Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

04 •

"Lemah banget masuk rumah sakit."

"Diem lo setan."

Wajah Younghoon kini mengejeknya yang sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Gak, gak cuman oknum pecicilan itu doang yang ada di sini. Ada Joochan sama Mina, teman Stella yang lagi jengukin dia karena terkena tipes dan radang tenggorokan. Kalau Younghoon cuman mampus-mampusin, dua orang ini kebalikannya alias mendoakan Stella biar cepet sembuh.

Pokoknya, di ruangan ini yang gak waras cuman Younghoon doang. Titik gak pake koma.

Udah tiga hari sih Stella masuk rumah sakit. Orang tuanya tau, cuman mereka kirim uang aja secukupnya untuk biaya rawat inap dan obat-obatan anaknya karena di rumah pun mereka sedang mengurusi adiknya Stella yang sedang sakit keras.

"Chan, gak ada gosip aneh tentang gue 'kan?" tanya Stella pada Joochan, sumber terpercayanya.

Karena Joochan baru tau masalah Stella setelah anak itu masuk rumah sakit, dia bingung mau kasih tau apa engga karena keadaan jadi parah banget di Fakultas Hukum. Demi biola kesayangan Joochan, dia bersumpah wajah Stella dipasang di depan majalah dinding secara sembarangan dan dicoret-coret mukanya. Udah gitu ditulisin yang aneh-aneh lagi.

Selain itu, entah siapa yang menuliskan artikel aneh pada mading elektronik fakultasnya juga. Padahal di sana tempat banyak berita dan informasi penting, justru ada isu negatif mengenai Stella membuat Joochan geram dan sedih secara bersamaan.

Akhirnya karena tidak mau berbohong juga, Joochan jawab seadanya. "Sorry, La. Lebih parah dari dugaan gue. Mereka berasa boikot lo dari fakultas pas gue sama Jibeom lagi otw ke kantin."

"Ah, gara-gara lo sih." Stella memukul Younghoon meski dalam keadaan lemah. Dia kesal pada anak itu karena membawa Stella pada Hyunjae.

Mata Younghoon mrelotot lebar. "KOK GUE SIH?!"

"Kenapa lo kudu nyeret gue ke tengah lapangan?"

"Kan gue gak tau juga njir kalau bakal kek gitu."

"Ini gue pas masuk kelas kudu pake masker dan cari alasan ke dosen. Gini amat hidup gue."

Sebenernya, emang beneran kasihan hidup Stella. Dia itu aslinya udah susah payah hidup tenang tanpa mengganggu siapapun, bahkan ingin dekat dengan senior terkenal saja tak sedikitpun muncul dalam niatannya. Memangnya dia cewek genit apa yang ngincer kating ganteng nan famous. Sekarang, semua sudah berubah 180° semenjak kejadian kemarin.

Setan emang yang namanya Lee Jaehyun alias Hyunjae itu. Kalau gini sih Stella bakal susah ketemu Sangyeon dengan tenang. Gak, bukan cuman Sangyeon aja, dia bakal susah ketemu teman-temannya yang dari fakultas lain itu.

"Oh, La. Gue harus balik. Mau ngerjain tugas kelompok dulu," kata Joochan menatap waktu di arloji miliknya yang melingkar di tangan kanannya. "Min, mau ikut pulang?"

"Ikutt. Gue perlu belanja buat stok di kontrakan juga soalnya," timpal Mina.

Stella pengin banget keduanya di sini lebih lama menemaninya, tapi dia gak boleh egois. Alhasil, dia membiarkan kedua temannya pulang setelah pamit dengannya.

"Ah.. oke. Hati-hati ya kalian."

Tok.. tok.. tok..

Tiga kali pintu rawat inapnya diketuk, bertepatan dengan Joochan hendak membuka pintu tersebut. Muncul dua sosok yang dia kenal di depan ruang inapnya.

Setelah Joochan dan Mina melewati keduanya, dua sosok itu berganti masuk dan duduk di sofa yang tersedia di sana. Salah satu dari mereka memilih untuk duduk lesehan di bawah setelah memberikan parcel buah-buahan padanya. Sementara satunya masih setia duduk dengan menggenggam buket bunga mawar putih merah di tangan itu.

Dua orang ini adalah Kevin dan Hyunjae. Kevin adalah sepupu Stella dari Kanada yang satu kampus dengannya dan mengambil jurusan Manajemen Bisnis, mereka sebenarnya cukup dekat namun hanya jarang terekspos. Berbeda dengan Younghoon karena Stella satu fakultas dengan anak pecicilan itu.

"Eh, tumben lo sama anak Kanada ini, Jae? Si Ujuy kemana dah," heran Younghoon saat Hyunjae datang bersama dengan Kevin.

"Lagi sibuk dia buat pdkt sama gebetannya," jawab Hyunjae santai. Kemudian dia berdiri dan mendekati ranjang tidur Stella. Buket bunga yang dibawanya dia serahkan pada cewek itu. "Nih, cepet sembuh. Makanya jangan makan sembarangan lagi, sakit gini kan jadi keliatan lemah banget lo."

Rasanya Stella ingin mencekik leher Hyunjae sekali saja. Kenapa sih oknum ini sama menyebalkannya dengan si tiang Younghoon? Bisa pusing dua negara kalau Stella terus berhadapan dengannya.

"Calm down, Stella. Ini Hyunjae ada benernya," ujar Kevin sedang asik makan buah jeruk melihat Stella nampak geram pada Hyunjae.

"Gue lagi sakit gak usah dibikin kesel," kata Stella pada akhirnya menerima bunga itu. "MAKASIH." Dan tetap ngegas walaupun berterima kasih pada oknum yang membuatnya kesal itu.

"Nah, gitu dong. Jadi cewek jangan galak banget."

Drrrttt

Getaran pada ponsel Stella mengalihkannya dari Hyunjae. Dia menatap nama yang terpampang pada layar tersebut. Devan. Melihat nama itu membuat Stella langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa berpikir dua kali.

"Halo, Dev?"

"Katanya kakak sakit. Kenapa gak bilang?" tanya Devan khawatir.

"Cuman radang sama tipes aja kok," jawab Stella dengan santai. Tak mau membuat sang adik ikut khawatid dengan kondisinya.

"CUMAN?!" Devan menekan nada suaranya yang meninggi karena respon Stella. "Kak, tipes itu juga bahaya. Gimana kalau kakak malah kenapa-napa setelahnya?"

"Dev, kakak fine. Pentingin kesehatan kamu dulu. Kakak di sini bisa jaga diri sendiri, sebentar lagi pasti sembuh kok. Jangan cerewet gini, kayak bukan kamu banget asli. Aneh banget adeknya kakak malah banyak bicara," kata Stella. "Kamu di sana jangan telat minum obat. Kakak tutup dulu langsung. Jangan begadang buat naikin ranking. Dah."

Bip!

Percakapan itu dilihat oleh tiga orang laki-laki yang berada di sana. Younghoon, Hyunjae dan Kevin hanya bisa menyaksikan bagaimana Stella bertelepon dengan Devan, adiknya. Hanya kalimat terakhir membuat Hyunjae bingung.

"Kalian kenapa lihatinnya kayak gitu sih? Dia adik aku, bukan gebetan atau lainnya," ucap Stella.

"Iya tau. TAPI TADI AKU MAU IKUT NGOBROL SAMA DEVAN," seru Kevin lalu tiba-tiba ngambek. Lah? Dia gak bilang ke Stella ya mana Stella tau.

"Astaga," Stella mengusap wajahnya. "Gak gitu, Vin. Devan juga harus istirahat. Lagian, rumah aku sama kamu kan deket, bego. Pulang ke rumah kamu bisa main ke rumahku terus ketemu Devan. Gimana sih. Dasar anak Kanada."

"Oh iya," Kevin yang sadar hanya cengengesan.

"Gue udah lama gak main ke rumah lo, La. Apalagi ketemu Devan. Ntar gue bareng Kevin aja pas main ke sana," kata Younghoon. "Kangen masakan mama lo juga hehehehe. Dia enak banget kalau bikin rendang."

"Kalau mau main dan minta dimasakin mama, bilang gue dulu. Biar Devan juga gak tiba-tiba bangun pas lagi istirahat. Paling akhir bulan atau habis UAS gue balik," kata Stella.

"Kalau lo pulang ke rumah, bilang sama gue," kata Hyunjae pada Stella.

"Lah, lo siapa anjrit. Ngapain gue harus bilang ke lo segala kalau gue mau pulang ke rumah. Kita pacaran aja gue gak ngerasa jadi pacar lo," sungut Stella.

Tertolak lagi. Nasib macam apa ini? Hyunjae lama-lama ikut kesal karena Stella selalu saja menolak apa yang dia tawarkan. Untung saja buket bunga tadi diterima walau dengan wajah yang tidak ikhlas sama sekali. Hyunjae harus seperti apa agar Stella bisa mengakuinya?

Oh, dia pernah dengar kalau gadis ini sangat menyukai salah satu mahasiswa tingkat akhir dari jurusan sastra rusia. Sepertinya, Hyunjae akan mencari tahu bagaimana tipe Stella.

Hyunjae akhirnya menarik kursinya lebih dekat dengan kekasihnya, membuat Stella justru semakin mencoba untuk menghindari lelaki itu. "Lo mau apa? Jangan mesum, ini rumah sakit. Ada Younghoon sama Kevin juga." Pikiran Stella terlalu jauh.

"Pedean amat lo. Dengerin ya, gue bakal pastiin lo bisa terpesona sama gue. Seumur-umur, baru kali ini ada yang gak pernah terkesima sama pesona gue. Walaupun sekali aja muka lo gak ada terkagum gitu malah kek ngajak gue berantem," ujar Hyunjae mulai serius.

Ucapan Hyunjae justru mengundang gelak tawa oleh Younghoon dan Stella, sementara Kevin dia masih sibuk makan dan tidak terlalu mendengarkan.

Younghoon sangat tau tipe sepupunya ini seperti apa. Dan Hyunjae sangat jauh dari tipe tersebut, apalagi dia sangat percaya diri akan membuat Stella jatuh dalam pesona seorang Lee Jaehyun atau Hyunjae ini. Mirip-miripnya kalau di anak FH, yang paling dekat sama tipenya Stella adalah Choi Sungyoon.

Sementara Stella sendiri dia tertawa karena kepercayaan diri laki-laki itu. Serius? Mau bikin Stella terpesona sama Hyunjae? Hello, Hyunjae, kurangi tingkat percaya diri anda.

"HAHAHAHA ANJIR, GUE MAU NANGIS DENGERNYA." Masih saja dia menertawakan Hyunjae. Berasa sekarang harga diri Hyunjae ilang gegara diketawain. "Gak usah sok percaya diri anjir, lo bukan tipe gue gak mungkin gue terpesona sama lo. Buang itu kepedean lo yang udah terlalu tinggi."

Harga diri Hyunjae beneran gak ada sama sekali di mata Stella, udah kayak kuaci aja. Denger pernyataan gadis itu yang justru menertawainnya membuat Hyunjae sakit hati.

"Jangan bikin gue emosi dulu. Gue lagi gak pengin ngajak lo berantem," kata Stella lalu meletakkan bunganya di meja samping dan mulai membaringkan dirinya dalam posisi nyaman. Dia butuh tidur. Jujur saja, dia mencari informasi dan materi dosen yang ketinggalan dengan susah payah semalaman karena teman-teman sekelasnya sudah menjauhinya.

Untung saja, ada satu orang yang bisa dia palaki materi dosen meski berbeda kelas. Dan dia sebenernya bisa minta materi ke Younghoon, tapi dia tidak bisa mempercayai lelaki yang sudah pernah menghilangkan buku mahalnya.

Dibalik wajah menyebalkan Stella, terdapat beban dan rasa sakit yang harus dia bawa. Sebagai anak pertama, dia tak ingin membebankan orang tuanya. Di sisi lain, ada rasa sakit lain yang harus dia bawa selain rasa tahan terhadap caci makian saat dia masuk kuliah lagi.

○○○



Hyunjae being Hyunjae

Anyway, ini gak berat kok konfliknya
Konflik Klise, tapi dikemas ala aku

Semoga aku betah nulis ini😭

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro