06 .
"Finally selesai juga tukomku."
(Tukom = tugas kelompok)
Stella meregangkan otot-otonya yang sudah mulai kaku karena terlalu lama duduk demi mengerjakan tugas kelompok yang gak ada akhlaknya-- ralat, punya temen kelompok yang gak ada akhlaknya. Empat lembar folio yang rangkap dua berhasil berisikan semua yang dicari oleh tugas dosen.
Kenapa sih kok dia yang ngerjain? Gegara habis dibagiin kelompok, dia kena apes dapet yang isinya fans Hyunjae semua. Mana mereka ngancem bakal pukul punggung Stella lagi kalau sampai gadis itu melapor.
Stella yang malas untuk disiksa lagi akhirnya mengangguk setuju meskipun berat menerimanya. Dua teman kelasnya itu seenaknya sendiri menyuruh keseluruhan tugas kelompok dia yang kerjakan, bahkan tanpa diberi jasa imbalan yang pantas. Sebenernya, ini Stella jadi babunya Hyunjae sama fansnya apa gimana?
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dia belum makan sedari siang. Alasan klise nan simple : orang tuanya belum mengirimkan uang.
Entahlah, Stella tidak mengerti kenapa bulan ini dia jadi tidak mendapatkan jatah bulanan yang seharusnya sudah masuk ke rekeningnya. Gaji part-time nya baru bisa dia dapatkan minggu depan.
Drrtttt
Setan neraka is calling..
"Ini orang gak tidur apa?" dumal Stella melihat Hyunjae menelponnya di tengah malam.
Untung saja Stella masih bangun dan dia akhirnya mengangkat telpon daripada Hyunjae spam chat. Gak, itu bukan dari Hyunjae tapi kelakuan Younghoon yang pakai hp Hyunjae.
"Apa?!" Sapaan ketus menjadi andalan Stella.
"Ck, bisa lebih sopan dan ramah dikit gak sih? Gue lebih tua dua tahun daripada lo," ujar Hyunjae mendengus sebal dari sana.
Bola mata Stella berputar malas. "Bodo. Bukan urusan gue ya. Apaan coba lo nelpon gue tengah malem gini. Gak ada kerjaan banget sih. Kalau gabut tuh mending ngobrol sama Mba Kun."
"Enak aja. Gue nanti dikira gila ngobrol sendirian. Lo sendiri kenapa belum tidur? Aslinya gue iseng aja cek siapa yang masih on di WA, ternyata lo. Hahahaha."
"Diem lo kuyang. Gue masih bangun karena habis ngerjain tugas kelompok yang satu kelompok sama--" Stella berhenti melanjutkan kata-kata. Waduh, gawat kalau dia bilang ini sath kelompok sama fans fanatiknya Hyunjae.
"Sama? Younghoon?"
"Bukanlah. Dia kan kating. Sama temen kelas..."
"La, gue mau tanya."
"Tanya mah tanya aja."
"Lo tuh kenapa bisa benci sama gue sih? Emang salah gue apa coba jadi most-wanted kampus? Dan gue pacaran sama lo juga gak main-main." Akhirnya Hyunjae mengungkapkan apa yang dia rasakan selama Stella menghindarinya dua hari ini.
Kalau bisa menyebutkan alasannya, jawaban Stella adalah banyak. Bahkan bisa dijadikan list belanja bulanan saking banyaknya alasan dia menghindari anak-anak populer di kampusnya.
Pertama, mereka biasanya terlalu tebar pesona dan Stella benci orang-orang yang seperti itu.
Kedua, dia tak mau dianggap menumpang tenar hanya karena wajah Stella begitu cantik dan manis namun dia tak memiliki hal istimewa lainnya.
Ketiga, teman SMA nya dulu menjadi korban bullying dari penggemar salah satu anak yang populer sebagai Mas Kabupaten dan Ketua OSIS di sekolahnya. Padahal temannya itu hanya sahabat sekat, tapi malah di bully.
Dan Stella yang notabenya sepupu Younghoon ini baru dibully setelah berpacaran dengan Hyunjae, bukan saat dari awal mereka kenal hubungan Younghoon dengannya.
Younghoon sendiri yang blak-blakkan ke semua orang bahwa Stella adalah sepupunya --meskipun kurang ajarnya Younghoon bilang Stella ini pelit kayak dedemit di semua anak-anak yang lewat kala itu. Beneran Younghoon ini definisi sepupu laknat yang perlu di ruqyah otak dan tingkah lakunya.
"Lo tanya Younghoon aja sana. Dia tau semua," kata Stella yang membuat Hyunjae berdecak menjadi lebih sebal lagi.
Lelaki itu kemudian segera menjawab, "Kagak Younghoon atau lo sama aja anjir. Ini gue juga disuruh dia buat tanya ke lo. Susah amat nyai buat bilang jawabannya sih."
"Kok lo malah nyolot sih?!"
"Serah gue dong."
"Gak bisa gitu dong."
"Hak gue dong."
"Hak Palamu gundul. Males gue lah, gue tutup nih." Demi apapun, Stella malas berdebat dengan Hyunjae di tengah malam seperti ini.
Saat jempolnya akan menekan tombol berwarna merah untuk mengakhiri, Hyunjae berteriak kencang hingga membuat ponselnya terjatuh. HYUNJAEEEEEEE. ANYING LAH INI HP BELUM DIBETULIN ATUH. Batinnya dengan sebal.
"Heh, kuyanng. Kalau hp gue mati lo tanggung jawab ya," teriak Stella.
"Bukannya lo kemarin udah beli hp baru? Belinya sama cowok lain lagi, lo selingkuh dasar. Ngapain juga gue mesti tanggung jawab coba," balas Hyunjae balik.
"Itu hp bukan buat gue. Itu buat adek gueee." Stella sudah menyerah dengan Hyunjae. Lelaki itu lebih menyebalkan dari pada Younghoon.
"Dengerin ya Hyunjae, gue sama dia gak ada hubungan apapun. Kak Sangyeon cuman anterin gue ke tempat jualan hp dan bantuin gue milihin hp buat adek gue. Lagipula, gue emang suka sama dia tapi gue gak bego buat selingkuh ya."
Mendengar Stella yang terdengar benar-benar serius, dari kamar kostnya sendiri Hyunjae merasa bersalah telah berpikir macam-macam. Bahkan sebelum mengungkapkan semuanya, Hyunjae lebih banyak nethink ke gadis itu dan seolah tidak mau mendengarkan penjelasannya.
"Udahlah, emang di dunia ini gak ada yang care sama gue. Terserah lo kalau masih mau menuduh gue yang gimana tapi gue jujur."
Bip!
Sudah tengah malam, Stella butuh waktu istirahatkan pikiran dan tubuhnya yang selalu sakit-sakitan sejak berkuliah. Adiknya Devan memang sudah sakit sejak kecil, itulah sebabnya orang tuanya lebih memperhatikan Devan daripada anak sulungnya sendiri. Bukan berarti Stella membenci Devan. Gak, anak itu tidak bersalah sama sekali atau minta dilahirkan dengan keadaan lebih lemah daripada Stella.
○○○
Di Café depan kampusnya, Stella hanya menengguk sebotol air dibandingkan dua temannya yang memesan Coffé Latte dan Mochachino with frape.
"Kamu gak mesen sesuatu, La?" tanya Joochan yang berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.
Sadar jika dia terlalu banyak memikirkan hal lain, buru-buru Stella menggelengkan kenapalanya. "Enggak, air putih sehat kok. Lagi gak mau minum kopi aja. Lagipula, masih kenyang tadi makan siang hehehehe." Bohong banget asli.
Padahal dia belum makan sama sekali dari semalam. Hari ini dia juga tak bisa sarapan karena tak memegang uang sama sekali, dan di kostnya masih ada sisa tiga bungkus mie yang akan dia makan besok saja. Mode pelit sama diri sendiri tapi berkedok hemat.
"Oh, kirain kenapa. Kalau uangnya kurang bilang aja, nanti aku yang bayarin," balas Mina.
Tentu saja Stella akan menolak hal itu. Dia tak bisa menerima traktiran dari seseorang kecuali jika itu untuk semua orang. Meskipun telah berteman sejak kelas 12, Joochan, Mark dan Mina ini sangat baik padanya dan Stella enggan merepotkan mereka.
Stella melirik jam dinding di Café itu. Sudah pukul dua siang, dia harus ke perpustakaan untuk mencari bahan makalahnya. Untung saja perkuliahan hari ini hanya sampai jam 12.
"Gue cabut dulu ya. Mau cari buku di perpustakaan," kata Stella lalu mengalungkan tasnya di bahu dan berjalan pamit apda tiga temannya.
"Hati-hati! Tetep semangat buat gebet Kak Sangyeon!" Stella tertawa mendengar celetukkan Mark.
Tanpa membuang waktu lagi, Stella bergegas menuju ke perpustakaan yang letaknya 500 meter dari Café. Sejauh ini, dia sudah lebih baik dan tidak diganggu sosok Hyunjae lagi. Ditambah Younghoon mulai sibuk dengan bisnis pakaian yang awalnya Stella tidak percaya sama sekali.
Iya, sekali lagi dia sudah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Begitu sudah tiba di perpustakaan, matanya tergoda dengan roti yang diletakkan di samping tempat penjaga bertugas.
Gratis.
Siapa yang akan menolak gratisan jika keadaannya seperti dia?
"Mba, mau tanya. Ini rotinya beneran gratis?" tanya Stella pada beliau yang sedang mencatat sesuatu di komputer.
Hana ---petugas di sana yang akrab digoda anak kampu karena masih muda itu mengangguk dan menjawab, "iya. Tadi ada anak yang lagi dapet rezeki. Katanya dibagi buat yang ada di perpustakaan. Bisa ambil maksimal tiga ya."
"Makasih, Mba!"
Rezeki gak boleh ditolak. Tiga buah roti yang berukuran sedang itu cukup untuk mengganjal perutnya yang lapar. Namun, dia tak akan makan di perpustakaan karena larangan makan di dalam ruangan tersebut.
Setelah memasukan roti, Stella kembali ke tujuan awalnya untuk mencari buku sebagai bahan makalahnya. Untung saja makalah individu dan dosennya sangat tau setiap individu mahasiswanya. Entah harus bersyukur atau apa, Stella juga heran dengan dosen tersebut.
Dua buku yang dia cari sudah dia pinjam dan kini dia melangkah keluar. Hari ini Sangyeon tidak terlihat di perpustakaan membuatnya lebih memilih keluar daripada berdiam di perpustakaan.
Greb!
"Anjing!"
Maafkan mulut Stella, dia beneran kaget aja. Untung hp di tangannya tidak jatuh, lagi, ke atas aspal.
Seseorang datang memeluknya saat sedang berjalan sendirian untuk pulang ke kost. Oke, dia ulangi lagi. MEMELUKNYA DI JALAN. Teriakkannya menarik perhatian orang yang sedang ada di sekitarnya.
"Ssshhtttt. Ikut gue," orang itu menarik tangan Stella untuk ikut dengannya.
Stella memutar malas dan pasrah ikut dengan orang itu. Hyunjae selalu membuatnya malas untuk bertemu entah kenapa. Tangan Stella diseret hingga sudah duduk manis di dalam mobil Hyunjae.
"Gue mau diapain lagi? Males kalau ke tempat pemotretan lo."
"Hari ini gue gak ada jadwal, gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Ya, anggep aja ini kencan kita."
Rasanya perut ini merasakan mual setelah mendengar kata 'kencan' dari Hyunjae. Ayolah, Stella bukan tipe yang mau diajak ke restoran mewah untuk sekedar lunch atau dinner. Dia bukan gadis matre, catat itu dalam kamus kalian.
Mobil sudah jalan meninggalkan kampus mereka. Entah kemana Hyunjae akan mengajak gadis itu pergi, yang ada hanya helaan napas pasrah dari Stella.
Selagi belum sampai ditempat tujuan, Stella mengambil satu bungkus roti yang tadi dia minta di perpustakaan. Dia makan dengan baik --atau bisa dibilang dia memang dalam keadaan kelaparan akut. Belum aja maagnya kambuh.
"Hp lo belum ganti?" tanya Hyunjae membuka topik pembicaraan saat melihat ponsel gadis itu memiliki layar retak parah.
"Gak ada duit," jawabnya pendek.
"Terus kenapa lo malah beliin hp baru buat adek lo?"
"Devan itu cuman punya satu hp yang dibeliin orang tua gue, itu hp second. Dan dia itu suka main game. Kemarin pas gue pulang, ada kerusakan di hp dia. Cuman memori penuh sama touch screennya udah agak eror."
Stella meremas bungkus bekas rotinya setelah menjelaskan jawabannya dan memasukan bungkus tersebut ke dalam totebag.
"Oh iya, gue ini juga gak muluk buat beli sesuatu yang baru kalau yang lama masih berfungsi. Hp gue ini udah empat tahun masih oke aja, ini retak karena gak sengaja jatuh. Walaupun bagian dalam ikutan rusak, gak masalah sih buat gue. Masih tetep oke," lanjutnya yang membuat Hyunjae speechless. "Aduh apaan sih, gue malah jadi orang kasihan banget hahaha. Gue emang sayang sama Devan, dia udah sakit dari kecil jadi gue udah kebiasa dinomorduain sampai orang tua gue peduli cuman sebatas ngasih uang bulanan aja."
Tujuan pertama yang Hyunjae tuju berganti secara tiba-tiba. Sebuah lengkungan senyuman dia ukir di bibirnya saat dia mengarahkan mobilnya ke deretan toko-toko besar di kotanya.
Mobil tersebut menepi dan terparkir di depan sebuah toko, toko yang biasanya banyak menawarkan promo gila-gilaan saat akhir tahun.
"Lo mau beli hp? Gak heran sih, orang kaya cepet bosen sama yang baru dibeli beberapa bulan."
Rasanya jleb sekali sampai ke hati Hyunjae. Terlalu Menohok. Ini sebuah tamparan untuknya yang suka berbelanja gadget meski usianya belum satu tahun. Namun, dia berdiri di depan sini bukan untuk membeli hp untuknya melainkan untuk Stella.
Kita lihat bagaimana reaksi gadis itu nanti.
--- TBC ---
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro