03. Guanlin Oh Guanlin
TIDAK ADA perbedaan yang spesial untuk upacara rutin setiap hari senin. Semuanya masih cenderung sama menurut Ashley; beberapa murid tampak pucat akibat terik matahari lalu pingsan—membuat para anggota PMR harus sedikit lebih repot, jutaan peluh bercucuran di barisan murid kelas dua belas, dan nasihat panjang kali lebar dari kepala sekolah yang terpaksa harus didengar. Ashley hapal benar dengan peristiwa tersebut.
... dan sebenarnya Ashley juga bosan, cenderung tidak sabar menunggu upacara ini berakhir. Jadi entah sudah keberapa kali dalam sepuluh menit, Ashley sukses memecahkan rekor merepotkan anak-anak OSIS—yang sedang menjaga ketertiban barisan—karena terlalu sibuk mengganggu Anna.
Anna berdiri di hadapan Ashley, berbaris sambil memberengut karena tidak bisa fokus mendengarkan ceramah Kepsek. Kata Anna, ceramah hari ini menarik—tentang konser world tour Wanna One yang menurut kepsek hanya bersifat hura-hura—Anna sering menyangkal pendapat kepsek, sedangkan Ashley hanya mengangguk-angguk bego sambil sesekali menimpali bagaimana seksinya abs Kang Daniel di setiap konser.
"Konser Wanna One itu enggak terjadi tiap hari, jadi enggak ada hura-huranya. Untung Pak Kepsek hari ini kelihatan lebih tampan kayak Pak Sandiago Uno, kalau enggak?" protes Anna lagi, dengan posisi tangan di bawah dada sambil mengerutkan kening.
Ashley mangut-mangut lagi, merasa tidak yakin dari sudut mana pak kepsek terlihat seperti Pak Sandiago Uno. "Dan juga seksinya keringat Kang Daniel enggak bisa disimpan bertahun-tahun karena bakalan kering kena angin. Untung Guanlin sudah jomblo."
Menoleh cepat ke arah Ashley, Anna tiba-tiba bergidik ngeri. Bagaimana tidak, menyimpan keringat seseorang (dalam artian manusia rupawan) sebagai koleksi itu sama seperti pengidap kelainan jiwa yang disebut olfactophilia dan kalau boleh jujur, Anna jiga ngeri mendengarnya. Jadi ....
"Jangan bilang kalau lo olfactophilia."
Ashley menaikkan sebelah alisnya lalu meletakkan dagunya di bahu kanan Anna. "Err ... itu, menu makanan baru, ya? Semacam cokelat TOP, Beng Beng? Sorry, tapi gue sedang diet karena anoreksia."
"Bukan anoreksia, pe'a!!! Lo itu obesitas."
Lalu Ashley hanya mencebik, memajukan bibirnya beberapa senti, dan tiba-tiba memeluk Anna erat-erat.
"Whatever you say ... please, ceritain versi lengkap tentang Guanlin, dong," pinta Ashley, sambil peluk manja dan mengendus-endus parfume Anna. "Lo tega lihat gue patah hati lagi? Ini tentang Guanlin. Hidup dan mati gue," kata Ashley lagi yang diam-diam, sedang sibuk curi-curi pandang buat ngeliatin Guanlin sebagai petugas PMR di barisan kelas tiga.
"L to the E to the B to the A to the Y! Please, deh, Ashley!" Anna merinding disko dan berusaha tabah, saat sikap kanibal Ashley tiba-tiba muncul.
Terutama saat Ashley mulai senyum-senyum sendiri, karena melihat butiran peluh di dagu dan leher Guanlin—membuat Ashley jadi meraba-raba perut Anna, seolah ada janin manusia di dalamnya.
"Cerita, dong! Gue sudah enggak tahan sama itu keringat." Demi Tuhan, Ashley beneran sakau alias mabok akan pesona Guanlin, sekaligus kepo berat dengan omongan Anna semalam—tepat tengah malam—jam dua belas, di antara kemeriahan pesta ulang tahun Jacob.
Yang mana Ashley memang tidak termasuk di dalamnya, karena sebagian besar murid populer menganggap Ashley payah.
Atau mungkin aneh. Err ... tidak juga, tapi ... ya, gitu deh. Bahkan Samuel adiknya dan Anna sahabatnya dianggap sebagai manusia paling tabah dengan tingkah laku Ashley.
Salah satunya seperti sebulan lalu, saat Ashley merayakan ulang tahun Anna. Anna harus berbesar hati karena kado yang ia terima bukanlah hal kesukaannya, melainkan kesukaan Guanlin dan waktu Anna tanya kenapa, Ashley cuma bilang kalau hanya ada Guanlin dipikiran Ashley. Jadi mau enggak mau, Anna harus pakai kolor warna kuning (warna kesukaan Guanlin) saat merayakan ulang tahunnya.
Beruntung, sih Anna cuma ngerayainnya berdua dengan Ashley. Karena kalau rame-rame, Anna bisa malu berat dan itu bukan pertama kali. Ashley juga pernah kasih Anna surat cinta dan percayalah itu bukan untuk Anna—sebagai sahabat, melainkan untuk Guanlin—sebagai cowok yang dicintai dalam hati.
Jadi dengan kata lain, Ashley menganggap Anna sebagai jelmaan Guanlin demi menuntaskan hasrat mencintai belum terbalasnya.
Kembali ke perbincangan Ashley dan Anna semalam—mereka bergosip melalui telepon; Ashley diam-diam nelepon di genteng dan Anna harus mengorbankan suara merdunya karena harus teriak-teriak di tengah pesta. Waktu itu Anna bilang, bahwa apa yang Ashley lihat di laman Instagram Sara ternyata bukanlah halusinasi belaka.
"Ya, gitu, deh, intinya Guanlin sama Sara emang beneran sudah end," kata Anna, kembali mengucapkan hal serupa seperti laporannya semalam. "Dan gosipnya semua itu karena Sara selingkuh sama Jacob. Gue sempat lihat mereka lagi petting di pesta semalam." Mendengkus keras, Anna segera menepis tangan Ashley yang terus ngelus-ngelus perut Anna. "Lo mau lihat videonya?"
"Video Guanlin bugil gue mau," tukas Ashley. Lalu kedua pipinya memerah dan dia segera menggeleng kuat-kuat. "Tapi bohong!!! Emang lo yakin teori itu bener? Kata Samuel, 'pacaran, upload, putus, apus itu lumrah.' Jadi—"
"Samuel bener dan lo kebanyakan main di hutan, makanya enggak tau perkembangan zaman," protes Anna, sambil mendorong kening Ashley dengan jari telunjuk—setelah terpaksa memutar tubuh beberapa detik sebelum kepsek mengucapkan salam penutup.
"Gosip tentang Sara sama Guanlin putus itu sudah lama, gue mau kasih tau lo dari jauh-jauh hari, tapi karena gue sibuk dan lo juga .... Ashley, lo!!!" Ucapan Anna terputus, digantikan dengan jeritan heboh saat angka sebelas berwarna merah terbentuk sempurna dari bawah lobang hidung Ashley.
Ashley menyentuh cairan merah tersebut, sesuai dengan petunjuk Anna dengan wajah paniknya. Lalu setelah Ashley tahu cairan apa yang tercetak di jemarinya, Ashley malah tertawa-tawa. "Hehe—gue kira gue ingusan, tapi ... gue sudah makan malam pake susu protein, sarapan pake apel, terus makan siang nanti pake ...."
Bruk!
"Ashley!!!" Anna menjerit lagi, setelah bokong Ashley sukses menghantam kerasnya ubin lapangan dan kepala mencium sepatu mengkilap Kevin.
Namun, beruntung, Ashley tidak harus melakukan hal terakhir—mencium sepatu mengkilap Kevin (sepatu yang terlampau mahal, hingga lelaki itu akan marah besar jika seseorang mengotorinya) karena beberapa detik sebelum itu terjadi Guanlin terlebih dahulu menyelamatkan Ashley.
Bahkan, Anna pun sempat berdecak kagum dengan ketangkasan Guanlin. Lebih tepatnya juga khawatir kalau-kalau Ashley mendadak sekarat karena menerima sengatan listrik dari sentuhan Guanlin.
Jadi mari katakan, bahwa Anna adalah sahabat terbaik karena memikirkan kebaikan Ashley.
Namun, setelahnya alis Anna mengernyit karena mendapati Ashley tiba-tiba saja tersenyum lebar, sambil memandangi wajah Guanlin—dalam keadaan yang ... mungkin setengah sadar.
"Guanlin oh Guanlin, hidung gue berdarah hihihi," kata Ashley setengah sadar setelah tertawa seperti nenek sihir, lalu pingsan begitu saja—di tengah lapangan, serta di bawah terik matahari.
****
Suwer, Guanlin bakal nongol besok!!! Bocorannya sih, doi bakal anuin Ashley di UKS sbg anggota PMR yg baik dan bijaksana.
Gak banyak-banyak nulis author note, gua cuma mo nanya; gimana menurut kalian tentang chapter ini?
Lalu ... apa kalian merasa alurnya lambat???
Makasih tanggapannya dan jangan lupa vote komen my lovelly readers.
Akhir kata, aku sayang kalian.
See u later ❤❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro