15. Guanlin Pengen Jadi Repper Dan Ingin Ke Korea
ASHLEY ANAK YANG baik. Sedikit pun Ashley tidak menyimpan rasa dendam terhadap perbuatan jahat Sara di lomba memasak tadi. Justru kebalikannya Ashley menganggap, bahwa Sara mungkin punya hobi nonton sinetron sehingga ketika marah dia akan mengikuti tingkah pemeran utama dengan menumpahkan minuman di kepala atau wajah lawannya. Namun, karena waktu itu yang ada hanya makanan, maka jadilah makanan tersebut ditumpahkan.
Dan ketika Ashley memikirkan hal tersebut, ia jadi beranggapan bahwa Sara mungkin marah padanya karena Guanlin lebih suka masakannya. Lalu karena Ashley menolak untuk memicu api permusuhan, maka tugas utama untuk menghindari hal tersebut adalah meminta maaf—mengkampanyekan perdamaian—kalau perlu bela-belain datang ke rumah Sara.
Sayangnya, ketika Ashley sampai di depan rumah Sara bukan perdamaian yang ia dapatkan, melainkan pertempuran otot yang terjadi secara gila-gilaan. Bagaimana tidak, pasalnya Ashley melihat Sara sedang berciuman dengan Jacob di depan pagar rumah gadis itu sambil berpelukan mesra.
Jadi katakan saja bahwa Sara adalah gadis serakah. Sudah bersama Jacob, tetapi masih saja menginginkan Guanlin yang jelas-jelas telah disakiti.
Fix! Ashley marah luar biasa hingga adegan pukul-pukulan pun terjadi dan tidak akan berhenti, jika para tetangga di sekitar rumah Sara tidak menyirami mereka dengan air.
"Gue tendang Sara berkali-kali karena enggak bisa kelai dan juga karena enggak mau lo disakiti!" seru Ashley, sambil meringis beberapa kali ketika lukanya disentuh kapas alkohol. "Padahal niatnya mau maafan karena mom enggak suka pertikaian.
"Tadi gue cerita, waktu mom tanya kenapa rambut gue bau udang sambalado dan mom akhirnya marah besar, lalu suruh gue cepat-cepat pergi ke rumah Sara, tapi—"
"Lo enggak berubah, ya?" sela Guanlin, memotongan curhatan Ashley sambil tersenyum. Mata lelaki itu menyipit dan Ashley jadi mabuk kepayang di waktu bersamaan. "Jangan bilang cita-cita lo masih sama kayak dulu, pengen jadi wonder women supaya bisa lindungi gue," kata Guanlin lagi kemudian kembali melaksanakan tugasnya yaitu mengobati luka-luka Ashley.
Seriusan! Yang bersama Ashley sekarang memang benar-benar Guanlin. Dan itu terjadi karena setelah ajang perkelahian sengit serta main siram-siraman bareng tetangga Sara, Ashley lebih memilih untuk berbelok ke rumah Guanlin lalu meminta belas kasihan.
Alasannya simpel, Ashley tidak ingin mom khawatir berlebih lalu kembali mengomel karena tahu, bahwa Ashley belum berbaikan dengan Sara dan bahkan malah berkelahi.
Jadi menurut Ashley, lebih baik berbelok ke rumah Guanlin meski keadaannya saat itu benar-benar basah kuyup. Hitung-hitung, jika Guanlin meminjamkan bajunya itu akan mengembalikan Ashley ke masa kenangan beberapa tahun silam—sebelum adegan permen karet—sebelum Ashley jatuh cinta dengan Guanlin.
Ashley meneguk saliva, mengerjap beberapa kali, berusaha fokus akibat ucapan yang dikatakan Guanlin barusan.
Kalimat yang memang terdengar sangat sederhana, tapi jangan salah! Ini obrolan masa SMP mereka. Jadi secara tidak langsung Guanlin menyatakan, bahwa ia mengingat apa pun yang dikatakan Ashley.
Oh, so romantic!
Semoga Ashley tidak gagal fokus.
"Of course I do it! Because ...." Ashley menggantungkan kalimatnya, benar-benar deg-degan karena kali ini ia harus mengatakannya dengan Bahasa Indonesia sambil terus melakukan kontak mata sama Guanlin.
Pokoknya sekarang harus lebih elegan, seperti yang dicontohkan Anna! Batin Ashley, sambil komat-kamit mencoba mengeluarkan suara. "Tentu sa-saja kulakukan, ka-karena itu ... itu ... G-Guan—"
"Ashley!!!" Sial! Ashley gelagapan ketika Samuel membuka pintu kamar Guanlin secara heboh dan menghancurkan moment menegangkan beberapa detik lalu.
Padahal tadi Guanlin sempat fokus banget lihatin Ashley dan Ashley beneran sudah kayak mau mati, tapi ....
... serangan dadakan itu memang menjengkelkan. Dan itu adalah ulah Samuel, si biang kerok!
"Lo enggak pa-pa, 'kan!?" pekik Samuel, sambil berlari menghampiri Ashley memeriksa seluruh anggota gerak gadis itu. "Tadi gue lihat lo ke sini, muka lo berdarah-darah kayak babak belur terus kenapa enggak ... loh?"—Samuel melirik ke arah Guanlin, yang mana lelaki itu sedang bersujud tapi dengan cara berbeda—"Guanlin, lo ngapain nyium lantai?"
Guanlin diam saja dan ketika Samuel mengamati lelaki dengan penuh konsentrasi, ternyata Guanlin sedang memegangi perutnya seperti orang yang lagi sakit perut.
"Lo mau boker? Atau nahan kentut?" tanya Samuel bego. "Ashley fine-fine aja, kok kalau lo kentut di sini. Katanya aroma kentut lo sudah kek bunga kasturi." Lalu Samuel terkekeh—benar-benar tidak bisa membaca situasi setelah apa yang dia lakukan.
Guanlin menoleh ke arah Samuel, menatap Ashley sekilas lalu meringis. "Gara-gara lo, Sam. Perut gue ketendang."
"Ketendang?" Samuel menaikkan sebelah alisnya lalu seperti tidak mementingkan jawaban Guanlin, atensi Samuel teralihkan ke suatu hal yang tergeletak di atas tempat tidur Guanlin.
"Wow! Lo masih—" ucapan Samuel terputus ketika Ashley dengan gesitnya merebut secarik kertas yang menarik perhatian Samuel kemudian membacanya.
"By Guanlin Bimaseda. Ini puisi? Lirik lagu? Atau sajak?" tanya Ashley yang bersikap santai seolah lupa adegan mendebarkan barusan dan lupa bahwa kaki jenjangnya tadi barusan menendang Samuel.
Ashley melangkah terburu-buru kemudian duduk di samping Guanlin, memperlihatkan apa yang tertulis di kertas tersebut. "Lo masih berambisi buat jadi repper di Korea?"
Senyum manis terbit di wajah Guanlin dan pada saat itu juga hati Ashley meledak. "Sudah naik level. Sekarang gue pengen jadi repper sekaligus idol dan yang gue tulis itu untuk—"
"Berarti lo bakal ninggalin gue lagi, dong?!" sela Ashley yang kemudian meneteskan air mata, sadar bahwa ia mungkin akan patah hati untuk kedua kalinya.
Tapi ... semoga saja tidak. Ashley ingin sukses mendapatkan cinta Guanlin dan bersedia jika harus menumpahkan seluruh darahnya.
"Jangan bikin gue tutup proyek lagi, Guanlin." Itu kata Ashley sebelum dia nangis beneran kemudian guling-guling di lantai marmer kamar Guanlin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro