Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Undangan untuk Riana

[13:51, 11/26/2020] Fit Tree Fitri: Kelas 3-B, SMP negeri 3. Riana duduk seorang diri melamun menatap langit siang dari balik kaca jendela.

Gadis manis dengan kulit sawo matang itu hanya bisa berada pada peringkat sepuluh besar di kelasnya, tetapi ia adalah atlet Nasional yang menguasai banyak cabang olahraga.

Ria berencana untuk ikut tes kelas unggulan agar ia bisa sekolah dengan gratis tetapi dengan nilai pas-pasan ia sudah merasa kalah sebelum bertanding.

"Hah, hidup miskin dan otak kosong ini." Ria mengetuk kepala dengan tangannya.

"Hey Ria, kapan kamu akan memanjangkan rambut?" Seorang teman pria yang sangat tampan menyentuh jepit rambut Riana.

"Selama aku masih jadi atlet, rambut ini tidak akan pernah panjang." Riana merebahkan kepalanya di atas meja.

"Kamu tetap cantik." Remaja itu memperhatikan Riana.

"Terima kasih, kembalilah ke kursi kamu!" Riana tersenyum sinis.

"Jika kamu terus seperti ini, cowok-cowok akan takut." Pemuda itu tersenyum.

"Itu lebih baik." Riana kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Cantik dan cuek." Remaja itu terus tersenyum.

Dari kelas satu hingga hampir lulus, Riana tidak tertarik untuk cinta monyet yang ditawarkan teman-temannya.

"Apa aku hanya tamat SMP?" Riana menghembuskan napas dengan kasar.

"Ria, kamu dipanggil Pak Rey," teriak teman Riana.

"Ada apa?" Riana beranjak dari kursi.

"Aku tidak tahu, pergilah!" Gadis itu menepuk pundak Riana.

"Terima kasih." Riana berlari menuju ruang guru.

Pak Rey adalah guru olahraga di sekolah Riana. Ia sangat peduli pada gadis kecil itu. Tak jarang pak Rey memakai uang pribadi untuk Riana ketika mengikuti perlombaan atau kejuaraan.

"Selamat siang, Pak." Riana memberi salam.

"Kemarilah." Pak Rey tersenyum.

"Ada apa pak?" tanya Riana duduk di kursi.

"Kamu bisa sekolah di SMA Luar Biasa dan tinggal di asrama." Wajah pak Rey terlihat bahagia, tetapi Riana bingung. Ia tidak tahu tentang SMA Luar Biasa.

"Apa kamu tidak senang?" Pak Rey menatap wajah polos Riana.

"Asmara SMA Luar Biasa dimana Pak?" Tanya Riana bingung.

"Di Desa Permai." Pak Rey tersenyum.

"Bagaimana saya bisa sekolah di sana Pak?" Tanya Riana.

"Ria adalah atlet hebat tentu saja bisa sekolah di sana." Pak Rey tersenyum bahagia.

"Em, apa bapak yang mendaftarkan saya?" Tanya Riana.

"Kamu mendapatkan undangan dari sekolah itu." Tangan kekar guru olahraga itu menyerahkan sebuah surat kepada Riana.

"Selamat ya, Riana." Pak Rey mengusap kepala Riana dan semua guru berjalan mendekat mengucapkan selamat kepada Riana.

"Kita akan mengumumkan keberhasilan kamu di lapangan." Mata pak Rey dan guru-guru terlihat berkaca-kaca memandang wajah polos anak yatim-piatu itu.

Riana tertunduk, ia tidak percaya bisa melanjutkan sekolah dan mendapatkan undangan terhormat dari SMA yang sangat terkenal itu.

"Bu, apa boleh saya peluk ibu?" Riana menatap ibu Endang--wali kelasnya.

"Tentu saja, Nak." Air mata Bu Endang tidak lagi terbendung, mengalir membasahi wajah putihnya.

Mereka sangat paham dengan perjuangan Riana untuk bisa sekolah, gadis kecil itu mendapatkan beasiswa tidak mampu dan tetap harus bekerja agar bisa mendapatkan uang jajan untuk sekolah.

"Terima kasih," ucap Riana pelan, ia memeluk erat pinggang Bu Endang, ingin membagi kebahagiaan karena bisa melanjutkan sekolah.

Bel panjang berbunyi, menandakan semua warga sekolah harus berkumpul di lapangan untuk mendengarkan informasi yang akan disampaikan.

Kepala sekolah telah berdiri di podium ditemani para guru dan staf. Riana berdiri di samping di Endang.

"Perhatikan semuanya, suatu kebanggaan bagi sekolah kita memiliki Riana dari kelas 3-B yang selalu memenangkan banyak cabang olahraga." Pak kepala sekolah tersenyum.

"Hari ini kebanggaan ini bertambah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sekolah kita mendapatkan undangan untuk masuk ke Asrama SMA Luar Biasa atas nama Riana," jelas kepala sekolah yang disambut tepuk tangan meriah dari seluruh warga sekolah.

"Kita ucapkan terima kasih dan selamat kepada Riana yang telah berhasil menjadi siswi SMA Luar Biasa." Air mata haru mengalir membasahi wajah-wajah penuh kebahagiaan dan kebanggaan.

Gadis kecil yang selalu bekerja keras untuk mengukir prestasi di bidang olahraga akhirnya bisa melanjutkan sekolah berkat kegigihannya.

Kekaguman luar biasa yang terlihat dari sorotan mata teman-teman, guru dan adik kelasnya. Riana menjadi motivasi untuk semua orang.

Keberhasilan tidak akan mengkhianati proses. Hidup miskin bukan halangan dalam mencapai cita-cita. Tidak ada orang tua bukanlah masalah untuk tetap terus melangkah.

Riana berlari pulang ke rumah sejauh satu kilo meter. Ia ingin menyampaikan kabar gembira kepada kakek dan neneknya.

Di depan pintu, ia membuka sepatu dan melihat nenek yang sedang mengikat sayur hasil kebun yang akan di jual keliling dusun.

"Nenek." Riana memeluk tubuh tua itu

"Ada apa?" Nenek mengusap wajah penuh keringat yang terasa panas karena berlari di bawah terik matahari.

"Ria, bisa sekolah lagi." Riana menangis kembali di pangkuan neneknya.

"Bagaimana, Ria bisa sekolah?" Tanya nenek mengusap rambut yang hanya panjang sampai bahu itu.

"Ria dapat undangan masuk Asrama SMA Luar Biasa." Riana segera melepaskan pelukannya dan membuka tas. Ia memberikan sepucuk surat uang harus ditandatangani wali murid agar bisa bersekolah dan tinggal di asrama.

"Apa ini?" Nenek mengambil surat dari tangan Riana.

"Surat panggilan untuk Ria masuk SMA." Riana kembali memeluk neneknya.

"Syukurlah." Wanita tua itu tersenyum, ia mengusap air mata yang mengalir membasahi wajah keriput.

"Nek, dimana kakek?" Tanya Riana.

"Masih di kebun, kamu ganti pakaian dan makan." Senyuman tulus terlihat di bibir yang menampilkan gigi merah karena memakan sirih.

"Baiklah." Riana tersenyum penuh semangat, ia segera berjalan menuju kamar mandi yang ada di belakang rumah. Mandi dan mencuci baju yang hanya satu-satunya untuk dipakai sekolah.

"Yeaaaa, aku akan sekolah," teriak Riana bahagia.

Gadis remaja itu menimba air dari sumur dan mengisi sebuah drum plastik berwarna biru. Tidak terlihat lelah, ia terus bersemangat menikmati kesederhanaan yang ia miliki.

Riana, gadis yatim-piatu dibesarkan oleh kakek dan nenek. Setiap pulang sekolah, ia akan membantu kakek di kebun dan berjualan sayuran hasil kebun keliling dusun.

Tak heran kulitnya semakin eksotis, setiap hari berpanas-panasan latihan di lapangan dan masih berjualan.

"Ria, udah pulang sekolah?" sapa kakek dari kebun.

"Ya." Riana tersenyum.

"Mandilah, kita makan bersama." Kakek mencuci tangan.

"Siap." Gadis kecil itu segera mandi dan berganti pakaian, ia melihat kakek dan nenek menunggu dirinya.

"Lihatlah, cucuku sangat bersemangat." Kakek mengusap rambut pendek Riana.

"Ya, Ria...." Kalimat Riana terputus.

"Makalah, setelah makan baru berbicara." Nenek memasukan nasi ke mulut Riana.

"Hmm." Riana mengangguk penuh semangat.

Mereka bertiga makan bersama dalam keheningan dan kebahagiaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro