Oh." ternyata sama saja, pikir Moses. Di mana pun konflik akan selalu ada. Selama pemikiran tidak dalam satu visi. Setiap kepentingan akan menggiring masing-masing kubu ke jalan yang berbeda. Seringnya, akan berujung pada baku hantam. Sejarah sudah membuktikan itu.
"Ya begitulah." Warok Belibis seolah dapat mendengar pemikiran Moses. "Nah itu dia, lembar cahaya hijau sudah muncul. Silakan lakukan meditasimu. Sumber air ada di belakang Cakragraha."
Moses beranjak, sudah banyak keluh kesah yang iaingin sampaikan kepada Yang Maha Kuasa. Ia ingin memohon diberi kekuatan lebih.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro