22. Seriusan Persiapannya Enggak Se-lebay Ini
"ASH, SERIUS, DEH, enggak mesti se-lebay itu, kok." Anna menaikkan sebelah alisnya dan juga menjadikan kalimat tersebut sebagai respon pertama, setelah melihat Ashley di hari kelima mereka; Ashley, Anna, dan Samuel, berkumpul secara rutin di perpustakaan sekolah.
Well, cukup terlambat untuk mengomentari kegiatan Ashley yang sebenarnya sudah menjadi santapan sehari-hari Anna, pasca gadis itu ditawari berkencan dengan Guanlin. Namun, siapa pun yang melihat, semakin lama pasti akan semakin muak juga. Pasalnya, Ashley bela-belain pake masker topeng Korea setiap kali mereka berkumpul.
Dan itu ... terkesan terlalu berlebihan.
Awalnya Anna dan Samuel cuek bebek, sih. Menganggap hal itu cukup lumrah karena Ashley pasti mau tampil totalitas di hari H—mengingat bagaimana sikap Samuel, waktu nembak Anna dengan seribu piring berisi ketoprak yang berakhir pilu karena tidak mungkin Anna mampu menghabiskannya seorang diri. Alhasil, mereka harus repot bagi-bagi ketoprak ke tetangga rumah Anna, serta kaum tuna wisma.
Lalu ketika Anna tanya kenapa Samuel melakukan hal tersebut, padahal Anna Cuma minta satu piring dan hanya bercanda, Samuel malah menjawab bahwa ia ingin seperti Bandung Bondowoso. Sejak saat itulah akhirnya mereka jadian, tapi baru diketahui Ashley beberapa hari lalu.
"Lo bilang harus rutin pake masker, biar wajah glowing, pinkish, dan cerah seperti mutiara," jawab Ashley mengikuti selogan salah satu prduk skincare, sambil menepuk-nepuk wajahnya menggunakan jemari. "Di acara ulang tahun Guanlin, pasti bakalan banyak banget yang datang dan gue juga belum tau hari apa kita bakalan nge-date."
"Hari ini 'kan Jum'at," sela Samuel dengan apel di tangannya, setelah sebelumnya pergi ke kantin untuk membeli beberapa kue basah dan apel untuk latihan first kiss (awalnya mau bawa seks doll punya Samuel, tapi langsung dibuang Anna ke tong sampah). "Besok libur. Orang suka pacaran malam minggu atau weekend, jadi lo kodein Guanlin aja." Samuel menarik kursinya kemudian duduk di depan Anna dan Ashley.
"Bukan kode lagi, kalik, Sam." Anna memutar mata. "Ashley sudah nagih Guanlin secara terang-terangan tadi pagi. And you know what? Gue heran kenapa bisa ada cowok yang enggak seram sama kakak lo ini."
"The power of childhood friend." Ashley merebut apel di tangan Samuel lalu mengambil ponsel di sakunya, dan memotret buah tersebut. "Selalu latihan untuk tampilan paling sempurna. Love Guanlin, forever and after," ucap Ashley, sambil mengetik di layar ponsel hingga tidak lama kemudian ponsel dua manusia di antara gadis itu berbunyi secara bersamaan.
Baiklah, jadi yang barusan itu adalah aksi lebay Ashley dalam hal menggunakan medsos dan menggumbar-umbar seberapa besar cintanya untuk Guanlin. Namun, semoga saja Guanlin tidak mengetahuinya, sehingga tidak akan ilfeel dengan Ashley.
Tapi, musathil, sih karena Ashley selalu bilang 'The Power of childhood friend' dan itu sungguhan terjadi.
Guanlin ada di perpustakaan, sedang mengembalikan buku lalu melambaikan tangan ketika melihat mereka bertiga.
"Kalian ngapain?" tanya Guanlin penuh ramah tamah, mengabaikan keanehan penampilan Ashley saat itu.
"Latihan buat nge—"
"Cuma belajar bareng, sekalian nge-date karena pacar gue adalah kakak kelas yang nilainya enggak pernah bagus," sela Samuel, sengaja memotong ucapan Ashley yang ternyata menghasilkan tatapan ganas dari Anna.
"Kalian tahu 'kan kalau ke perpustakaan enggak boleh bawa makanan?"
"Asalkan lo enggak ember, bukan masalah besar." Samuel mengedipkan sebelah matanya dan sukses membuat Guanlin sedikit tersentak.
"Lo ...."
"Guanlin, muka gue sudah glowing?" Kali ini Ashley yang menyela dan setelah melepas masker topengnya, ia langsung bergegas berdiri di hadapan Guanlin. Hanya berjarak lima centi meter. "Ini apel, bakal gue pake untuk sesuatu yang dashyat. Jadi kapan kita bakalan jalan berdua?"
Lagi-lagi to the point. Mendengar kalimat tersebut, refleks Anna dan Samuel buang muka, pura-pura enggak dengar, pura-pura enggak lihat, dan pura-pura tidak sedang berada di sana.
Guanlin tertawa kecil, terdengar renyah hingga membuat jantung Ashley rontok seketika. "Jadi lo rajin maskeran, luluran, tiap hari lari pagi, itu karena nunggu kapan gue bakal bilang kapan—"
"Lebih tepatnya, gue pengen kelihatan perfect di hari H." Ashley menyela dengan senyuman penuh antusias, sambil melingkarkan lengannya di lengan kanan Guanlin.
"Tapi itu serius lebay banget. Ke mana-mana pake masker, bentar-bentar jogging, bentar-bentar—"
"Sssttt!" Ashley menghentikan ucapan Anna dan gadis itu menurut, tapi masih ngedumel jika Samuel tidak membisikkannya sesuatu.
Ashley menoleh ke arah Guanlin. "Jadi kapan?" rengeknya.
"How about Sunday?"
"Too easy, man," tukas Samuel tiba-tiba, tanpa menoleh ke arah Guanlin dan Ashley. Namun, jelas bahwa ucapan tersebut di arahkan untuk Guanlin karena setelahnya lelaki itu menggaruk tengkuknya, dengan ekspresi bertanya-tanya.
Samuel memutar tubuhnya, meletakkan kedua kaki di atas meja, sambil mengambil pulpen dengan gaya seolah benda tersebut adalah rokok. "Seharusnya lo bikin Ashley kerja keras sampai dia dapat jawaban lo. Gimana kalau tes ilmu pengetahuan?" tawar Samuel, sembari menghisap ujung pulpen lalu mengembuskan udara seolah ada asap di dalam mulutnya.
Senyum licik bin usil pun terlihat di wajah Samuel dan Anna serta Guanlin, seketika tidak mampu mengatakan apa pun karena Ashley keburu bilang 'Yes' sambil segera duduk di hadapan Samuel.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro