Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

𓆩✩05. Si Paling Maung

"Jawab dulu pertanyaan gue. Kita sekarang temenan, kan?" Sorot mata Juna menatap penasaran ke arah Mahesa. Matanya berbinar, noda coklat di sekitar bibirnya masih belum terhapus, dan itu membuat Mahesa risi.

Tanpa menjawab pertanyaan Juna, Mahesa langsung mengambil sapu tangan yang tadinya akan dia berikan pada Juna. Tanpa permisi, Mahesa menyapu bibir Juna dengan sapu tangan. Tak ada kata lembut dalam sapuannya, tetapi Juna malah terkikik senang, karena Mahesa diam-diam menerima tawaran pertemanan darinya.

"Sekalinya akur, Mahesa langsung bersihin muka si Juna tanpa ampun. Syukur-syukur sekarang mereka damai," ucap Zidan, yang berhenti mengerjakan tugas karena mendengar suara tawa Juna.

Jika Zidan terganggu dengan suara Juna yang sekarang dibekap Mahesa, maka Haikal datang membawa sekumpulan makanan untuk teman sebangkunya. Tanpa memberitahu Zidan asal usul makanannya, Haikal menawarkan setengah bagiannya, untuk pemuda yang kekurangan tinggi itu, "Zi, lo mau nyobain keripik ini, gak? Gue juga punya susu buat lo."

Mata Zidan tertuju pada makanan yang ditawarkan Haikal. Tanpa menjawab, jemari Zidan merambat mendambakan keripik yang ditawarkan Haikal. Zidan tak peduli asal usul makanan itu dari mana. Karena yang Zidan pedulikan adalah makanannya gratis, dan tak perlu mengeluarkan uang sakunya.

Namun, ketika jemari Zidan hampir menyentuh keripiknya, tiba-tiba Haikal menarik kembali keripik itu. Haikal tersenyum lebar, dengan kedua mata menyipit. Dia berkata, "Gue kasih makanan ini gratis, tapi lo harus mau ikutan challenge toktok bareng gue."

Ada udang di balik batu.

Zidan suka makanan gratis, tetapi dia tak suka membuang waktu untuk memenuhi keinginan Haikal. Akhirnya Zidan memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia mengambil kembali pulpen miliknya, berniat mengerjakan tugasnya lagi.

"Ya ampun, Zi. Gue cuman bercanda. Gak perlu ngambek juga, ini ambil aja. Makanan punya gue bisa lo milikin juga. Kita kan sahab---"

Belum sempat Haikal mengakhiri ucapannya, Zidan sudah lebih dulu mengambil semua makanan yang ada di meja. Dia mendekatkan semua makanan itu ke depan mejanya sendiri. Setelah itu, Zidan membuka salah satu bungkus makanan ringannya.

"Tapi gak semuanya juga! Kita kan bisa makan bareng-bareng!" protes Haikal.

Pada akhirnya Zidan merotasikan bola matanya. Dia membagi makanannya setengah, kemudian melanjutkan acara makannya. Berbeda lagi dengan Haikal yang tiba-tiba memasang wajah serius, ketika mendapatkan panggilan telepon dari pelatih taekwondo sekolahnya.

Haikal mengubah ekspresinya hanya dalam hitungan detik saja. Pemuda itu mendengarkan apa yang dikatakan pelatihnya dengan saksama. Dia bahkan tak peduli, pada Zidan yang hampir menghabiskan satu bungkus keripik miliknya. Lalu Zidan sendiri tak berniat mengganggu Haikal, dia tahu jika Haikal sudah serius, pemuda itu tak boleh diganggu.

"Kalo peserta dari sekolah kita ngundurin diri, saya yang bakal gantiin dia buat tanding sama sekolah sebelah. Saya gak peduli, mau lawannya dipanggil algojo sekali pun. Lagi pula, kita harus tanggung jawab, karena udah daftar lomba bukan? Sayang juga, kalo uang pendaftaran sekolah gak dibalikin," jelas Haikal.

Zidan mendengarkan perkataan Haikal dengan saksama. Walaupun Haikal terkadang lebay dan cerewet, tetapi jika berurusan dengan masalah penting, Haikal selalu bisa diandalkan. Cowok itu akan serius menanggapi masalah, sampai dia menemukan solusinya. Oleh karena itu, Zidan mau berteman sekaligus satu meja dengan Haikal.

Haikal menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah memutuskan panggilan telepon, dia melirik ke arah Zidan kemudian berkata, "Zi, nanti lo balik bareng temen-temen yang lain aja. Gue ada urusan di klub taekwondo."

"Oke," jawab Zidan tak keberatan.

Akhirnya Haikal membuka buku tugas miliknya. Namun, ketika Haikal ingin mengerjakan tugas, dia lagi-lagi kehilangan benda yang paling penting. "Pulpen gue udah ilang lagi. Padahal baru aja kemarin gue beli! Gue curiga, sebenernya di kelas ini ada penghuni yang seneng ngumpetin pulpen."

"Hampir satu kardus gue beli, gak ada yang tahan lama. Aneh banget, ke mana coba ilangnya?" gumam Haikal kesal.

Zidan diam-diam mengambil tas miliknya. Dia kemudian menjulurkan sebuah pena bermotif harimau untuk Haikal. Tanpa melirik ke arah Haikal, Zidan berkata, "Buat lo."

"Harusnya gue kasih sebagai hadiah, kalo lo menang lomba taekwondo. Tapi karena saat ini lo ngebutuhin ini, ambil aja," ungkap Zidan.

Bola mata Haikal tiba-tiba berkaca-kaca. Sudut bibirnya terangkat ke atas, melihat pulpen bermotif harimau yang Zidan berikan untuknya. Mungkin pulpen itu hanyalah benda biasa, yang Zidan beli dengan harga murah. Namun, yang membedakannya dengan pulpen-pulpen lain adalah, karena itu pemberian Zidan---si Hemat yang terkenal pelit memberikan hadiah.

"Zidanlah sahabat terbaik gu---" Haikal membuka lebar tangannya, untuk melakukan ritual peluk. Namun, sebelum dia menangkap target pelukannya, Zidan sudah lebih dulu menyingkir dari samping Haikal.

"S*l*n lo! Jangan berani peluk-peluk gue! Berapa kali harus gue bilang? Jangan lebay!" ungkap Zidan yang sudah merasa geli, padahal belum dipeluk Haikal.

Haikal hanya tertawa, tanpa rasa bersalah. Dia sudah terbiasa menerima penolakan Zidan dan sikap Zidan yang terkenal ketus. Karena Haikal tahu, di balik sifat Zidan yang biasa mendiaminya, Zidan diam-diam peduli pada orang-orang terdekatnya.

"Yaelah Zi, cuman diunyel-unyel doang," ungkap Haikal.

"Pokoknya gak usah lebay dan gausah peluk gue!" peringat Zidan.

Semakin dilarang semakin Haikal bersemangat untuk menjaili Zidan. Haikal mengambil keripik yang ada di tangan Zidan, setelah itu dia kembali merentangkan tangannya untuk menangkap tubuh mungil Zidan. "Zi, ayo toktok-an bareng gue!"

"Gue bilang gak mau! Ya gak mau!" Zidan segera melarikan diri dari kursinya. Begitu pula dengan Haikal yang tak sabar menjaili Zidan. Dia sudah lama tidak membuat Zidan marah-marah.

Sayangnya, alih-alih membuat Zidan marah, Haikal malah salah sasaran. Cowok itu tak sengaja melemparkan makanan ringan, pada seorang pemuda berkacamata, yang sedang membaca buku.

"M*ti gue," gumam Haikal, melihat cowok berkacamata itu menurunkan bukunya, kemudian melihat langsung ke arah Haikal.

𖤐𖤐𖤐





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro