Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Sa Tya

Happy reading!

Setelah kejadian kemarin, Farrel tampak menjuhi Ashyela. Ashyela juga bingung, kenapa malah kata-kata itu yang keluar dari bibirnya. Setelah Ashyela berucap demikian, bukannya Ashyela menjelaskan malah ia diam, dan Farrel juga malah pergi dari sana. Setelah itu melesat izin pulang.

Seperti biasa Ashyela bertemu dengan kedua sahabatnya di koridor sekolah. "Syut." Calista menyikut Ashyela, sambil menggerakkan matanya memberi tahu Ranty.

"Kenapa?" Ashyela masih berjalan menatap bawah.

"Farrel tuh." Ranty juga ikut menyikut Ashyela. Mereka bertiga berhenti, kemudian memerhatikan langkah ketiga cowok yang lumayan jauh dari hadapannya.

Ashyela menggelengkan kepala, setelah sadar kemudian berjalan terlebih dahulu meninggalkan sahabatnya. "Tungguin dong." Kedua cewek itu berlalu mengikuti langkahnya.

"Hai." Sial, kenapa malah berhadapan dengan Farrel dkk. Bukan apa-apa Ashyela hanya takut melihat tatapan menusuk Farrel.

"Hai juga," sapa balik Calista juga Ranty pada Satya. Ashyela menahan mati-matian rasa takut itu. Farrel yang lebih tinggi dari Ashyela itu tampak menyeramkan menurut Ashyela, tatapannya begitu menusuk, serta aura dinginnya begitu kuat. Tak lupa tangan yang terkepal karena menahan emosi.

"Ta, udah sarapan?" Basa-basi Marcel pada Calista

"Udah, Lo?"

"Nggak bermutu banget pertanyaan kalian, udah pacaran berapa lama?" Cibir Satya pada keduanya sambil memutar bola matanya malas.

"Sirik aja, lo," balas keduanya, Ashyela kembali menunduk dan memilih melangkah pergi dari sana.

"Kalau ada masalah bilang, nggak usah pergi gitu aja, nangis nggak jelas. Nggak guna." Suara lantang itu menghentikan langkah Ashyela, apa katanya? Kenapa mendadak Ashyela ingin menonjok wajah datarnya.

Masalahnya tidak semudah itu untuk memberi tahu padanya, ingin sekali Ashyela mengumpat di depan muka datar Farrel. Ashyela menghela napas guna meredam amarahnya, ia kembali berjalan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, ia langsung meletakkan tas dengan kasar. "Kenapa jadi gini si!" Yah, seperti ini, Ashyela juga bingung dengan dirinya sendiri, ia ingin menjelaskan yang sebenarnya tapi ia tidak berani, ia ingin terus bersama Farrel tapi sahabat adalah segalanya. Menentang ayahnya sama saja ia bunuh diri.

"Shye, om lo nyariin, tuh," bisik Calista dengan terengah, ia mereka habis berlari menyusuri koridor sampai kelasnya guna menyusul Ashyela.

Ashyela segera menuju ruang kepala sekolah, menghampiri om Dewa, pasti omnya di suruh ayahnya untuk mengintrogasi dirinya, mengingat ia tidak pulang kerumah, iya Ashyela menginap di rumah neneknya, padahal sang nenek juga sudah memberi tahu kepada Bunda.

"Kenapa kemarin bolos?" Kan benar saja, baru saja membuka pintu sudah ditodong pertanyaan.

"Pengin aja." Dewa tampak mengangguk dan tersenyum, entah senyum yang menyiratkan apa.

"Ooh, pengin? Nih, om kasih tahu sama kamu, kalau ada masalah jangan kabur, bicarain dulu baik-baik, tahu nggak keputusan orangtua itu baik? Orangtua mana si yang pengin buat anaknya sengsara, kalau ada pasti udah gila. Nih, om kasih tahu, gimana kalau kamu ikutin permainan ayah kamu?"

"Hah? Maksud om?"

"Ya, ikutin aja, om tahu ayah kamu ngasih dua pilihan, dan pasti ponakan om ini milih sahabatnya, ya udah kalau gitu kamu milih sahabat." Dewa tersenyum simpul. Sungguh Ashyela bingung.

"Dan putus sama Farrel?"

"Yap, betul. Bukannya kemarin kamu udah mau putus?"

"Please ya, om. Om sebenarnya kenapa si? Om tahu dari mana, mata Om berapa!"

"Dua lah, udah sana gurunya pasti udah masuk. Ingat juga, kamu sudah kelas 12, sebentar lagi ujian." Lantas Ashyela pergi tanpa pamit, malah menghentakkan kakinya kesal, Dewa yang melihat tingkah ponakannya hanya terkekeh.

***

Ashyela memilih mengikuti pelajaran pertama, awalnya ia berniat ingin bolos saja, tetapi ia urungkan, mengingat pelajaran pertama adalah pelajaran kesukaannya.

Setelah mata pelajaran selesai, bel yang menandakan istirahat berbunyi, ketiga gadis penyandang most wanted girl itu bergegas menuju kantin.

"Terus, apa yang mau, Lo lakuin?" Yang ditanya hanya mengangkat bahunya tak tahu. Tadi, Ashyela menyempatkan untuk menceritakan sedikit pembicaraannya dengan Dewa.

"Gue ... Mau ke taman aja ya, misalnya kalian mau makan, gapapa kok gue sendiri aja," ucapnya sambil menunjuk ke arah tangan dengan tangan yang menggenggam roti dan susu kotak.

"Yakin, Shye?" Ashyela mengangguk dan izin pamit pergi kepada keduanya.

"Sumpah, gue bingung, Ra. Kita kudu bantu kek gimana?" Keluh Calista pasti Ranty.

"Bantu doa aja dulu lah," ucapnya, enteng sekali dia, tapi tidak ada salahnya juga.

Sedangkan Ashyela sedang menikmati menikmati roti serta angin sepoi-sepoi di taman. Tiba-tiba. "Shye, Lo liat Calista?" Ashyela terkejut mendengar suara berat di sampingnya.

"Dia, di kantin." Farrel mana? Lanjutnya dalam hati, karena ia tidak melihatnya, biasanya juga mereka pergi bertiga, dan ini hanya Marcel dan Satya.

"Oke, makasih gue susul Calista dulu, ayok, Sat." Marcel menarik Satya namun ditahan.

"Gue di sini aja ah, males gue jadi nyamuk. Lumayan Ashyela cantik."

"Modus Bambang, pasti Calista juga sama bocil, apelin tuh bocil, dahlah gue pergi, awas Abang gue tahu, nanti elo bonyok." Marcel melenggang ke kantin, Ashyela masih asik dengan makanannya, Satya yang melihat itupun gemas.

"Nggak makan berapa tahun?" Ashyela mengabaikan ucapan satya, rotinya lebih menarik, roti terbaru dan masih empuk. Serta rasa keju yang begitu nikmat, ditambah susu kotak rasa vanilla. Satya masih memperhatikan gaya makan Ashyela yang anggun sangat menikmati kelezatan rasa roti. Padahal cuma roti ngiler dah.

"Pengin? Bilang, Sat," ujarnya dengan nada seperti orang-orang yang ada di tik***.

"Anjir, bernada. Sebenernya, Lo ada masalah apa sama Farrel?" Tanyanya sambil memandang wajah Ashyela yang sedang menikmati susu kotaknya.

"Ha-hah?" Ashyela nampak terkejut, kemudian menatap Satya.

"Ya udah deh, semoga aja lo, lagi nggak ada masalah serius sama dia." Ashyela mengangguk-angguk. Jujur, Satya gemas dengan ekspresi Ashyela. Tanpa sadar Satya mengacak rambut Ashyela. Yang pasti Ashyela sangat terkejut. Ashyela juga diam tak bergeming.

"Sat, ihh." Kesadaran Ashyela kembali saat, usapan di kepalanya terhenti.

"Gemes gue sama, elo. Kalau orang-orang manggil gue, berapa ngomong kasar deh," ucap Satya.

"Lah, nama elo juga Satya, ya udah gimana kalau gue manggil elo Tya? Lebih baik kan?"

"Lebih baik gundulmu, tar gue di kira waria. Tapi gapapa deh emang nama gue Satya."

"Gaje, oh iya Anin gimana? Udah maafin, Lo? Lagian kalau gue manggil elo Gilang, nggak banget deh, itu panggilan kesayangan Anin buat elo." Ashyela terkekeh dengan ucapannya, Anindira adalah pacar Satya, mereka sudah berpacaran setahun lebih, sebelum Ashyela pacaran dengan Farrel, Satya sudah terlebih dahulu dengan Anin. Yah, Ashyela sedekat itu dengan Satya, sebagai sahabat tentunya, kadang Ashyela juga membantu Satya bila ada masalah dengan Anin.

"Semerdeka, Lo aja dah, ya gitu deh." Sambil mengangkat bahunya acuh serta menarik sebelah bibirnya ke atas. "Gue balik yah, bentar lagi juga masuk." Satya beranjak, kemudian mengusap pucuk kepala Ashyela.

Ashyela menatap punggung Satya yang semakin menjauh, Ashyela juga ikut beranjak, dan ia bingung dengan tingkah Satya, kenapa tangannya enteng sekali mengusap pucuk kepalanya, ia pun ikut mengusap kepalanya seperti apa yang Satya lakukan.

"Tahu ah." Ia bergegas menuju kelas. Saat di koridor tepat di depan mading, ia bertemu dengan Farrel, yang tengah menatapnya, Ashyela menunduk.

"Dari mana?" Tanyanya sambil mengangkat dagu.

"Ha? ... Itu dari taman," cicitnya. Farrel tampak menganggukkan kepalanya paham sambil memperhatikan tubuh Ashyela dari atas sampai bawah. "Ke ... Kenapa?" Double sial! kenapa ia sangat gugup coba? Padahal sudah biasa di tatap seperti itu.

"Woi." Tiba-tiba saja Marcel datang dengan mengagetkan mereka berdua, tak lupa di belakangnya ada kedua sahabat Ashyela. "Pada kenapa dah? Yang satu natap tajam, yang satu nunduk." Heran Marcel pada keduanya, Calista dan Ranty lantas berdiri di samping Ashyela.

"Lo nggak papa kan?" Bisik Ranty berbarengan dengan Calista, Ashyela yang di tanya hanya menggeleng. Kemudian mereka berdua menggandeng Ashyela, menuntunnya untuk menjauh dari sana.

"Nanti pulang bareng." Jika kalian pikir, ini kalimat yang keluar dari bibir Farrel, salah. Ini Marcel yang mengajak Calista pulang bersama, kali ini Marcel tidak males mengendarai motor. Calista mengangguk dan melambaikan tangan kepada Marcel.

"Lo, yakin nggak papa?" Calista membalikan tubuh Ashyela, mengecek dari tangan, punggung, dan setiap inci tubuh Ashyela.

"Lihat sendiri kan?" Keduanya mengangguk.

"Keknya Farrel itu, pengin elo ngejelasin Sebenarnya kenapa."

"Iya si, tapi lo liat sendiri dong seberapa gugupnya gue pas di hadapan dia, gue berasa punya salah besar banget sama dia. Kayaknya gue belum berani ngomong yang sebenarnya, gue lemah banget yah," ucapnya lesu, kedua sahabatnya mengangguk, bingung akan menanggapi seperti apa.

"Nanti, lo kudu balik ke rumah, jangan nginep lagi di rumah nenek," ucap Ranty sambil menarik kursi. Ashyela mengangguk, tak lama kemudian guru kimia memasuki kelasnya.

"Assalamualaikum." Tepat di depan pintu, guru itu mengucapkan salam.  Semua siswa menjawab salam beliau.

"Baiklah, untuk kali ini, siapkan kertas, kita akan ulangan harian mengenai bab yang kemarin ibu sampaikan." Ucapan yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya akan emosi. Ulangan dadakan, yah seperti ini.

"Yah Bu, kok mendadak si ...."

"Bu, belajar dulu ya, lima menit deh, eh 10 menit."

"Asem, gue belum belajar."

"Gini nih, kebiasaan banget mendadak."

Dan masih banyak lagi pekikan dari mulut mereka, protes seperti apapun akan tidak di dengarkan oleh guru, guru tidak bisa di ganggu gugat bukan? Lebih baik, langsung saja membuka buku, membaca sedikit sebelum di mulai, dan memanfaatkan waktu yang teman gunakan untuk protes kepada guru untuk sedikit memahami materi, supaya tidak terlalu nolep dalam mengerjakan ulangan.

Hai hai hai
Bagaimana part ini?
Semoga suka!!!
Jangan lupa vote dan komen
Maaf jika ada typo
Satya lebih romantis dari Farrel. Iya nggak si?
Farrel terlalu cool xixixi

See you next chapter!!!!!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro