4. Dua Pilihan
Happy reading!!
Kira-kira sudah dua hari Ashyela memikirkan perbuatannya, dari awal ia mengambil keputusan menerima Farrel juga ada sedikit rasa takut yang menjalar, namun keinginan untuk memiliki Farrel lebih besar.
Nafsu digedein karena godaan setan, habis tu tinggal nyalahin dah ke setan:v
Komunikasi dengan ayahnya juga sedikit canggung, hanya sepatah dua patah kata yang mampu terlontar dibibir Ashyela.
"Terus selanjutnya gimana, dong?" Ashyela hanya mengedikkan bahu, di sekolah Ashyela menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya.
"Semoga aja om Nendra ngertiin elo, dah ah gue mau lanjut nyalin tugas," ujar Calista sambil menggeser posisi buku yang sedang ia salin jawabannya bersama Ranty.
"Nggak kelihatan dong, kesinian dikit," balas Ranty ikut menggeser buku Ashyela agar lebih dekat dengan dirinya.
"Rebutan aja sampe buku gue sobek." Keduanya hanya mengengir kemudian melanjutkan menyalin tugasnya. Untung saja mereka segera menyelesaikan kalau tidak siap-siap saja kena hukuman karena Bu Fiah sudah memasuki kelas.
Semua murid kelas XII Mipa 1 memberi salam kepada Bu Fiah dan berdoa sebelum memulai pelajaran.
"Kumpulkan tugas dimeja sekarang juga, saya hitung sampai sepuluh." Dengan tergesa semua manusia yang ada di kelas itu langsung membawa bukunya ke meja guru. Entah bentuknya seperti apa yang penting terkumpul, dan di terima oleh Bu Fiah. Bu Fiah termasuk jajaran guru disiplin.
"Sudah kelas XII menata buku saja seperti ini, ketua kelas bisa tolong ibu merapikan dan dihitung?" dengan kecepatan jet, Ashyela merapikan buku tersebut dan menghitungnya, benar kata Bu Fiah, buku berukuran besar diatas kecil dibawah, tidak ada rapinya sama sekali, namun pikiran murid yang takut akan tugasnya tidak diterima karena hitungan sampai ke sepuluh Bu Fiah habis, jadilah seperti itu.
"Kurang satu Bu, eh lengkap karena Lily tidak berangkat jadi lengkap, Bu."
"Ya sudah terima kasih, Ashyela." Ashyela kembali ke tempat duduknya. "Kalian kerjakan dulu LKS halaman 56, ibu akan mengecek pekerjaan kalian." Semuanya diam terlarut dalam pekerjaan masing-masing, mereka semua berpengalaman, karena dari kelas XI Sampai kelas XII, biologi mereka diajar oleh Bu Fiah. Paham sekali dengan karakter guru satu itu.
Pernah dulu saat keadaan seperti ini ada salah satu siswa yang mengerjakan dengan berisik, dan langsung ditegur oleh Bu Fiah, bertanya boleh asal jangan berisik, itu yang selalu Bu Fiah terapkan saat dikelas.
"Ashyela, Calista, Ranty dari kalian bertiga siapa yang mencontek!" Nah, keadaan seperti ini juga yang paling ditakuti semua murid. Untuk pekerjaan rumah harus dikerjakan sendiri, lihat saja nanti apa yang akan diberikan Bu Fiah kepada ketiganya.
"Kami kemarin mengerjakan bersama Bu, di rumah saya," ucap Calista berani.
Berani bohong:v
"Yang mikir siapa?"
"Ashyela, Bu," celetuk Ranty tak sadar, Ashyela memutar bola matanya malas. Siap-siap saja mereka berdua akan merasakan imbasnya.
"Ibu sudah menduga, baiklah." Mereka berdua melongo, pasti nilai mereka 'B' entah 'B-' atau 'B+'. Ashyela kembali mengerjakan soal. Calista dan Ranty yang duduk dibelakang Ashyela mencolek pinggangnya, mereka duduk berdua. Waktu kelas X Ashyela bersama Calista, kelas XI Ashyela bersama Ranty dan sekarang giliran mereka berdua bersama dan Ashyela bersama teman sekelas yang bernama Lani.
"Gimana dong?" bisiknya, yang hanya dijawab dengan gelengan.
***
Ketiganya tampak sedang bersenda gurau di depan kelas, meneliti siapa saja yang melewati koridor, kurang kerjaan memang. Banyak adik kelas yang menyapa mereka dengan ramah. Mereka bertiga tidak pergi ke kantin, untuk kali ini sangat malas untuk pergi ke sana.
"Kak Ashyela, kak Calista, kak Ranty," sapa salah satu adik kelas yang melihat mereka
"Hai, pens," jawab Ranty, Ashyela hanya menimpali dengan senyum manisnya, sedang Calista menjawab.
"Hai, mau ke kantin ya, dek?" Lantas Ranty menggetok kepala Calista, memang apa salahnya bertanya, dengan senang hati adik kelas itu menjawab 'iya.'
"Kak Ashyela." Tak bosan mendengar sapaan adik kelas. Lagi, hanya senyum yang ia lontarkan.
"Kak Ashyela, senyumnya manis mengalahkan duniaku." dramatis si cowok berbadan tinggi tegap itu, yang langsung mendapat jitakan dari temannya.
"Kak, dia katanya minta di follback nih kak," tunjuk si cowok berbadan tinggi ke teman yang menjitaknya tadi.
"Nama instagramnya apa?" tanya Ashyela ramah, jika orang tersebut memperlakukannya dengan baik, maka Ashyela pun akan begitu, sikapku tergantung sikapmu padaku, itulah Ashyela. Ashyela mengeluarkan gawai di saku roknya membuka aplikasi tersebut.
"Wah beneran kak?" tanyanya tak percaya, Ashyela mengangguk kedua sahabatnya masih memerhatikan interaksi keduanya. Cowok itu memberi tahu nama akunnya. "Hharis_." Ashyela mencari nama akun tersebut dan mengklik tombol follback.
"Aku juga dong kak," pintanya, dan ia menyebutkan nama akunnya.
"Kak Calista sama kak Ranty follback juga ya. Makasih kakak-kakak cangtip." Mereka berdua berjalan menuju kantin.
"Iya, nanti kita follback, sama-sama."
"Punya adik kelas begitu tuh, sopan walaupun kelihatan petakilan, tapi gue suka karena menghormati kakel." Bunkannya gila hormat atau apa namun, kenyataan harus seperti itu bukan.
"Emang kadang yang cowok itu lebih sopan sama kakel, dari pada yang cewek malah kek cabe," ujar Calista menambahi kata-kata Ashyela.
"Bener tuh, cewek malah kadang kek angkuh gitu, loh. Nggak nyapa nggak papa, senyum cukup, eh malah melirik sok-sokan muka datar." Ketiganya tertawa bersama.
***
"Tebar pesona, huh?"
"Siapa yang tebar pesona, si!" jawabnya kesal, memang kenapa kalau membalas sapaan adik kelas.
"Lah, itu tadi maksudnya apa?"
"Ciee, cemburu ciee." Ashyela terkekeh melihat tingkah Farrel yang bisa dibilang sedang cemburu. Ashyela mendudukkan bokongnya di sofa yang tersedia di rooftop, dengan tampang datarnya Farrel malah tidur di paha Ashyela.
"El, apaan si," ujarnya terheran, sambil mengangkat kepala Farrel agar menjauh dari pahanya, Ashyela kalah dengan kekuatan Farrel, dengan terpaksa ia menerima posisi tersebut.
"Orang kalau lagi cemburu lucu ya,"celetuk Ashyela memecah keheningan. Farrel mendongak menatapnya, mengangkat satu alisnya, kemudian meraih tangan Ashyela dan meletakkan di kepalanya, Ashyela paham dengan itu, lantas Ashyela mengusap rambut acak-acakan milih Farrel.
"Jangan pernah pergi dari gue." Ashyela bingung, kenapa Farrel mengucapkan kata itu, Ashyela juga takut nantinya akan seperti apa ayahnya gara-gara ia pacaran, semoga saja tidak menghancurkan hubungan dengan kekasihnya.
Masih mengusap rambutnya dengan tatapan kosong, Farrel yang merasakan kedamaian dari sentuhan sang pacar memilih untuk memejamkan mata sejenak.
"Anjir, gue cariin tahu-tahunya mojok, mending balik sendiri, lupain orang yang lagi mojok." Ucapannya membuat keduanya terkejut, suaranya saja seperti toa masjid, namun tidak diindahkan sama sekali oleh keduanya.
"Dunia serasa milik berdua," cibir Marcel. Dilanjut oleh Satya tak kalah keras dengan suara tadi. "Yang lain ngontrak, dah lah, gue mau balik, lumayan pulang cepet." Keduanya meninggalkan sejoli yang sedang bermanja ria itu, meletakkan tas mereka di lantai. Ashyela lupa bahwa kali ini ada rapat.
"Ayo, El pulang gurunya rapat. Gue lupa kasih tahu, hehe." Ucapnya diakhiri tawa.
"Ya," jawabnya. Kemudian mereka berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di parkiran Ashyela memasuki mobilnya. Dia mencari-cari sahabatnya, tapi kayaknya mereka sudah pulang terlebih dahulu.
"Hati-hati," ucapnya sambil mengacak rambut Ashyela.
Sejurus kemudian Ashyela sudah sampai di rumahnya, ia terkejut mendapati sang ayah yang sudah di rumah, apakah ayahnya libur kerja atau pulang cepat, ia terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Yah, Ashyela masih takut pada ayahnya itu.
Meraih tangan ayahnya dan mencium tangan milik sang ayah. Walaupun ekspresi datar yang menyambutnya, tapi menghormati orangtua sangatlah penting.
"Duduk, sudah dipikirkan?" Ashyela menurut duduk disamping ayahnya, kemudian menggeleng sebagai jawaban.
"Ayah tanya dulu, kedua teman kamu itu pacaran tidak?" Ashyela masih menjawabnya dengan anggukan, lidahnya terlalu kelu untuk berkata 'iya.'
"Oke, keputusan ayah sudah bulat. Kamu putuskan hubungan dengan pacarmu atau sahabatmu itu."
"Ayah, maksudnya apa!" Ia tidak terima, iyalah sahabat dan pacarnya sama-sama berharga bagi dirinya.
"Terserah kamu akan memilih yang mana, dan ayah akan menjodohkan kamu dengan rekan bisnis ayah, yang pasti ayah yakin, kamu akan memutuskan hubungan itu dengan pacarmu." Ashyela melongo, rekan bisnis? Om-om dong.
"Re–rekan bisnis?" Memikirkan putus dengan Farrel dan mendengar kata perjodohan sama sudah membuat raganya lemas, dan ini rekan bisnis?
"Anak rekan bisnis ayah. Dia juga penerus perusahaan itu, jadi apa salahnya ayah menyebutkan rekan bisnis ayah."
"Kampret, ayah bikin gue shock."
"Eh nggak boleh ngumpat sama orangtua, Astaghfirullah." Lanjutnya dalam hati.
"Ayah yang bener aja dong masa putus sama, El. Ashyela nggak mau ya, ayah."
"Itu konsekuensi yang kamu dapatkan."
"Ayah nggak ngertiin anaknya sama sekali, egois banget si, terserah ayah, Ashyela nggak peduli. Yang jelas Ashyela nggak pilih salah satu dari keduanya!" Setelah mengucapkan itu, Ashyela lari menuju lantai dua, kamarnya.
Cieee double update wkwk
Misalnya ayah kalian seperti ayah Ashyela gimana?
Jika kalian diposisi Ashyela apa yang dipilih
Sahabat?
Atau
Pacar?
Jangan lupa vote dan komen
Author sayang kalian💜
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro