Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Nangkep Bola Aja Ashley Jago, Apalagi Nangkep Guanlin

"APA?!!! LO BILANG kayak gitu di depan Guanlin en Sara?!!!" Mata Anna melotot sempurna, mengalahkan bulatnya bola pingpong yang terpantul ke sana- ke mari karena sedang dipermainkan oleh kelompok putra, pada kelas olahraga.

Ashley mengangguk mantap, sambil memegangi buku berisi kumpulan proyek untuk mendapatkan hati Guanlin dan dengan perasaan bangga memberikan tanda checklist di hadapan Anna. "Berkat bantuan Samuel. Kalau dia enggak setuju main detektif-detektifan bareng gue, mungkin semua bakalan mustahil untuk terjadi."

"Bahasa lo ketinggian!" sela Anna, sambil menoyor kepala Ashley dengan begitu gemas karena sadar bahwa temannya yang satu ini benar-benar telah kehilangan urat malu. "Lo kudu dirukiyah, Ash."

"What? Why? Wae?!"

"Iya, karena lo enggak sadar kalau Samuel itu udah malu-maluin lo dan masukin lo ke dalam lubang buaya."

Ashley mangut-mangut, sambil memandangi Guanlin yang dari sudut pandangnya tampak terlalu tampan dengan tetesan bulir keringat akibat asyik bermain basket. Ugh! Arti dari kegantengan haqiqi adalah Guanlin Bimaseda. Pikir Ashley kemudian matanya kembali teralihkan pada Anna. "Gue enggak piara buaya dan di rumah atau tetangga kanan-kiri juga enggak piara buaya, lalu--"

"Ash!" Anna kembali menyela ucapan Ashley, kali ini dengan nada frustrasi, sambil memijat kening karena Ashley kembali gagal paham seperti, ketika gadis itu memulai sesi curhat bersifat laporan paling tidak penting se-dunia. "Sumpah, ya! Ngomong sama lo itu kayak gue lagi ngobrol sama Dora, kudu diulang-ulang mulu, sumpah!"

"Lalu?"

"Geezzz!!! Lalu gue mau lo fokus dengerin lambe gue yang bercicit super manjalita ini!"

"Oh, oke," jawab Ashley super pendek, tanpa nada, dan dengan wajah datar seolah yang barusan itu bukanlah perbuatan dosa karena membuat Anna menjadi stress luar biasa.

Anna memutar mata lalu mengembuskan napas kuat-kuat, seolah tadi ia sedang menahan napas.

Iya, menahan napas beneran sebab beberapa detik sebelumnya aroma busuk hinggap di hidung Anna dan ketika Anna melihat ke sekeliling, beberapa murid yang duduk-duduk manja di lapangan auto menjauh dan ketika Anna melirik ke arah Ashley ....

... gadis itu malah menampilkan ekspresi cengiran kuda. "Ops ... gue tadi kentut. Kebauan, ya?" ucap Ashley tanpa repot berbisik, sambil menutupi wajahnya menggunakan buku Love Project.

Saat itu juga Anna semakin gemas dan kesal karena baunya yang enggak ketulungan, seperti belum BAB selama seminggu. Jadi tanpa pikir panjang, Anna segera melayangkan pukulan di mana saja, asalkan itu adalah tubuh Ashley. Kecuali bagian dada dan area sensitif lainnya--Anna jelas menolak mentah-mentah kalau nanti Ashley kegeeran lalu bilang Anna LGBT yang naksir dirinya.

Ew!!

"Udah, deh, gue capek mukulin lo enggak ada uangnya. Jadi sekarang lo mau ngapain? Sekarang, mah, terang-terangan aja. Toh, Guanlin juga sudah tahu kalau lo suka dia," tukas Anna, setelah mengusap keringat di kening lalu menyilangkan kedua tangannya di atas dada.

"Kayaknya Guanlin belum tahu."

"Hah?" Mulut Anna terbuka cukup lebar.

"Yes, I'm sure about that." Ashley mengetuk-ngetukkan pulpen di dagunya--tidak sadar bahwa penutup pulpen tersebut telah hilang--menyisakan beberapa titik menyerupai tai lalat di area tersebut. "Buktinya Guanlin masih meng-klaim gue sebagai sahabat, padahal kita sudah putusan, loh."

"Putusan jidat lo, ugh!" Dan jitakan manis pun diberikan Anna untuk Ashley. "Bodo amat, lah! Intinya sekarang lo mau ngapain? Enggak usah bertele-tele, deh, gue sudah tutup sesi curhat atau laporannya."

"Err ... menurut lo sisi menarik gue apa, ya?"

Kedua alis Anna menyatu sedetik setelah Ashley memberikan pertanyaan yang menurut Anna cukup ajaib, jika yang bertanya adalah Ashley.

"--atau sejenis kemampuan, deh."

Kerutan itu menjadi semakin dalam dan Anna semakin berpikir keras.

"--eh, atau lagi sejenis keistti--"

"Bikin orang malu, Ash," sela Anna yang akhirnya menemukan jawaban, setelah sekian lama berpikir keras--mencari-cari hal apa yang paling dominan pada diri Ashley.

Mangut-mangut kayak marmut, Ashley kembali menampilkan cengiran kuda paling memuakan bagi Anna. "Maksudnya malu yang sampai bikin muka merah-merah gitu, terus ada debaran-debaran jatungnya, 'kan?"

Anna mendesah pelan. You are a very positive thinking. "Iya, sampai orang-orang itu pun segan mau ketemu lo, saking malunya."

"Wow! Amazing like spechless!" Demi Tuhan, mata Ashley refleks berbinar-binar dan itu sukses membuat Anna jadi enggak tega untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

"As you wish, aja, sih, Ash," kata Anna, "asalkan kau bahagia."

Ashley menjerit kemudian segera menjabat kedua tangan Anna dan segera menoleh ke arah Guanlin. Sebenarnya jeritan itu, sempat mengalihkan semua murid yang sedang menikmati waktu olahraga di lapangan--termasuk Guanlin.

Akan tetapi, jeritan tersebut segera terabaikan karena para murid lelaki menganggap, teriakan seorang gadis termasuk dalam ekspresi berlebih akibat ngomongin cogan lalu bagi murid perempuan, mereka menganggap teriakan seorang gadis termasuk dalam aksi mencari-cari perhatian para cowok. Dan itu nyebelin jadi cewek-cewek itu pun kompak menggosip apa pun tentang Ashley.

Sayangnya Ashley tidak peduli dengan bisik-bisik tetangga, sedangkan Anna terlanjur baper karena peka sahabat paling ajaibnya sedang digosipin hal-hal paling tak masuk akal.

Mereka bilang, Ashley sengaja teriak-teriak buat menarik perhatian para cogan. Lalu ada juga yang mengatakan, Ashley teriak, bukan buat menarik perhatian cogan saja, tapi juga untuk nyebarin pelet supaya Guanlin segera naksir Ashley.

Well, itu benar-benar opini paling tidak masuk akal dan di waktu bersamaan juga membuat Anna berpikir, kalau kebanyakan dari para gossipers di sini adalah korban dari reality show bertemakan mistis. Contohnya seperti ....

... gosipin setan.

... tapi Ashley 'kan bukan setan!

Oh, that's right! Ashley lebih mirip orang yang kerasukan setan bucin.

"Menurut lo, gue bisa nyanyi?" tanya Ashley, masih tetap memegangi kedua tangan Anna, dan menatap Guanlin yang sedang men-dribble bola basket.

"Mending lo diam."

"Melukis?"

"Lukisan abstrak boleh juga."

"Kalau gitu, how about basket ball?"

"Hah???" Anna membuka mulutnya lebar-lebar, sambil mengikuti arah pandangan Ashley yang tanpa diduga-duga langsung melempar buku catatannya dan segera berlari menuju lapangan basket.

Tanpa diperintah dan tanpa diundang, Ashley dengan muka badaknya pun langsung merebut bola yang menggelinding lalu segera men-dribble benda tersebut.

S-E-A-D-A-N-Y-A.

Dan semua anak lelaki di lapangan basket pun sibuk menertawakan dirinya, tapi satu yang terpenting.

Guanlin tidak tertawa—hanya tersenyum--segera menghampiri Ashley lalu merebut bola tersebut, dan memasukkannya ke dalam ring.

"Belajar nangkap bola dulu, deh, sebelum nge-dribble," tukas Guanlin, sambil melakukan gerakan dribble lalu memberikan isyarat pada teman-temannya, bahwa ia telah keluar dari permainan, dan yang terpenting ....

... Guanlin tadi melakukan antraksi paling keren se-alam semesta—memutar bola basket menggunakan jari telunjuk lalu menyelipkannya di antara bawah kaki. Pokoknya seperti gaya Suga BTS banget, deh! Hingga membuat Ashley bertepuk-tepuk tangan, sambil jejeritan seperti melihat Kang Daniel sedang topless.

Di waktu bersamaan, hati Ashley juga meledak, ketika mengetahui reaksi Guanlin di sesi latihan dadakan ini, lalu segera angguk-angguk secepat kilat seperti boneka anjing yang biasanya diletakkan di atas dashbor mobil.

"Gosah angguk-angguk mulu, Ash," kata Guanlin—di sisi lapangan basket yang cukup aman untuk latihan amatir—dan ketika sadar, kalau yang dilakukan Ashley cuma menganggukkan kepala saat jarak mereka sudah mencapai sekitar dua meter. "Gue lempar, ya?"

Lalu tanpa menunggu persetujuan Ashley, Guanlin melemparkan bola basket setinggi dada dan dengan sikap berlebihan itu ....

... Ashley bukan hanya menangkap lalu melempar kembali bola basket itu, melainkan berlari demi menangkap semua bola yang ada kemudian melemparkannya ke arah Guanlin.

Yap! Secara tidak langsung, Ashley sudah gangguin anak-anak yang lagi menikmati bebasnya kelas olahraga dan juga membuat Guanlin kelabakan, sampai-sampai lelaki itu sempai berpikir untuk bersembunyi.

Tapi, satu hal yang disukai Ashley tentang Guanlin;

Guanlin adalah lelaki tegar dan Guanlin memilih tetap bertahan, dengan kerusuhan Ashley meski tidak jarang beberapa bola mengenai tubuhnya.

Setelahnya, Ashley berlari mendekati Guanlin—berbicara tegas di depan lelaki itu—hingga semua telinga pun mengalami peningkatan fungsi seribu kali lipat.

"Tau enggak, Guan? Nangkep bola aja gue bisa, apalagi kalau gue nangkap elo. I'ts easy, man!" Lalu Ashley berlari lagi—secepat kilat—dan langsung memeluk Guanlin. "Just like this!"

Itu kata Ashley dengan suara yang benar-benar lantang, sampai seluruh murid di kelas olahraga jadi melakukan paduan suara paling heboh se-Indonesia Raya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro