01. Chapter Baru Pasca Patah Hati
SEUMUR HIDUP Ashley tidak pernah menginginkan jatuh ke dalam lubang yang sama. Namun, hari ini berbeda—sesuatu telah mengubah pendirian Ashley—membuat Ashley melakukan pengkhianatan, setelah hampir beberapa minggu kehidupannya dipenuhi oleh drama paling mengharu-biru ala remaja belasan tahun.
Yeah, setidaknya kau harus tahu bahwa Ashley masih berusia tujuh belas tahun, tetapi terlihat seperti anak gadis berumur lima belas tahun. Percayalah! Ini bukan karena dia tampak awet muda. Dia hanya kekanakan dan semua orang yang dekat dengannya mengetahui hal tersebut.
Jadi drama paling mengharu-biru yang dilalui Ashley selama beberapa minggu adalah ....
1. ASHLEY PATAH HATI.
2. TERKUNGKUNG DALAM SITUASI FRIENDZONE.
3. DAN TERPAKSA HARUS MELIHAT SESUATU YANG SEHARUSNYA TIDAK DILIHAT.
4. HINGGA IA KEKURANGAN NUTRISI LALU MENGALAMI ANOREKSIA.
"Stop being overacting, Ashley. Lo bahkan terlalu gendut buat dikatain sebagai pengidap anoreksia." Samuel melipat kedua tangannya di atas dada, bersandar pada kusen pintu sambil mengamati Ashley dengan tatapan ingin muntah.
"Just shut up, Samuel. Lo enggak tahu apa-apa tentang hati cewek," kata Ashley dengan nada terlampau pelan dan terdengar seolah semangatnya telah menguap dengan suasana neraka di kota Jakarta.
Ashley bahkan terlalu malas, meski sekadar mengangkat kepala—menatap Samuel—meyakinkan diri bahwa yang dari tadi bicara panjang lebar memanglah adiknya. Namun, sampai sekarang pun Ashley lebih memilih berada di atas tumpukan album Wanna One—meratapi rasa patah hatinya, sambil mengamati bentuk meja belajar yang sebenarnya juga sudah tidak jauh berbeda dengan kekacauan di kampung halaman Dad—Texas—pasca angin tornado beberapa hari lalu.
Di lain sisi, Samuel hanya bisa memutar mata hingga tangannya terasa gatal ingin membenturkan kepala kakak kesayangannya itu agar kembali normal.
Oops! Ralat, deng, Samuel selalu mengatakan bahwa Ashley adalah kakak paling payah se-alam semesta. Dan sebenarnya, Samuel juga tidak pernah memuji Ashley—lebih tepatnya jika mereka saling berhadapan seperti sekarang.
"C'mon, Ashley! Sekadar informasi aja, ya, yang lo lakuin beberapa minggu itu cuma bengong, mangap-mangap enggak jelas, nangis, terus dengerin lagu-lagu galau.
"Emang lo enggak ada kerjaan lain atau ... seenggaknya kepengen bangun tujuan hidup lo lagi, supaya Guanlin ngelirik elo dan bukannya Sara?" tanya Samuel sedikit geregetan dengan sikap Ashley yang jika Samuel bisa jujur, itu bukan Ashley banget.
Ashley tidak pernah semenderita ini dan itu membuat Samuel bertanya-tanya, memang tetangga sebelah bernama Guanlin sehebat apa, sih? Toh, sama-sama manusia!
"I'm the sadness person in the world, Samuel."
"Cih, yes. You are. But ...."—Samuel mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, lalu buru-buru memainkan jemari di layar kaca tersebut—"lo harus lihat ini," kata Samuel, sembari melangkah menghampiri Ashley dan menundukkan sedikit punggungnya.
Sekilas semua orang pun tahu, bahwa Samuel tengah memaksa Ashley untuk melihat ponselnya dan itu bukanlah hal buruk. Meski Samuel harus rela susah payah memiringkan kepala Ashley dan harus menanggung resiko jika mom melihatnya, lalu mom akan melebeli Samuel sebagai adik durhaka.
Nyatanya, Samuel memang tidak peduli dan Ashley—dalam hitungan detik—tertangkap sedang membuka matanya lebar-lebar dengan mulut terbuka seperti kuda nil sedang menguap.
Samuel tersenyum bangga lalu menepuk bahu Ashley dan terus meng-scroll laman Instagram yang menampilkan profile si Seksi SMA Santa Maria, Sara Dupon.
"Demi Tuhan, kayaknya mata gue sudah dibutakan supaya enggak lihat hal-hal yang bikin patah hati gue makin parah." Ashley menoleh ke arah Samuel, berulang kali hingga ia merasa sedikit pening. Ada ekspresi tidak percaya di wajah Ashley dan itu membuat Samuel kembali mengakui, bahwa kakaknya itu memang kekanakan karena mengatakan hal tadi.
Dibutakan agar tidak terus patah hati lalu mengungkapkan, bahwa Tuhan itu Maha Baik. Cih, memangnya Ashley hidup di zaman nabi? Mimpi saja.
"Please, jangan lebay. Lo enggak lagi dibutakan, Ashley."
Ashley mengernyit. Mata gadis itu masih sembab setelah beberapa menit lalu terus menangis selama berjam-jam. "Lalu?"
"Sara ngapus foto-foto mesranya sama Guanlin."
"Dan itu artinya?"
"Mereka jelas udah putuslah, Pe'a!!!" Samuel berseru cukup keras cenderung frustrasi. Bahkan jika ia tidak ingat dengan Iphone barunya itu, mungkin barang tersebut sudah melayang ke kepala Ashley.
Sebenarnya, Samuel juga sempat terpikir bahwa bisa jadi, patah hati yang dialami Ashley ternyata memengaruhi cara kerja otaknya.
Oh, Guanlin benar-benar luar biasa! Dan Samuel miris melihat Ashley yang akhir-akhir ini berubah telmi.
Ashley menggeleng pelan lalu menyeka air matanya. "Dari kapan? Kok, gue enggak tau apa-apa. Apa karena Guan, otak gue berubah jadi eror?"
Lo sudah eror sejak awal, Kak. Batin Samuel sambil mendecih keras, berusaha mengabaikan ke-telmi-an Ashley. Masalahnya apa Ashley beneran enggak sadar? Ini kabar baik, loh dan hal yang seperti itu pasti akan selalu terjadi di kalangan pasangan populer!
Maksudnya ... hellow!!! Pacaran, upload, putus, hapus, itu sudah biasa kaleee!!
"Elo kelamaan bertapa di dalam goa dan terlalu repot buat meratapi patah hati lo," tukas Samuel, sambil mendorong kening Ashley menggunakan telunjuk dan menyentuh salah satu foto selfie milik Sara Dupon. "Mereka putus. Gue enggak tau kapan, tapi kenapa enggak lo gunain kesempatan ini buat—"
"Buat melanjutkan project gue yang tertunda!" seru Ashley, tanpa sadar menggebrak meja dengan sorot mata berapi-api.
"Alright, dan sekarang cara kerja otak lo sudah kembali. Gue capek tiap hari lihat—"
"Anna! Dia harus tau berita ini," Ashley menebarkan pandangannya, menoleh ke sana-kemari seperti sedang mencari sesuatu. "Ponsel gue!" jerit Ashley sambil melangkah cepat menuju tempat tidurnya dan mengobrak-abrik secara brutal.
"Oke, lo sudah waras dan seolah lupa sama patah hati lo," ungkap Samuel, sambil tertawa geli saat melihat tingkah Ashley.
Rasanya seperti rumah minimalis ini hidup kembali, karena berminggu-minggu lalu Samuel terlalu muak dan kesepian sebab harus terus menghadapi tingkah kakaknya yang patah hati karena si tetangga Guanlin.
Enggak tanggung-tanggung memang, Ashley bahkan jadi ahli bersikap layaknya zombie lelah hidup, berpikiran pendek dan mengaku anoreksia, padahal Samuel yakin berat badannya meningkat.
"Ponsel lo membeku di dalam kulkas," tukas Samuel.
Ashley menoleh, menatap Samuel dengan tatapan tak percaya. "Oh, really?"
"Yes. Lo berubah jadi orang sinting beberapa minggu ke—"
"Thank you so much brother," sela Ashley lagi, seolah memotong ucapan orang lain adalah hobi terpendamnya.
Samuel duduk di bangku belajar Ashley, memutarnya beberapa kali lalu berkata, "Dan lo baru ingat sama ucapan terima kasih. Ke mana aja?"
"Ke dunia penuh kegelapan. C'mon, Sam! Lo harusnya ngerti Guanlin itu—"
"Ashley!!!!"
Ashley menoleh ke arah pintu, meski tidak ada siapa pun. Namun, suara itu milik mom yang berada di lantai bawah—terdengar menjerit-jerit—pertanda bahwa ada kekacauan di bawah sana.
Itu pasti ulah Ashley dan ketika Ashley menoleh ke arah Samuel, sekadar meminta penjelasan lelaki itu hanya mengedikkan bahu.
"Mungkin HP lo sudah digoreng mom," ungkap Samuel asal, sambil menahan tawa. "Tapi kalau lo ngelanjutin project itu ... jangan sampai jatuh ke lubang yang sama."
Ashley mengernyit. Benar juga. Gue enggak pernah mau berjuang untuk sesuatu yang sama, tapi .... "Ini soal Guanlin." Mengembuskan napas, Ashley mulai menimbang-nimbang. "Dan kali ini enggak boleh gagal karena ...."
"Patah hati berkelanjutan bukan gaya gue, tapi memanfaatkan kesempatan itu Ashley banget," ujar mereka bersamaan lalu seperti orang sinting mereka tertawa bareng.
Lalu setelahnya mom kembali memanggil Ashley. Kali ini dengan nama lengkapnya dan itu menandakan bahwa keadaan benar-benar kacau.
... atau mungkin tidak.
"Guanlin datang buat jengukin kamu, nih!!" teriak mom, "mau kamu yang samperin atau dia yang samperin kamu?!!"
Tuh 'kan, beneran kacau. Sial! Gara-gara ucapan mom yang terakhir, Ashley tiba-tiba saja jadi kalang kabut. Terutama setelah tahu siapa nama yang disebut mom dan setelah mengetahui bagaimana wujudnya selama beberapa minggu terakhir.
Menyedihkan, menyeramkan, dan seperti monster. Ashley enggak mungkin menampakkan wujud seperti ini di hadapan Guanlin, jadi ia menoleh ke arah Samuel—meminta pertolongan.
"Ini chapter pertama gue, Sam. So ... please help me my little brother," pinta Ashley penuh rasa frustrasi yang ternyata mendapat jawaban di luar dugaan.
Samuel menggeleng kuat lalu memilih kabur melalui jendela kamar Ashley—melompat dari lantai dua—tanpa mengatakan selamat tinggal atau semoga beruntung.
Tampaknya ada sesuatu yang beraroma amis dan Ashley seharusnya mencurigai Samuel. Namun, hal itu tidak sempat terjadi karena beberapa saat kemudian ketukan pintu di kamar Ashley berbunyi.
****
Hola! Cerita baru nih gaes ^^
Okay, jadi di sini w pake latar indo dan ada korea-koreanya gitu, tapi ... percaya deh gua masih ada rasa westernnya lolol.
Curhat dikit, waktu nulis chapter ini beberapa kali w kepeleset.
Yap kepeleset karena kebiasaan pake bahasa baku, tapi di sini kudu dibuat semi baku dan itu butuh penyesuaian bgt buatku.
Buat yg baca semoga gak ngerasa kaku ya.
Anyway, menurut kalian gimana chapter 1-nya? Menarikkah untuk dijadikan pembuka?? Bagi-bagi komentar ya ^^
Anyway lagi, cerita ini gua ikut sertakan dalam 300 days challenge dan di sana ada karya2 dari member lain. Mau baca karya lainnya kamu tinggal klik aja hastag 300dayschallenge.
Sudah itu aja. Semoga suka dan tinggalkan jejak kalian gaes. Aku sayang kalian ❤❤❤
Ig. augustin.rh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro