Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 •

"Hoon."
"Younghoon."
"YOUNGHOONNN."
"SETANNN!"

Dug!

"Anjir. Giliran dipanggil setan aja nyaut."

"Berisik lo."

Setelah kelas berakhir, Stella kebetulan berpapasan dengan oknum Younghoon yang sedang asik makan ice cream cone harga lima ribuan di kantin FH. Tanpa ada sosok Hyunjae, Stella dengan percaya diri berjalan berdampingan dengan lelaki tersebut.

Karena Younghoon awalnya berpura-pura tidak mendengar panggilannya membuat Stella akhirnya ngegas dengan memanggil dia dengan sebutan Setan. Bodo amat kalau dikira bar-bar, toh emang Stella selalu gini kan kalau sama Younghoon? Bahkan dari awal saat dia satu kampus dengan lelaki tersebut.

"Berisik sih, La. Mo apaan?" tanya Younghoon kesal.

"Atuh dih. Ngambek dipanggil gitu." Stella pengin ngakak tapi dia juga sebel kalau Younghoon gampang ngambekan. Kek anak kiciw. "Anu, lo tau pekerjaan yang lumayan menjanjikan gak? Tapi gak bikin capek dan gajinya gede. Ada kan?" tanya Stella.

"Mager ya lo? Gak ada lah. Kecuali online shop sih bisa," jawab Younghoon.

"Selain itu?" Ia bertanya lagi.

Cowkk tersebut menggeleng cepat. "Gak ada."

"Serius?" Mata Stella menatap tidak percaya.

Younghoon berdecak. Dia memaang tidak tau pekerjaan apa yang cocok untuk Stella jika ingin mendapatkan gaji yang lumayan. Gadis itu lebih sering belajar saat benar-benar berada di jam kuliah dan akan bekerja jika memiliki waktu senggang.

Sebetulnya ada satu, jadi model. Kebetulan tempat dia bekerja sebagai model majalah baju, mereka membutuhkan wanita yang cocok untuk dijadikan model. Hanya saja, Younghoon tidak yakin kalau Stella akan mau menerima tawaran ini karena tempat itu juga menjadi tempat Hyunjae bekerja. Yang ada kalau mereka dijadikan satu ruangan malah gelud bukan berpose ala-ala model biasanya.

"Gue gak yakin kalau lo bakal nerima tawaran gue yang ini. Mending lo coba tanya sama yang lain," kata Younghoon.

"Tawaran apa?" Stella bertanya, lebih tepatnya penasaran saja. Kenapa juga Stella harus menolak? Toh Younghoon tidak mungkin menawarkan sebuah pekerjaan yang aneh-aneh untuknya. Ingatlah bahwa sesinting apapun sepupunya ini, Stella bisa mempercayai Younghoon kapan pun. "Jawab, woi! Atau gue siram pake air."

Decakan kecil terdengar. Younghoon memutar bola matanya malas, ancaman Stella tidak mempan apabila tidak disertai pengaduan ke orang tuan Younghoon sendiri. "Ini gajinya lumayan, sebulan aja keknya cukup buat biaya makan sih."

"Jelasin yang bener, kalau bisa to the point apa pekerjaan itu. Gue beneran butuh duit dan gak mau repotin kedua orangtua gue lagi, Hoon."

"Janji dulu gak teriak kalau habis ini gue sebutin nama pekerjaannya. Ya?" Jari kelingking Younghoon terangkat, lalu ditaut cepat oleh gadis di depannya. Rasanya aneh bila Stella seperti sedang terdesak perekonomiannya hingga ingin mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan.

"Partner model bareng Hyunjae, buat pembuatan iklan baju, waktunya lusa."

"Hah? Apa lo bilang?"

Younghoon beneran pengin nabok Stella kenceng banget. Buset dah, ini bukan teriak emang tapi nadanya kenapa keong banget. Memangnya Stella tidak paham dengan apa yang Younghoon ucapkan barusan? Padahal sudah sesuai KBBI lho.

Edan ni anak. Untung Younghoon sabar. Walaupun kadang-kadang suka emosi kayak beruang ngamuk, tetep aja sih dia lebih banyak soft dengan sedikit akhlakless aja. Wajah ganteng dan tingkah gila harus proporsional bagi model kampus tersebut. Tanpa terkecuali Hyunjae.

"Lo pengin banget gue tonyor apa? Oke, sekali lagi gue bilangin ya Stella Natalie. Ada pekerjaan. Namanya itu model, dan kali ini lo harus berbagi dengan pacar lo bernama Lee Jaehyun alias Hyunjae buat jadi model brand baju dan beberapa outfit couple yang lagi trendi saat ini. Karena lo cantik dan manager tempat gue kerja juga ngasih info gitu. Sekian, terima uang," jelas Younghoon dengan pelan dan sabar serta menekankan beberapa kata supaya Stella tidak kembali keong.

"Ini beneran satu-satunya, Hoon? Gue kagak mau kalau harus kerja bareng orang aneh itu! Rekomendasi yang lain, lah."

"Open BO." Malas, akhirnya Younghoon asal bicara.

Satu pukulan mendarat di lengan lelaki itu cukup keras. "Akh! Sakit bego! Ini lengan berharga gue." Tidak terima, Younghoon membalas dengan menepuk punggung Stella agak keras.

Ringisan tak bisa ditahan oleh gadis itu. Tepat sekali Younghoon memukul bagian yang masih sangat nyeri. Sungguh luka lebam sialan. Dalam hatinya, Stella juga lanjut mengumpat, "Duh anjir banget. Sial terus akhir-akhir ini. Kagak bisa enak apa ya hidup gue? Rasanya skenario Tuhan buat gue dibuat menyedihkan banget.'"

TERUS MANA ITU KENAPA YOUNGHOON GAK ADA AKHLAK BANGET NYURUH DIA OPEN BO. Ya kali kudu ngurusin om-om genit kayak sugar daddy. Ogah banget Stella. Anti lah.

"Goblok! Jangan open BO juga. Lo mau emangnya kalau sepupu lo yang baik hati dan tidak sombong ini jadi gituan? Ya gue ogahlah, sinting aja."

"Ck, terserah lah. Itu doang yang mau dapet duit cepet kalau lo mau. Kan bentar lagi awal bulan juga, mereka kasih gaji pasti tepat tanggal 1 entah lo baru kerja seminggu di sana --kecuali sehari ye. Terlalu cepet kalau baru kerja hari itu besoknya dapet gaji. Yang ada dijulidin model lain."

Pada akhir pembicaraan, Younghoon memberikan kartu nama milik managernya lalu pergi dengan langkah cepat karena tidak mau ketinggalan membeli promo Buy 1 Get 1 di Richeese Factory. Emang kelakuan cowok satu ini demen diskonan.

Ditinggal sendirian di koridor oleh sang sepupu, tangan Stella memegang kartu nama tersebut lalu membolak balik melihat dan membaca nama manager Younghoon.

Siwon Choi? Hahh?? Ini bukannya model iklan makanan instan alias Mie Sedap yang ada di siaran televisi ya? Kok malah jadi manager? Stella gak tau dan pusing kalau disuruh mikir lebih jauh pun memilih menyimpan kartu nama tersebut dan berjalan ke luar dari wilayah Fakultas Hukum untuk pergi ke toko buku di dekat universitas sebelah.

Kedatangan Stella di toko buku tersebut bukan untuk membeli novel atau komik. Arah tujuannya kali ini adalah di barisan rak berisikan buku-buku tentang anatomi fisiologi maupun penyakit. Ia menelusuri setiap bagian untuk mencari satu buku.

Begitu sudah menemukannya, ia membayar namun tidak langsung pulang. Dinginnya AC di dalam sana membuat dirinya betah dan memutuskan untuk membaca buku tersebut di bagian taman baca ---dimana di sana ada buku-buku yang disewakan atau dipinjam untuk dibaca di toko buku tersebut.

Kursi empuk, AC menyala, dan keheningan di sana sangat nyaman baginya untuk membaca buku. Suasananya mirip seperti di dalam perpustakaan.

Ia menyobek plastik pembungkusnya, lalu membuang ke tempat sampah. Tak lupa ia mencoretkan sebuau tulisan berisikan nama sebagai penanda bahwa ini buku miliknya. Stella tidak suka jika nanti barangnya hilang hanya karena ia tak memberikan tanda kepemilikan di sana.

Halaman pertama, dibaca secara singkat karena berisikan pengenalan awal. Lalu, di halaman selanjutnya ia sudah mulai serius. Fokus bacaannya tak teralihkan meski ada beberapa suara sekitar.

Stella mulai menelan ludahnya saat membaca halaman 23 bagian atas bertuliskan langka dan kematian. Dipandang kulit putih yang masih terlihat segar bugar itu, hampir tak terlihat seolah ada sesuatu yang menggerogoti bagian dalamnya. Ternyata, ia bisa mengalami ketakutan yang sebelumnya ia tak pernah rasakan.

"Aduh, kebelet ke kamar mandi lagi."

Panggilan alam datang di saat yang tidak tepat. Stella bergegas ke kamar mandi dan meninggalkan bukunya sebentar di atas sofa. Tidak akan hilang.

Begitu Stella kembali, ia dikejutkan dengan sosok Hyunjae yang duduk manis sambil membaca buku miliknya. Dengan cepat gadis itu merebut bukunya lalu pergi ke luar toko. Tentu saja, Hyunjae mengejarnya dan meraih tangan Stella sebelum mereka semakin menjauh.

"Ok, sorry kalau gue baca buku tanpa izin. Biar lo gak salah paham kenapa gue ada di sini, itu karena gue ada urusan sama temen di kampus ini dan mampir ke toko buku sebentar." Hyunjae menjelaskan sebelum dicap berbohong, ia mengatakan kejujuran tanpa ada bumbu-bumbu kebohongan.

Stella menarik tangannya. "Gak butuh penjelasan lo. Karena biarlah kita tetep jadi orang asing. Jae, tolong jauhin gue ya? Apa bisa lo lepasin gue dan biarin gue hidup, minimal bernapas dengan tenang?"

"La, gue selalu bilang, kalau ada apa-apa tolong chat langsung ke gue. Tolong anggep gue sebagai pacar yang pengertian meski lo benci banget," jelas Hyunjae. "Bisa kan?"

"Biar apa?"

Kening Hyunjae berkerut. "Maksudnya?"

"Lo pengin dianggap sebagai pacar yang perhatian bukan? Biar apa, Hyunjae? Biar orang lain anggep lo sebagai orang yang sempurna sementara gue ini terlihat menyianyiakan lo, gitu? Itu lo gak niat pacaran tapi manfaatin gue doang biar lepas dari fans gila dan juga alat kepuasan lo buat pamer."

"Gue gak bermaksud pamer, La. Cuman--"

"Cuman apa?" Stella memotong dengan cepat. "Jabarin alasan lain kalau emang lo pacarin gue selain dua hal tadi. Kalau gak bisa kasih alasan yang valid, putusin gue detik ini juga. Gue lagi capek, Hyunaje! Capek!"

Sudah sabar Stella untuk tidak marah-marah karena Hyunjae, kepalanya sudah sakit sedari tadi. Ditambah hari ini tidak menjadi hari yang beruntung atau lebih tepatnya ia sedang sial.

"Jangan, gue gak mau putus sama lo, La. Pokoknya apa yang udah gue punya, gue gak akan lepas karena--- STELLA!"

Belum sempat kalimatnya habis, hidung Stella mengeluarkan darah segar lalu gadis itu jatuh pingsan hingga wajahnya mencium tanah. Hyunjae tidak tahu kenapa bisa seperti ini, tanpa menunggu lama lagi, ia segera mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya ke dalam mobil.

Lama jika harus ke klinik terdekat yang antriannya sangat panjang, ia akan pergi ke Rumah Sakit Nasional Universitas X, yaitu rumah sakit universitasnya.

Tiba di rumah sakit dan tepat berhenti di unit gawat darurat, Hyunjae meminta perawat untuk memberikan pertolongan pertama kepada Stella. Sudah tidak bisa disembunyikan lagi wajah panik cowok tersebut karena dikejutkan dengan kejadian tadi.

Stella langsung ditangani oleh dokter. Di depan ruangan, Hyunjae mengepalkan tangan, menunggu dengan gelisah dan rasa berkecambuk di dalam hatinya. Pikirannya kacau, ia menjadi aneh karena merasa gila menunggu dokter keluar dan memberikan jawaban kenapa Stella bisa pingsan.

Beruntung, setelah 10 menit dilakukan pemeriksaan dan pemasangan infus yang tiba-tiba, dokter Donghae keluar beserta salah seorang perawat yang mengekor di belakangnya.

"Kondisinya ... baik-baik saja 'kan, Dok? Saya kaget karena dia pingsan padahal tidak terlihat sakit," tanya Hyunjae cemas.

"Dia hanya kelelahan dan sedang stress saja. Ditambah cairan tubuhnya sedikit, dan dia dehidrasi berat jadi kami harus menginfusnya. Pastikan saja teman kamu banyak minum air putih dan makan makanan yang baik. Jangan lupa diajak cerita ya," jelas dokter Donghae perlahan lalu ia pergi setelah mengizinkan Hyunjae menemui Stella.

Lelaki itu langsung masuk dan menghampiri Stella yang sudah sadar, dan tengah memainkan ponsel dengan menumpunya di atas perut.

Faktanya, tadi dokter Donghae terpaksa berbohong karena Stella yang meminta. Stella bercerita mengenai penyakitnya dan ia tidak mau kalau sampai Hyunjae tahu atau siapapun. Lagipula, pingsannya hari ini karena memang ia terkena dehidrasi berat. Ditambah mimisan yang tidak disangkanya. Faktor banyak pikiran dan stressnya dia dibully oleh penggemar Hyunjae tiada habis.

"Cuman sekali aja, Dok. Boleh, ya?" Kalau saja Stella tidak menampakan wajah super memelasnya, dokter Donghae pasti tidak akan berbohong.

Namun, pada dasarnya memang karena ia seorang dokter dan kerahasiaan pasien adalah tanggung jawabnya, maka ia pun mengiyakan permintaan Stella. Tidak lupa bagi dokter 34 tahun itu untuk meminta Stella rajin melakukan pemeriksaan dan pengobatan supaya bisa cepat sembuh.

Keras kepala gadis itu sulit dilunakan. Kalau ditanya apakah ada cara untuk melunakan hati Stella, jawabannya pasti ada. Hanya ... tidak bisa semudah itu, cara yang dimaksud harusi dicari.

Wajah Stella dibuang ke samping, enggan hanya sekadar untuk menatap wajah lelaki di hadapannya. Seharusnya Stella berterima kasih, namun egonya terlanjur menutupi semua itu. Ia ingin Hyunjae membenci dirinya, lalu pergi jauh dari kehidupannya. Jauh, kalau bisa hingga Stella tidak mengenal lagi siapa itu model terkenal bernama Lee Jaehyun itu.

Itu sama saja susah. Ibarat Stella sudah terjebak pada sebuah istana mewah namun terasa di sebuah penjara, di mana orang-orang hanya melihat ia adalah seorang puteri dari rakyat jelata yang hidup tersiksa karena statusnya menjadi pasangan sang pangeran.

"La...," pelan, lirihan Hyunjae nyaris tak terdengar. "Tolong jangan bohong sama gue. Cerita kalau emang itu harus dibagi--"

"Udah gue bilang, Jae. Berhenti masuk ke kehidupan gue. Lo bukan siapa-siapa dan gak akan pernah jadi siapapun sekalipun di mata orang status kita ini pasangan kekasih. Berhenti, Jae. Gue mohon..."

"Stadium tiga. Kenapa gak bilang?"

"Gue bilang berhen--- a-apa...?"

Jangan bilang kalau dokter Donghae melanggar janjinya barusan? Sial, Stella mengumpat di dalam hati dan merasa dibohongi.

"Bukan dokter Donghae, gue tahu ini tanpa diberi tahu sama siapapun. Ditambah hari ini gue yakin kalau lo sangat penasaran sama penyakit sendiri. Mana ada seorang mahasiswa jurusan hukum tiba-tiba beli dan baca buku tentang Leukemia. Kalau dibilang kebetulan juga gue yakin lo bukan orang yang bakal belok dan baca bacaan selain hukum dan pasal. Younghoon sering cerita, bahkan lo enggan baca buku biologi. Jadi, mana bisa lo tiba-tiba berubah."

"Stop, Jae! Stop! Cukup,"

Sekarang, Stella pasti dianggap menyedihkan dan akan dikasihani. Ia benci dianggap demikian. "Kalau emang semesta lagi kasih ujian ke gue, berhenti dan pura-pura aja gak tau masalah gue. Lo bener, gue gak pinter bohong. Iya, gue kena penyakit dan jadi orang yang penyakitan. Puas?!"

"Enggak, gue mau kita jadi lebih saling terbuka," Hyunjae membalas.

"Jangan harap."

Benteng yang dibuat Stella masih berdiri dengan kokoh, Hyunjae harus segera merobohkannya dan membuat mereka dekat tanpa harus bersekat apapun.

***

[2124 kata]

Wow, lumayan panjang
Tapi kok malah alurnya agak aneh
Nanti diperbaiki lagi di chap depan
Ini ngetiknya buru-buru sih :(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro