20. Kata Ashley, Ditolak Sama Dengan Perfect Moment
FAKTANYA YANG barusan terjadi adalah Guanlin mencium Ashley. Bukan di bibir, bukan pula di pipi, tapi di kening dan demi Tuhan! Ashley sukses mabuk kepayang dibuatnya dan siap meluncur menuju antartika. Andaikata Guanlin tidak menahan tangan Ashley, sambil mendorong kening gadis itu menggunakan telunjuk, maka bisa saja Ashley sungguhan meluncur lalu berubah menjadi makhluk alien.
Guanlin tertawa kecil kemudian menunduk, sekadar menyetarakan tinggi badannya dengan Ashley. "So ... tahu, 'kan gimana rasa dapat sesuatu yang dadakan?" tanya Guanlin, sambil mengusap kepala Ashley seolah lupa bahwa sebelumnya ia sedang kesal bukan main terhadap gadis itu.
Ashley diam saja. Dan tanpa diketahui oleh siapa pun, otaknya malah melalang buana ke sana-kemari memikirkan alasan mengapa Guanlin mencium keningnya. Bahkan Ashley juga berusaha mengingat-ingat betapa kenyal bibir serta harum aroma Guanlin saat mendapatkan sentuhan barusan.
"Itu juga yang gue rasain dan parahnya lo lakuin itu di depan anak-anak, sebenarnya gue kesal banget sama lo cuma karena--"
"Gue suka sama lo, Guan," sela Ashley sambil melotot ke arah Guanlin dan menarik kedua lengan lelaki itu. "Dan Sara ... Sara itu serakah. Dia mau Jacob, tapi juga mau lo. Lalu waktu lo manggung dia mau--"
"Sttt." Guanlin mendesis, sembari meletakkan jari telunjuk ke bibir Ashley dan hal itu refleks membuat Ashley mingkem.
Semburat kemerahan tampak jelas di seluruh wajah Ashley. Dan siapa pun itu, bisa jadi mampu mendengar seberapa kencang detak jantung gadis itu. Pasalnya, skenario ini belum pernah masuk ke dalam proyek dan Ashley belum mempersiapkan peristiwa tersebut secara matang.
Alhasil ini adalah serangan dadakan dan Guanlin sukses membalas seluruh perlakuan Ashley.
"Sedikit pun gue sudah enggak ada rasa untuk Sara. Jadi lo enggak perlu ngelindungi gue, sampai lo ngelakuin hal itu, tapi ... gue mengapresiasi apa yang lo lakuin buat gue." Lagi-lagi Guanlin memamerkan senyum memikatnya. "Meski enggak sepenuhnya juga, sih," sambung Guanlin kemudian menggigit bibir bawahnya.
Ashley meneguk salivanya. Seketika berharap tidak ada seorang pun di rumah Guanlin--hanya mereka berdua--sehingga tidak ada yang mengganggu moment tersebut. "Apresiasi?" tanya Ashley, "P-pacaran?" Menggenggam lengan Guanlin semakin erat, Ashley berharap ada kabar baik hinggap di telinganya.
Lalu Guanlin menggeleng, membuat Ashley mengernyit dengan lengkungan ke bawah sudut bibirnya.
"Gue mau fokus sekolah sama agenda buat ikutan produce 101 musim depan. Lo mau, 'kan dukung gue? Kayak dulu waktu lo dukung gue tanding basket pas SMP, sampai lo enggak sadar rambut lo kena permen karet."
Ashley manyun--berusaha terlihat imut--tapi tampak menyeramkan di mata manusia normal. "Lo tega," ketus Ashley yang ingat, bahwa peristiwa permen karet adalah awal pertama kali dia menyatakan perasaan dan awal Ashley jatuh cinta. Namun, malah dianggap becanda sama Guanlin.
Jadi bukannya menghibur Ashley yang barusan menerima penolakan, Guanlin malah tertawa kecil dan itu akan terdengar menyebalkan bagi manusia normal. Namun, ini adalah Ashley sang bucin yang menganggap tawa Guanlin sama seperti nyanyian para malaikat surga.
"Cukup kita kembali kayak dulu dan ...." Guanlin menggantungkan kalimatnya, mengambil sesuatu di dalam saku celananya lalu memberikan selembar kertas ke arah Ashley. "Ulang tahun gue, tiga hari lagi dan lo harus datang."
"Gua tamu spesial."
"Yes, you are a special guest."
"And special in your heart too."
"Lol, itu pengecualian, Ash." Guanlin terkekeh geli, tapi semua itu berakhir ketika Ashley membalas mencium kening Guanlin dan segera berlari meninggalkan Guanlin.
"See you soon, Guan. I'll do everything to make you be my boyfriend and my soulmate!" seru Ashley.
***
"Sammy!! Kitab suci gue masih tersesat di rumah Guanlin!!!!" Ashley terbangun dari tidurnya--pukul dua belas malam--ketika semua orang sedang tidur--dan setelah hampir lima jam ia melupakan keberadaan jurnal tersebut.
"Samuel!!!!" teriakan Ashley kembali terdengar, menggema di seluruh rumah dan masih setia mengetuk pintu kamar Samuel yang jelas-jelas masih dalam keadaan lampu menyala. "Jangan sampai Guanlin nemuin kitab suci gue. Lo harus--"
"Salah sendiri kenapa bisa lupa," sela Samuel, masih bertapa dalam kamarnya tanpa harus repot membuka pintu.
"Elo yang buang kitab suci gue."
"Tapi elo yang lupa karena kesenangan dicium Guanlin."
"That's perfect moment."
"Ditolak sama dengan perfect moment? Lo sakit."
"Seenggaknya dapat ciuman," bela Ashley, "Ciuman salah satu lampu hijau menuju the next level." Ashley masih saja mengetuk pintu, meskipun sedang berdebat sambil sesekali menengok ke arah jendela kaca terbalut kain tipis yang berhadapan langsung dengan rumah Guanlin.
Beruntung rumah Guanlin tampak sepi. Hanya menyisakan beberapa lampu yang menyala dan demi keselamatan project, Ashley berniat untuk membobol rumah tersebut--mencari ke mana jurnal tersebut diletakkan kemudian mengambilnya kembali--tanpa diketahui oleh Guanlin.
"Samuel! Buka pintu atau gue dob ... arghh!!" teriak Ashley ketika pintu terbuka secara tiba-tiba dan menghantam hidung mancungnya.
Hasilnya, hidung Ashley berdenyut nyeri luar biasa dan Samuel tertawa nyaring melihat ekspresi kesakitan sang kakak.
"Sorry, lo enggak bilang kalau lo mau nyium pintu gue," kata Samuel santai kemudian segera menyalakan senter dan menyorotkan cahaya tersebut ke wajah Ashley. "Ayo cari penampakan di rumah Guanlin. Gue dengar ada gunderewo di sana."
"Cari jurnal gue," ralat Ashley. Namun, Samuel menggeleng kuat lalu segera berlalu mengabaikan Ashley yang sibuk mengusap hidungnya, sambil mengikuti langkah Samuel.
Mulai dari mengendap-endap, melompati pagar, sampai manjat genteng, semua dilakukan Ashley atas bimbingan Samuel dan hasilnya, Ashley berhasil tiba dengan selamat di rumah Guanlin setelah susah payah masuk lewat jendela. Entah nurun bakat siapa, hingga Samuel jago banget bobol jendela yang jelas Ashley bersyukur atas hal itu.
Mereka berjalan pelan, dengan sesekali Samuel yang sibuk menyoroti lampu senter sekaligus melakukan siaran langsung di akun instagram, guna melakukan pencarian setan. Sekadar informasi, Samuel mengaku-ngaku kalau rumah ini adalah rumah kosong lumayan lama, tapi tetap terawat dan ditinggalkan karena memiliki banyak arwah penasaran.
"Lo nempel-nempel gue, gimana mau cari jurnal?" protes Samuel ketika Ashley terus-menerus menempeli ke mana pun Samuel pergi dan tampak lupa dengan tujuan awalnya.
"Gue takut ketahuan Guanlin, terus dia memperkaos gue."
"What? You insane," ketus Samuel lalu mendorong kening Ashley menggunakan telunjuk dan segera memberikan lampu senternya. "Nih, pake ini dan lo cari sendiri sana. Gue mau lanjutin cari penampakan."
Ashley mengangguk--menurut tanpa memprotes--lalu segera menuju halaman samping rumah Guanlin. Akan tetapi, baru beberapa menit melakukan investigasi di wilayah tersebut sesuatu ternyata sukses mengacaukan misi Ashley.
Suara mengorok terdengar di kegelapan. Sesekali mengucapkan kalimat tidak jelas, hingga Ashley mengarahkan lampu senter ke sumber suara tersebut dan setelahnya ia terkejut.
"Malingnya ketangkap basah, deh." Itu yang didengar Ashley setelah mengarahkan lampu senter. "Karena sudah di sini, mau kencan dadakan?"
"Well ... It's double surprise," bisik Ashley kemudian mengangguk kencang dan kembali melupakan keselamat jurnla berisi Ashley's Love Project.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro