21. Tutor Pra-Kencan
"TAPI ...." GUANLIN mendekat, seolah ingin membisikan kelanjutannya di telinga Ashley hingga gadis itu harus memajukan kepala agar bisa segera mendengar bisikan paling memabukan tersebut. "Enggak sekarang juga." Lalu Guanlin terkekeh geli.
"Kenapa enggak sekarang?" tuntut Ashley dengan nada protes, tanpa merasa bersalah karena ketahuan sedang menyusup ke dalam rumah Guanlin tanpa izin sang pemilik rumah.
"Karena bukan sekarang."
"Tch! Katanya mau dadakan." Ashley celingak-celinguk kemudian mengait lengan Guanlin dan mencoba menyeret lelaki itu. "Dadakan itu rasanya luar biasa."
"Apalagi kalau ditangkap hansip."
"Gue rela digeret paksa terus disuruh nikah, asalkan sama lo."
"Ash ...."
"Guanlin," sahut Ashley mengikuti nada suara Guanlin yang sebenarnya mengandung makna antisipasi.
"Jangan lagi, please."
Ashley tertawa kecil, sambil meletakkan kepalanya di bahu Guanlin kemudian berkata lirih, "Forever together. Ashley and Guanlin is forever love."
Seketika itu pula bulu kuduk Guanlin merinding.
***
Jendela kamar Ashley berbunyi--beberapa kali--seperti seseorang sedang melempar benda kecil ke jendela kaca tersebut--sebagai upaya untuk menarik perhatian Ashley. Namun, karena terlalu sibuk berselancar di dunia internet selama sepuluh menit pasca janjian kencan dengan Guanlin, Ashley memilih mengabaikan gangguan tersebut.
Ponsel Ashley juga berdering beberapa kali, memamerkan ringtone khusus dengan tawa kuntilanak yang sengaja ia pakai atas nama Samuel, Anna, Mom, dan Dad.
Menurut Ashley, mustahil Anna meneleponnya di pukul satu dini hari. Mom dan Dad juga tidak mungkin, karena dua manusia itu pasti sedang tertidur lelap di kamarnya atau bisa jadi mereka sedang bikin dedek bayi. Kalau Samuel ....
"Ashley!!! Lo enggak bosen denger Mba Kunti ketawa-ketawa terus, ya?! Bukain gue!!" teriak Samuel dari arah jendela Ashley--membuat gadis itu terkejut--hingga menutup laptopnya dengan kasar, seolah ketahuan sedang menonton blue film.
Buru-buru Ashley melangkah menuju jendela, membukanya lebar-lebar kemudian melihat Samuel dengan peralatan perangnya; jaket hitam, lampu senter, HP, dan segenggam batu kerikil.
Mengernyit dalam, Ashley tidak langsung turun untuk sekadar membukakan pintu, melainkan duduk di kusen jendela dan bersandar di sana. Kedua lengannya ia lipat di bawah dada. "Sorry to say, Sam. Tapi gue bukan setan yang harus lo lempari batu," komentar Ashley sebagai respon pertama, saat melihat segenggam batu kerikil di tangan Samuel. "Yang tadi itu, ringtone khusus supaya--"
"Berisik bukain enggak!" Samuel mulai melakukan ancang-ancang untuk melempar Ashley.
"Bukannya lo tadi nyari penampakan, ya?"
"Lo ninggalin gue, Pe'a!"
"Emang lo bareng gue?"
"Lo pura-pura amnesia?" Samuel makin geram. Pasalnya nyamuk-nyamuk nakal pada berubah manja dan doyan hisap-hisap darah Samuel.
"Lo tahu gue ke mana, ada apa, lagi ngapain?"
Samuel mendecak. Semakin lama ngobrol sama Ashley sama dengan mecahin misteri duluan mana telor sama ayam. Enggak ada habisnya. "Tch. Kita bareng ke rumah Guanlin, terus lo--"
"Aha, gue bukain, tapi lo tidur di kamar gue. Oke? Sip!" Lalu tanpa menunggu komentar Samuel, Ashley segera berlari mengabaikan jendela yang terbuka lebar dan juga mengabaikan omelan Samuel yang salah satunya adalah; Mengapa Ashley tidak membuka pintunya dari tadi, tanpa harus membicarakan hal tidak penting?
Demi apa pun yang ada di alam semesta, tidak semua manusia bisa membaca pikiran Ashley.
Dan itu pula yang sedang dialami Samuel. Setelah Ashley menyeret Samuel ke dalam kamar, Ashley memulai sesi curhatnya--di mana sebagain besar selalu dibantah Samuel dengan kata-kata bahwa Ashley terlalu banyak berhalusinasi.
Akan tetapi, Samuel terpaksa memercayainya karena fakta mengatakan bahwa Ashley melupakan misi utamanya karena serangan kimia dari Guanlin.
Maksudnya serangan kimia yang bukan dalam arti sesungguhnya. Namun, mampu mematikan sel-sel otak manusia--salah satunya Ashley--hanya Ashley--dia semakin gila.
"Gue excited banget." Ashley mengepal kedua tangannya, mengarahkannya di depan dada lalu bergaya gemas. "Enggak nyangka, 'kan bisa diajak nge-date sama Guanlin?"
Samuel mengernyit. "Jadi lo ninggalin gue karena kesanangan diajak nge-date sama Guanlin terus lupain gue dengan kesibukan main-main di google?"
"Yep!"
"Lo bakalan jadi cewek sibuk kalau gitu," komentar Samuel dengan nada yang dibuat seolah sedih, padahal senang bukan main karena itu pertanda ia akan punya waktu luang untuk kencan dengan Anna. Tanpa gangguan Ashley dan tanpa penolakan Anna, jika Samuel mau minta ini-itu--seperti satu ciuman bibir--mungkin.
"Lo juga bakal jadi cowok sibuk."
"Huh?"
"Iya. Lo sama Anna."
"Seriously?"
Ashely mengangguk mantap. "Enggak ada agenda tentang nge-date di project gue, jadi enggak ada rencana. Lo bakalan jadi tutor gue dan Anna bakal jadi tutor kecantikan."
"Ogah!" tolak Samuel keras-keras kemudian segera beranjak dari kursi putar Ashley dan pergi meninggalkan kamar. Namun, belum jauh meninggalkan kamar tangan Samuel terasa sedang menarik beban berat. Samuel menoleh, sambil tersenyum seolah sedang membujuk hewan peliharaan. "Kakakku sayang, Sammy ini sudah punya pacar dan pacarnya itu adalah Anna. Jadi please--"
"No, no, no!" Ashley meraung-raung, sambil menjilati serta menggigit tangan Samuel hingga cowok itu harus susah payah melepaskan serangan tersebut. "I'll die without you," rengek Ashley yang membuat Samuel terpaksa gigit jari.
Bagaimana pun, melihat prilaku kakaknya barusan ternyata sukses membuat Samuel teringat dengan hewan peliharaan mereka yang mati karena cinta tak direstui. Dan Samuel menolak jika hal itu juga terjadi pada Ashley, jadi meski dengan berat hati mau tidak mau ia menyetujui.
Lalu kelas singkat pun dimulai, hingga pagi dan mereka berakhir dengan tatapan kosong layaknya Zombie.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro