16. Apapun Untuk Guanlin Tercinta
"JADI LO TERIMA atau tolak?" tanya Anna di atas tempat tidur Ashley, ketika mereka sedang nonton drakor bareng dan kebetulan scene-nya cukup membosankan untuk dipertahankan.
Ashley mengedikkan bahu. Matanya bengkak seperti habis menangis, tapi bukan karena drama yang ia tonton melainkan karena masih teringat-ingat tentang keputusan Guanlin untuk pergi ke Korea setelah lulus SMA.
Kata Guanlin, dia berencana buat ikut audisi Produce 101 musim keempat. Dan itu sukses membuat Ashley nangis kejer, setelah sadar apa yang ia lakukan di hadapan Guanlin—dalam hitungan detik.
"Mending nolak aja, biar alurnya enggak gampangan banget," jawab Ashley seratus persen tidak nyambung dan itu membuat Anna terpaksa mengarahkan wajah Ashley, agar bisa melihatnya secara langsung.
"Bukan D.O, tapi lo, Ashley!!" ucap Anna frustrasi karena tadi Ashley curhat setengah-setengah dan bukannya menyelesaikan, Ashley malah mengajak Anna nonton drakor hingga lupa pada tujuan awal dia ke sini. "Lo 'kan bilang kalau Guanlin pengen lo ajarin dia bahasa Korea, sekaligus jadi komentator disetiap latihannya."
Lalu Ashley mendesah. Wajahnya tampak letih seperti itu bukan Ashley yang sebenarnya.
Melihat Ashley yang seperti demikian, Anna jadi deg-degan. Takut jika Ashley berkelakuan aneh-aneh dan takut jika Ashley nekat makan durian berkilo-kilo terus mati karena kecewa sama Guanlin.
Akan tetapu mereka 'kan tidak atau belum pacaran. Dan juga, menurut Anna bukankah seharusnya Ashley mendukung mimpi Guanlin agar mendapatkan nilai plus, lalu Guanlin jatuh cinta dengan Ashley, karena Ashley menjadi salah satu sosok yang berada di sisi Guanlin.
It's so romantic right?
Lagipula, punya pacar idol kedengarannya keren banget. Batin Anna ketika membayangkan bagaimana Guanlin nanti, jika lelaki itu sungguhan menjadi idol.
"Mau enggak mau, gue bilang 'Iya'. Anything for Guanlin, Anna." Ashley menekan icon pause di laptopnya kemudian beranjak dari tempat tidur, mengambil buku catatan di meja belajar. "Gue bahkan semangat banget!
"Bikinin Guanlin list lagu rap paling keren, bikinin Guanlin kamus percakapan dasar Korea, dan yang terpenting ...." Ashley menggantungkan kalimatnya, sambil mencari-cari sesuatu di dalam laci. "Gue juga mohon-mohon sama Samuel supaya dia mau editin foto Guanlin pake seragam produce 101 sama kayak Kang Daniel."
Ashley menyerahkan benda-benda tersebut, membuat Anna mengernyit dalam karena bingung dengan omongan Ashley yang sebenarnya tidak konsisten.
Tidak konsisten karena tadi—waktu di telepon—Ashley menangis, meraung-raung lalu curhat tentang Guanlin dan sekarang malah terlihat begitu mendukung, meski mata bengkak serta hidung meler menjadi saksi ketidaksetujuannya dengan keputusan Guanlin.
"Tapi lo 'kan enggak ngerti rap?" protes Anna.
"Komentar itu gampang. Telinga gue sudah terbiasa denger rap Kang Daniel yang super seksi."
"Tapi itu Guanlin, bukan Kang Daniel."
Tiba-tiba Ashley menampilkan senyuman kemudian menepuk pipinya. "Jelas dia Guanlin—super ganteng, keren, pintar, dan bukan Kang Daniel," kata Ashley lalu mencium pipi Anna dengan gemas, sambil mengusap rambut gadis itu. "Bayangkan diri lo Guanlin, terus gue cium kayak gini," tukasnya lagi lalu Ashley tertawa dan pergi meninggalkan Anna sendirian.
Iya sendirian. Seolah lupa siapa yang membuat Anna harus repot-repot ke tempat ini dan meninggalkan rutinitas skin care di sore hari.
***
Di depan rumah Guanlin, pukul tujuh malam. Ashley mengembuskan napas, setelah melakukan perawatan wajah yang dipandu oleh Anna, serta setelah yakin bahwa penampilannya tidak seburuk sebelumnya.
Ashley yakin bahwa wajahnya kini glowing, bersinar, dan halus seperti pantat bayi. Ashley bahkan juga yakin kalau sekarang tubuhnya sudah harus semerbak, seperti taman bunga.
Jadi penampilannya kali ini benar-benar perfect dan sekarang ia siap untuk menjadi komentator, mentor, sekaligus penggoda Guanlin.
Menekan bel, Ashley menunggu pintu terbuka. Mulutnya komat-kamit, mencoba menyanyikan lagu rap milik Kang Daniel yang nanti akan menjadi salah satu even unjuk giginya di depan Guanlin.
Lalu pintu berbahan kayu jati itu terbuka, menampakkan sosok paling indah se-alam semesta yang refleks membuat Aahley membuka mulut selebar-lebarnya.
"Ashley," panggil Guanlin, sambil menyeka wajahnya dengan handuk dan memaksakan diri agar tidak tertawa.
"Oh my God," bisik Ashley, masih memandang Guanlin dengan tatapan melotot, sambil memberikan nampan ke arah lelaki itu. "Sumpah, enggak ada yang lebih indah dari pemandang di depan gue."
Guanlin mengernyit, tapi kemudian ia tertawa. "Lo serius?"
"I swear." Ashley memberikan tanda peace. "Keringat, otot bisep, jakun, dan rambut lo yang lagi basah ... boleh gue tampung dalam botol?" tanya Ashley, dengan nada memohon sambil mengepalkan kedua tangan seolah ia sedang berdoa pada Tuhan Yesus.
Di waktu bersamaan, Guanlin refleks merinding. Ia bahkan sampai mundur selangkah kemudian buru-buru menggelengkan kepala. Mengabaikan bahwa ucapan Ashley barusan, sudah sama seperti orang-orang yang mengalami kelainan seks.
Lalu sebelum Ashley maju selangkah, Guanlin buru-buru menahan Ashley—menggunakan jari telunjuk—ditempelkan di kening Ashley—gadis itu berhenti, menatap jari Guanlin dan sepertinya ia menyadari sesuatu.
"Kayaknya lo lupa kalau muka lo masih ditempelin masker," ucap Guanlin, sambil tertawa kecil kemudian membuka masker setengah basah di wajah Ashley. "Lo udah gede, ya?"
"Dada dan pantat gue juga sudah gede," jawab Ashley cepat.
"Gue enggak bahas itu." Wajah Guanlin memerah.
"Tapi apapun buat lo, Guan." Ashley maju selangkah, sedangkan Guanlin mundur. "Gue rela begadang buat jadi komentator, plus mentor, plus penggoda. Jadi gimana kalau kita mulai dari sekarang?" Usul Ashley dengan nada gas pol dan itu membuat Guanlin berpikir, bahwa ia telah melakukan kesalahan sejak awal.
Guanlin meneguk salivanya lalu setelah beberapa detik ia berkata, "Kayaknya gue sama Samuel aja."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro