19. The Truth Untold
"Sara itu jahat, Ann! Lo harus percaya sama gue," rengek Ashley selepas Anna mengomelinya hingga pukul tujuh malam dan Samuel yang tiba-tiba berubah haluan, menjadi tim hore saat para gadis sedang berkumpul.
"Bukan masalah baik jahatnya, tapi ini masalah lo yang kurang halus mendekati Guanlin." Anna masih melipat lengannya di bawah dada, sambil kakinya memainkan kursi putar milik Ashley.
"Betul," ucap Samuel. Dari tadi hanya satu kata itu yang terucap, hingga membuat Anna mengangguk mantap karena mendapat dukungan.
Ashley berdecak kemudian kembali duduk di atas tempat tidur, setelah beberapa kali mondar-mandir dengan gerakan gelisah. "Masalahnya Sara mau buat Guanlin makin sakit hati. Dia mau mesra-mesraan di depan Guanlin, terus ngancurin aksi panggung Guan—"
"Lo yakin Guanlin bakalan sakit hati?" sela Anna.
Terdiam sesaat, Ashley tampak berpikir lalu mengendikkan bahu. "Yang jelas, gue mau nyelamatin hati Guanlin dan bikin jantung dia deg-deg-an karena ingat masa la—"
"Lo salah." Lagi-lagi Anna menyela, sambil memberikan tanda silang di depan dada menggunakan jari telunjuk. "Guanlin malah jadi ilfeel sama lo."
"Lebih menjurus ke marah karena harga dirinya dilukai." Samuel menimpali dan Anna refleks mengangguk.
"Yap. Seharusnya cowok yang ngelakuin."
"Contohnya kayak gini," kata Samuel kemudian bangkit dari duduk bersilanya dan langsung mencium pipi Anna. "Anna Noona, jagalah aku." Samuel mengedipkan sebelah matanya, memberikan senyum manis yang membuat pipi Anna merona, tapi justru tampak enek di mata Ashley.
Pemandangan macam apa ini? Ashley terlalu fokus dengan Guanlin, hingga tidak sadar bahwa ada cinta yang sedang bersemi. Jadi karena tidak ingin melihat pemandangan tersebut lebih lama lagi, Ashley segera mendorong Anna dan Samuel agar segera berjauhan.
"Oke, fine. So, what should I do, heh?" Ashley buru-buru mengambil jurnal project khusus Guanlin dan membuka setiap halamannya. Namun, Samuel secepat mungkin mengambil benda tersebut, hingga dengan teganya melempar ke luar jendela.
Tentu saja Ashley histeris, hingga hampir melompat jika tidak ditahan Anna.
"My journal!!! My life, my Guanlin!!! Gah!!" Demi Tuhan, Ashley meneteskan air mata ketika melihat jurnal yang berserakan di atas tanah berumput dan lebih sedih lagi, karena buku itu ternyata jatuh di halaman samping rumah Guanlin.
"Ops ... tangan gue licin. Lo kalau mau lompat, lompat aja. Tapi enggak nanggung kalau Guanlin lihat, terus mikir kalau lo stalk—"
"Sammy!!! I hate you more!" seru Ashley kemudian melepas cengkraman tangan Anna dan segera berlari. "Gue enggak tau, gimana itu halus-halusan yang jelas ... Sara itu jahat dan gue memang niat mau jagain hati Guanlin." Lalu Ashley lari begitu saja meninggalkan kamar, melupakan penampilannya yang masih mengenakan seragam sekolah—tanpa mandi—tanpa dandan.
***
Jelasnya setelah ciuman mendadak di atas panggung, Guanlin jadi sama sekali tidak mau menemui Ashley. Lelaki itu bahkan terkesan menjauh dan Ashley menyadari hal tersebut, sehingga sekarang ia bertekad untuk memberitahu kebenaran sekaligus meminta Guanlin agar mau memotong rambutnya.
By the way, rambut Ashley masih dihiasi satu permen karet dan journalnya juga masih berada di halaman samping rumah Guanlin.
Jadi Ashley berharap semoga semua berjalan baik-baik saja dan Guanlin tidak jijik atau merasa rendah diri, seperti ucapan Anna dan Samuel.
"I'll tell everything which is I don't tell before," bisik Ashley beberapa kali, sebelum mengetuk pintu rumah Guanlin.
Satu ketukan, pikiran Ashley terbayang-bayang tentang bagaimana reaksi Guanlin di dalam sana. Apa dia sedang latihan rap? Main basket? Atau sedang masak karena sekarang jam makan malam.
Dua ketukan, Ashley mulai was-was karena yakin ia mendengar langkah ketiga.
Dan diketukan ketiga, Ashley ingin sekali menekan bel di samping pintu karena tahu bahwa mengetuk adalah perbuatan sia-sia, jika melihat seberapa besar rumah Guanlin.
Jadi Ashley mengarahkan jarinya ke tombol bel. Namun, belum sempat memusatkan tenaga di tombol tersebut, Ashley malah mendengar suara mobil milik Guanlin beserta klaskonnya.
"Guanlin!" Ashley meninggikan suara, nyaris histeris seolah Guanlin adalah makhluk tak menyentuh tanah. "Lo enggak boleh pergi."
"Lo enggak boleh ke rumah gue," kata Guanlin, membuat kalimat mirip dengan Ashley, terdengar menyakitkan jika yang mendengar bukan Ashley. "Gue enggak mau lo buat onar di rumah gue." Guanlin turun dari mobilnya, sambil memasang kuda-kuda melindungi diri sendiri.
"Gue mau ...." Ucapan Ashley menggantung. Seketika teringat perkataan Anna dan Samuel, bahwa Guanlin ingin cara yang halus. "Lo pernah dengar lagu The Truth Untold-nya BTS?"
Menaikkan sebelah alisnya, Guanlin tidak menjawab pertanyaan Ashley, tapi justru melipat tangan di atas dada sambil bersandar pada mobilnya.
Ashley kembali menelan ludah. Pemandangan di depan matanya terasa begitu menggoda dan sayang untuk dilewatkan. Namun, karena peringatan Anna dan Samuel, Ashley harus menahan diri agar Guanlin tidak makin ilfeel dengan Ashley.
"Gue mau bilang kalau lagu The Truth Untold itu gue banget. Dan gue mau lo denger, jadi jangan bilang kalau gue murahan. Gue cium lo di atas panggung itu karena mau ngelindungi lo dari Sar—"
"Rambut lo ketempelan permen karet. Lo enggak memang ceroboh, bego pula. Mau gue ilangin?"
"Lo enggak marah sama gue?" tanya Ashley, cukup terkejut sekaligus kegiriangan dalam hati karena Guanlin memang enggak bisa ngambek sama Ashley lama-lama.
Guanlin menggeleng dan seketika itu juga Ashley berlari ingin memeluk Guanlin. Namun, Guanlin juga bisa lebih cepat sehingga adegan skinship pun dapat dihindari.
"Dari dulu juga gitu, kecuali lo yang dulu tiba-tiba ngejauhin gue terus sekarang malah bertingkah super nyeremin," jelas Guanlin, sambil jaga jarak dan segera melangkah menuju rumahnya.
"Itu karena gue suka sama lo dan lo malah sama Sara," kata Ashley di balik punggung Guanlin. Namun, tidak mendapat respon apa pun dari Guanlin. "Gue enggak tau cara nyatain cinta secara halus itu gimana, tapi—" Ucapan Ashley terputus begitu saja, dan di waktu bersamaan lutut Ashley melemah.
Semoga ini bukan mimpi. Pikir Ashley sambil mengerjap-ngerjapkan mata, meyakinkan diri dengan kejadian ter-dasyat sepanjang sejarah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro