Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Putus?

Happy reading!

Seorang gadis berkuncir kuda sedang bergelung di balik selimut dengan mata sembab, sesekali masih terdengar Isak tangis dari bibir mungilnya. Tadinya, dia berencana untuk berangkat sekolah, namun ia memilih berbelok arah menuju rumah neneknya yang berada di kota seberang. Baru kali ini ia membolos sekolah.

"Cucu nenek, udah dong. Sini coba nenek lihat muka cantiknya." Masih sama, tidak ada perubahan, malah tangisan itu semakin kencang.

"Nenek mau kasih tahu nih sama cucu kesayangan nenek. Tidak semua yang kita impikan itu akan menjadi kenyataan, dan yang kita benci suatu hari nanti malah menjadi suatu hal yang sangat kita cintai. Hidup tidak selamanya menurut apa yang kita inginkan, berencana boleh, tapi jangan berharap lebih, nanti sakit hati. Sebesar apapun cinta kamu sama Farrel kalau bukan jodohnya kamu bisa apa? Seharusnya kamu sadar, perjalanan hidupmu sudah ditulis terlebih dahulu sebelum kamu ada sama Yang di atas. Mungkin itu jalan terbaik buat cucu nenek," jelas nenek panjang kali lebar.

Ashyela mendongak menatap sang nenek, menghapus sisa air mata di pipinya. Mencerna setiap kata demi kata yang tersusun apik dari mulut neneknya.

"Tapi nenek...." Ia masih menyangkal, Ashyela belum ikhlas bila memang harus putus dengan Farrel, rasa cintanya begitu besar, apalagi bila mengingat perjuangannya kala itu, menunggu selama satu tahun demi Farrel, menolak orang yang mencintainya, demi sosok seperti farrel, es batu yang akhirnya perlahan mampu meleleh. Sebut saja Ashyela bodoh. Pengaruh cinta memang sekeras itu.

"Ya sudah, nenek berbicara panjang kali lebarpun, kamu masih saja keras kepala, tak beda dengan bundamu. Nggak usah nangis lagi, nenek keluar saja." Memang sudah banyak nasihat yang nenek berikan pada cucu kesayangannya. Nenekpun meninggalkan Ashyela yang masih tersedu-sedu.

Dilain tempat, seorang pengendara motor tampak khawatir, sangat jelas di wajahnya, pasti. Siapa si yang tidak khawatir dengan kekasihnya yang tidak memberi kabar sama sekali?

"Kita mau kemana si?" Tanya pengendara yang berada di belakang motor Farrel.

"Mana saya tahu, saya kan nggak tahu," jawabnya, iya siapa yang tahu, mereka saja mengikuti kedua sahabat Ashyela. Marcel itu sesosok yang malas mengendarai motor, makanya sering sekali ia membonceng Farrel ataupun Satya, berbeda jika akan berkencan dengan Calista, berpuluh-puluh kilometerpun akan ia lalui. Bucin banget dah tu.

"Alay lo," cibir Satya pada Marcel. Mereka masih mengikuti mobil putih sampai akhirnya tiba di sebuah perumahan yang lumayan elite. Gerbang hitam menyambut mereka, Calista turun dari mobil dan membuka gerbang itu, mempersilahkan mobil dan motor untuk masuk.

Ketiga lelaki itu tampak heran, ini rumah siapa? Dan kenapa mereka masuk tanpa permisi? ketiganya kemudian membuka helm full face yang menutupi wajah tampannya.

"Ini rumah siapa, cil?" Tanya Satya pada Ranty dengan sebutan 'bocil', mewakili kedua sahabatnya yang bertanya-tanya.

"Nenek gue, gue yakin banget adek sepupu manja gue lagi di sini." Wajah Farrel sedikit lebih terang setelah mendengar jawaban dari Ranty.

Mereka berlima mengucap salam dan mengetuk pintu, Ranty juga berteriak memanggil neneknya. Pintu terbuka, Ranty langsung menghambur ke pelukan nenek, neneknya yang nampak kaget, kemudian menetralkan wajahnya.

"Cari Ashyela?" Tanya sang nenek pada mereka, Meraka semua mengangguk, dan akhirnya mereka bisa tenang, karena sudah pasti Ashyela itu ada di sini. Nenekpun mengajak masuk. "Mana Farrel?"

"Saya, Nek," jawab Farrel dan menyalami  nenek Santika. Beliau juga mengelus rambut acak-acakan Farrel.

"Pantes aja cucu nenek sayang banget sama kamu, ganteng ternyata." Siapa si yang bisa menolak ketampanan Farrel? Nek Santika saja mengakui itu, raga Farrel serasa melayang, sebesar apa cinta Ashyela untuknya? Farrel tersenyum senang. Kedua cowok itu juga ikut bersalaman dengan nenek Santika serta memperkenalkan diri.

"Nek, bocah manja itu di kamar?" Nenek mengangguk, mereka berlima menuju kamar yang berada di lantai dua.

"Ta, misal lo kabur, kek Ashyela aja, biar nyarinya nggak susah," gurau Marcel pada Calista.

"Lo mau gue kabur?" Marcel menggeleng.

"Lagian Ashyela kabur nggak epic banget," timpal Satya. Setelah berada di depan pintu kamar yang ditempati Ashyela, mereka masuk tanpa mengetuk pintu.

"Nenek apaan si, kenapa balik lagi coba, gangguin aja," ucapnya yang masih di balik selimut, senyum Farrel mengembang, suara itu kembali lagi memenuhi pendengarannya. Tanpa berpikir panjang, Farrel duduk ditepi ranjang, berusaha menyibak selimut namun Ashyela cengkram erat.

"Shye," panggil Calista, sesegera mungkin Ashyela menyibak selimut dan menatap datar kearah Calista, sebelum itu pandangannya jatuh ke Farrel. Ashyela kembali menutup dirinya dengan selimut, Ashyela malu.

"Kalian ngapain?" Tanyanya dibalik selimut, suaranya bergetar, Farrel mengeryit heran, kenapa dengan Ashyela?

"Bapak presiden mencari Ibu negaranya, kami sebagai prajurit mengantarkan presiden bertemu dengan ibu negara," jawab Satya, yang lain terbahak, namun Ashyela malah kembali menangis.

"Kenapa?" Tanya Farrel sambil membuka selimut, yang lain langsung berhenti tertawa karena mendengar tangisan Ashyela.

"Nggak mau ... Hiks." Farrel berusaha meraih tangan Ashyela. Mengusap air matanya, merapikan rambut Ashyela.

"Kita keluar?" Ranty menghampiri adik sepupunya seraya bertanya, mengelus pucuk kepalanya, Ashyela mengangguk. "Ya udah jangan nangis lagi, kita semua keluar."

"Lo juga keluar." Tarik Calista pada Farrel yang masih terdiam.

"Kenapa yah?" Marcel terheran, dibalik sikap dingin Ashyela ternyata ada luka juga didalamnya, setiap manusia memang punya sisi lemahnya sendiri.

"Udah nggak usah dibahas," jawab Calista, kedua sahabat Ashyela itu masih menutupi hal yang sebenarnya terjadi, mungkin Ashyela saja nanti yang menjelaskan. Para cewek itu tahu, kemarahan besar Farrel nanti akan seperti apa. Sahabatnya juga tidak mau jika hubungan Ashyela dan Farrel itu berakhir.

"Di minum, guys."

"Maaf ni jadi ngerepotin, tapi asli gue haus, jadi gue ambil ya." Satya langsung saja meneguk jus jeruk yang di bawa Ranty. Begitupun yang lain, terdengar langkah kaki dari arah tangga, Ashyela berjalan dengan malas, duduk di samping Calista yang penuh, padahal di samping farrel masih kosong.

"Farrel ajak Ashyela ke taman belakang, nenek mau ke tetangga sebelah, udah jangan nangis lagi." mereka menatap sang nenek yang berujar demikian.

"Hati-hati, Nek," ucap mereka bersama, Farrel mengarahkan dagunya seraya bertanya pada Ranty.

"Itu, di sana, kalau Ashyela nggak mau gendong aja." Mendengar penuturan Ranty, Ashyela menatapnya nyalang, rasanya ingin mencekik sepupunya itu. Lantas Ashyela berdiri diikuti Farrel.

"Emang ada apa si?"

"Kepo banget Sat!"

"Ya, biasa aja kagak usah ngegas, Anj!"

Ashyela membawa Farrel duduk di gazebo, semilir angin mampu menggoyangkan surai panjang Ashyela. Walaupun tidak ada senyum di wajahnya, Ashyela tetap cantik.

"Kenapa?" Rasanya lidah Ashyela kelu, ia tak mampu berucap. Ia juga takut Farrel pasti akan marah.

"Farrel ... Maafin aku." Farrel mengerutkan keningnya, 'aku'?

"Kamu kenapa?" Farrel mengikuti Ashyela, yang membuat pipi Ashyela merona. Farrel berhasil. Kemudian Farrel mengusap kepala Ashyela.

"K-kita kita p-putus ya?"

Hai hai hai
Gimana part ini?
Semoga suka ya!

"Ayo kita putus!!!"

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro