AK 3
“Jadilah seperti bunga
Tetap memberi keharuman sekalipun pada tangan yang menyakitinya”
-Ali bin Abi Tholib-
☁☁☁
Hari ini menjadi hari yang begitu melelahkan bagi Syeina. Mulai pagi hari ia harus bersih-bersih kamar kos karena kemarin tidak sempat akibat banyak lemburan di coffee shop.
Untung hari ini dirinya ada jam kuliah siang. Jadi,ada sedikit waktu longgar.
Syeina sadar. Kuliah sambil kerja memanglah sangat melelahkan. Tapi inilah pilihannya. Bagaimanapun, ini sudah konsekuensinya.
Kamar kos Syena tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Barang-barang yang diletakkan di sana juga barang yang yang diperlukan saja. Cuma kasur di bawah,meja kecil,dan almari susun.
Namun,Syeina harus mengeluarkan banyak tenaga untuk membersihkan kamar tersebut. Mengingat banyak kertas dan buku-buku besar yang tak beraturan di lantai dan kasur.
Kemudian agak siang dilanjutkan dengan kegiatan di kampus. Banyak deadline yang harus ia selesaikan hari itu juga. Belum lagi tugas-tugas yang diberikan para dosen yang entah akan dikerjakan kapan.
Ditambah lagi dengan perbuatan usil ketiga sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Zara,Disa,dan Rara. Ketiga makhluk tersebut tidak ada kapoknya menjahili Syeina meskipun diomeli sang empunya. Tapi Syeina tak ambil pusing,mungkin ketiga temannya memerlukan edukasi yang lebih.
Sore harinya seperti biasa, Syeina menghabiskan waktunya di Adenium. Tapi,hari ini lemburan tak sepadat kemarin. Pelanggan juga tak sebanyak kemarin. Ia cukup cuci piring dan menata beberapa barang saja.
Tak ada yang mengomel-ngomel baik Sis Meti maupun mbak Rini. Mereka mengerjakan pekerjaan sesuai porsi masing-masing, nggak kayak kemarin yang harus double job. Jadi,ia bisa pulang lebih awal hari ini.
Dan di sinilah Syeina sekarang. Di sebuah taman bunga yang tak jauh dari kosnya. Bisanya,Syeina ke taman ini dengan mengendarai sepedanya. Namun,kali ini berbeda. Ia jalan kaki karena tadi ke kampusnya naik angkutan umum.
Di taman ini juga Syeina biasanya menghabiskan waktu luangnya. Syeina suka bunga. Itulah mengapa Syeina lebih suka menyendiri di taman ini. Suasana di sini cukup menentramkan. Sayup-sayup terdengar tawa anak kecil yang sedang bermain prosotan.
Tak jarang ada beberapa pasangan remaja yang singgah hanya untuk duduk-duduk bercengkerama.
Lumayan banyak bunga yang ditanam di sini. Ada mawar merah,putih,pink,peach,bunga lili,anggrek,seruni,bunga matahari,dan bunga teratai yang tumbuh di air mancur yang ada ikan hiasnya.
Harum bunga yang menyeruak membuat kupu-kupu tak jarang hinggap di kelopaknya. Serta nampak beberapa pasang merpati yang pulang ke rumahnya.
Ketika hari libur di pagi hari,taman ini banyak dikunjungi keluarga kecil yang singgah untuk mengajak anaknya memberi makan burung merpati. Itulah mengapa, banyak orang yang mengadu nasib dengan berjualan biji jagung di sini.
Taman ini juga menyediakan Jogging track. Jadi, jika hari libur tiba akan sangat ramai dengan orang-orang yang berolah raga maupun bersepeda atau orang-orang biasa menyebutnya car free day.
Adzan maghrib akan berkumandang sekitar satu jam lagi. Itu digunakan Syeina untuk menulis beberapa quotes yang dianggapnya mewakili suasana hatinya sekarang. Kebiasaannya Syeina,ia selalu menempelkan satu bunga yang ia petik di binder tempat ia menulis quotes.
Tak ada yang tahu mengenai hal ini,sekalipun teman-temannya. Bahkan Disa pun tak tau. Syeina tak berniat untuk menyembunyikannya. Binder itu memang selalu berada di tasnya dan jarang sekali ia keluarkan karena takut tertinggal.
Tak lama dari itu,terdengar derap langkah yang semakin mendekat.
Tap…..
Tap….
Tap…..
Dan langkah tersebut pun berhenti.
Syeina pun mendongakkan kepalanya. Tepat di atasnya, Syeina menemukan sosok yang baru saja datang. Dimas. Kakak tingkat Syeina. Dimas adalah seorang mahasiswa anggota BEM yang dikenal sangat religious. Karena itu, Dimas memiliki banyak penggemar yang mayoritas adalah kaum hawa.
Namun itu tak berlaku untuk Syeina. Ia merasa insecure jika harus bersanding dengan manusia seperti Dimas. Bagaimana tidak,apa kata orang-orang jika laki-laki sholeh bersanding dengan perempuan bar-bar. Syeina amat sadar diri.
Reflek,Dimas pun tersenyum tulus ke arah Syeina,
”Assalamu’alaikum. Lagi apa Syein. Bentar lagi maghrib loh. Kok masih di sini?”
ni orang ngapain sih di sini. Batin Syeina. Syeina pun segera tersenyum sambil menundukkan pandanggannya,
”Nggak ngapa-ngapain kok kak. Lagi nunggu maghrib aja. Nanggung kalau harus pulang dulu. Lagian,sekalian cari bunga di sini. Gratis hehehe.”
Dimas pun mengikuti arah ekor mata Syeina yang sedang memutar-mutar bunga seruni putih di tangannya.
“Kebiasaan. Kalau ada bunga yang indah dikit pasti buru-buru dipetik. Ketahuan yang ngelola taman ini kapok kamu ya.”
“Hehehe. Nggak bakalan kok kak. Lagian ini kan bunga yang kecil. Lagian aku udah sering metik bunga di sini. Nggak dimarahin kok sama bapak yang biasanya bersih-bersih di sini.”
Satu detik,
dua detik,
tiga detik.
Keheningan pun hadir di antara mereka. Entah dari mana mendapatkan ide, Dimas pun berhasil memecah keheningan yang mencekam itu.
”Oh ya Syein,kamu kok bisa sih sampek segitu sukanya sama bunga. Pasti itu bagian dari masa lalu kamu ya.”
“Eh enggak kok kak. Masa lalu apaan. Ngarang deh.” Syeina pun mengkhiri jawabannya dengan sedikit tertawa agar tidak ada canggung di antara mereka.
“Eh,nanya serius lo aku. Nggak mungkinkan kalau kamu suka bunga kalau nggak ada alasaanya. Ya meskipun mayotias perempuan suka bunga,tapi kamu yang paling fanatic menurutku.”
“Ya nggak tau sih kak. Dari dulu suka aja sama bunga. Nggak ada alasan khususnya. Mungkin karna bunga itu tetap memberi keharuman sekalipun kepada tangan yang menyakitinya.”
Allohu Akbar…..
Allohu Akbar…..
Tak lama kemudian,terdengarlah seruan adzan sebagai tanda masuknya waktu sholat maghrib. Mereka pun memutuskan sholat maghrib di masjid jami’ dekat taman bunga tersebut.
Selesai sholat,Dimas menghampiri Syeina lagi.
“Mau pulang bareng?” Tawar Dimas pada Syeina karena tidak enak bila meninggalkan Syeina pulang sendirian. Lagian hari sudah gelap.
Sambil memakai kaos kaki dan sepatunya,Syeina menolak dengan lembut tawaran Fahri. Walaupun rada gesrek,tapi Syeina bisa berkata halus dengan orang-orang tertentu karena kalau tidak,bisa rusak reputasinya.
“Tidak usah kak. Terima kasih. Saya pulang sendiri aja. Nggak enak sama ibu kos dan anak kos yang lain. Saya kan udah biasa pulang malem sendirian. Lagian kita beda arah.”
Dimas pun tersenyum tipis nyaris tak terlihat,”Yaudah kalau gitu nggak papa. Kamu hati-hati ya.”
“Assalamu’alaikum. Saya duluan kak.” Kata Syeina tersenyum sembari melambaikan tangan kepada Dimas.
Dimas pun membalas senyuman itu.
“Wa'alaikumsalam.”
”Kamu perempuan limited edition Syein. Bisa menempatkan diri dalam berbagai keadaan. Di depan temanmu,kamu blak-blakan. Di organisasi, kamu profesional. Di depan dosen killer,kamu sangat formal. Di depan dosen sabar,kamu petakilan.Berdua sama aku,kamu banyak diemnya. Ah,apa cuma sama aku aja kamu kayak gini. Jadi ngebayangin tingkah kamu kalau aku kenalian sama mama.”
Gumam Dimas yang tidak di dengar siapapun kecuali Alloh. Ia belakangan ini memang stalking Syeina.
Dia penasaran seperti apa karakter Syeina sebenarnya. Menurutnya,gadis itu penuh misteri.
Lalu, Dimas pun menghembuskan nafas kasar dan berlalu meninggalkan tempat itu.
☁☁☁
Ditunggu saran serta bintangnya yaaaa....
Mohon maaf kalau gaje wkwkwk
TA,7 Mei '20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro