Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tetangga Baru

Suara bising membangunkan (name) dari tidur siangnya. Gadis bersurai (h/c) itupun beranjak dan membuka jendelanya mengintip sedikit keluar jendela.  Tapi matanya malah bertemu dengan pemuda bersurai hijau tua dan bermanik zamrud dengan bulu mata lentik. Gadis itu kemudian terkesiap.

Dengan kecepatan kilat, segera gadis itu menutup jendelanya dan mengenakan jilbapnya berharap lelaki tadi tak melihat auratnya. Herannya kenapa bisa ada laki-laki disana yang bahkan ia tidak kenal sama sekali. Dan hari ini juga bukan jadwalnya anak-anak bermain voli dan cuacanya sedang panas terik.

"Nduk kesini, ada tamu. Tolong sekalian buatin es teh 4 sama kopi satu ya. " panggil ayahnya dari balik pintu

"iya abi sebentar (name) siap-siap dulu." (name) langsung ke wastafel kamar mandi kamarnya dan mencuci wajahnya takutnya ada bekas iler pas tadi tidur dan membenarkan jilbapnya.  Ia langsung ke dapur mempersiapkan minuman untuk tamu. Dari dapur terdengar cengkrama beberapa suara yang berbeda. Ia kemudian berjalan kearah ruang tamu dengan nampan dan beberapa cangkir minuman dan meletakkannya di meja.

Disana ia melihat ada seorang perempuan sebaya abinya dengan surai merah dan dua orang laki-laki yang satunya memiliki rambut hijau matang yang sepertinya seumuran ayahnya dan satunya memiliki surai merah yang seumuran dengannya.

'kayaknya mukanya gak asing?'

"Aduh masya Allah cantik banget putrinya Pak Haji Levi." ujar perempuan paruh baya yang merupakan tamu ayahnya itu menatap (name) dengan senyum lebar dan mata berkilauan senang.

"makasih tante, tante juga cantik." (name) tersenyum tipis dan mengangguk sedikit kemudian duduk disamping abinya untuk menemani tamu berbicara.

"umurnya sekarang berapa sayang? " tanya perempuan paruh baya yang tadi mengenalkan dirinya dan suaminya lainnya, beliau Itoshi Maeko dan suaminya Itoshi Ryuu.

"19 tante. " jawabnya sopan dengan senyum sopan.

"Wah sama dong kayak Rin.  Kamu kuliah dimana sekarang?"

"kuliah di univ JJK jurusan hukum tante."

"Waah udah cantik pinter lagi. Bang Sae ini berarti adek tingkat kamu dong." ujar nyonya Itoshi menepuk bahu anak sulungnya karena gemas dengan gadis di depannya, maklum sesungguhnya beliau pengen punya anak cewek tapi dua anaknya yang brojol cowo semua, padahal gen bulu mata panjangnya kan bagus kalo dikasih anak cewek.

"Iya ma." sang sulung dengan surai redish brown hanya menjawab datar.  sabar dengan tepukan mamanya di bahunya. Tubuhnya sudah kebal dengan tepukan kencang mamanya.

"Oh iya ini kenalin anak sulungnya tante namanya Itoshi Sae dia jurusan hukum kayak kamu juga. Tante juga punya anak seumuran kamu juga, dia juga maba kayak kamu namanya Rin. Kalo kamu ada butuh apa-apa biar dibantuin mereka ya." Sae hanya mengangguk pelan memandang (name) dan dibalas anggukan gadis itu.

"salam kenal kak sae"

"mah pindah-pindah barangnya udah selesai sama kurir paketnya." suara seorang lelaki mengejutkan (name)  kepalanya auto tertoleh dan seketika (name) membeku menatap lelaki yang baru saja masuk.  Ternyata ia adalah lelaki yang tadi kebetulan berdiri di samping kamarnya.

'PANTES MUKA SEKELUARGA GA ASING'

Nyonya Itoshi langsung menarik tangan pemuda itu untuk duduk. "nah baru tadi di omongin. Ini Rin anak bungsunya tante. Rin kenalan dlu"

"Itsohi Rin. " anak bungsu keluarga itoshi pun mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan tanda kenalan. gadis itu hanya menangkupkan tangannya dan tersenyum.

"(name) Ackerman" Rin menarik kembali tangannya. Ia cepat tanggap bahwa dia memang bukan mukhrin gadis itu. Perbincanganpun berlanjut hingga beberapa menit dan para keluarga Itoshi itu pamit undur diri.

~~~~{♡○♡}~~~

Rin berbaring di kamarnya menghela napas panjang setelah bebersih. Ia mengingat pertemuan kecilnya dengan tetangga sebelahnya. Bohong kalau bilang ia tadi tak mengenali gadis tersebut. Tapi tentu saja gadis tersebut pasti akan malu karena ia tak sengaja melihat mahkota kepalanya yang merupakan aurat seorang perempuan. Walaupun hanya sepersekian detik. Ia tidak bisa melupakan paras cantik nan imut gadis itu. Padahal tadinya ia hanya berniat berteduh dari sinar matahari sambil memantau bapak-bapak kurir, eeehhh malah bertemu dengan cewek perawakan bidadari. Wajahnya kini memanas, dalam hatinya bersyukur bisa bertetangga dengan gadis yang sangat typenya.

"kenapa lu dek,  salting ketemu sama anak tetangga baru?" suara tiba-tiba milik Sae hampir membuat jantung rin berhenti saking kagetnya tapi untung dia gak jadi msngumpat.

"Apaan sih bang. Gue cuman kepanasan ya abis bersih-bersih." sangkalnya menatap abangnya sengit.

"oooh kirain,  bagus deh kalo lu gak naksir." Rin memandang bingung abangnya yang tiba-tiba ngacir keluar kamarnya.

"APA MAKSUNYA ANJ"

Sae berjalan ke dapur mengambil air minum dari kulkas yang tadi sudah di stok sama mamanya. Ia sedang menenangkan debaran dadanya mengingat pertemuannya dengan anak tetangga sebelah. Jujur ia hampir menganga saat melihat gadis itu keluar dengan nampan ditangannya. Sungguh dia terpesona dengan gadis cantik dengan baju syar'inya yang menutup semua auratnya tapi aura kecantikannya tetap memancar. Gadis itu terus menjaga pandangan darinya hingga ia pergi, padahal biasanya gadis lain akan terus memandanginya sampai ia risih. Yaampun nilainya langsung bertambah plus-plus ketika ia melihat senyumannya saat berbicara dengan Mamahnya. Kalau bisa di bilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Anak buahnya di BEM jika mendengarnya pasti akan menertawakannya.

'i though fall in love for the first sight was bullshit, emang minum paling enak ludah sendiri'

~•••~

(name) berjalan-jalan sore di sekitar jalan bloknya,  sekali-kali keluar rumah untuk menghirup udara luar sekalian menunggu Yachi dan Kiyoko yang mengajaknya janjian untuk pergi ke Mall bersama.

"wah neng (name) tumben jalan sendirian." (name)  menoleh kearah suara parau bapak berusia kepala 4 menuju ke kepala 5 itu,  ia tersenyum ramah karena mengenali beliau. Beliau Pak Erwin bapak-bapak umur 40an tapi masih keliatan ganteng apalagi bapak ini keturunan londo. Rambutnya juga pirang alami, teman pergaulan abinya dulu di TNI.

"Waah Pak Erwin, Assalamualaikum Pak lagi manen mangga ya." (name) mengangguk ramah, matanya tak luput dari alat-alat yang berada di tangan Pak Erwin yaitu galah dan keranjang,  tak luput pula matanya menangkap pohon mangga Pak Erwin berbuah lebat yang dulu menjadi tempat yang (name) sering panjat waktu kecil.

Pak Erwin menurunkan keranjang yang ia bawa ketanah dan mempersiapkan alat pemotong tangkai buah di galah. "Waalaikumsalam,  iya nih wkwkkwkwk makin banyak soalnya gak ada neng (name)  yang ambil" ujarnya jenaka, membuat (name) sedikit malu dengan cerita masa kecilnya yang Astagfirullah haladzim.

"Ih pak erwin mah gitu ngungkit masa lalu."

"Hahahha enggak neng enggak.  Mau mangganya gak nih? Kebetulan masih banyak" (name) tersenyum sumringah dan kemudian mengangguk.

"Wah kalo dikasih enggak nolak" Kan ditawarin rezeki mana boleh nolak kawan.

"Yang setengah mateng kan?" Pak Erwin menaik turunkan alisnya untuk bercanda, menbuat (name)  terkekeh pelan.

"Tauk aja bapak" setelah mendengar jawaban dari gadis itu Pak Erwin mulai memanen mangganya dan memilih-milih untuk diberikan kepada gadis tersbut. (name) juga menunggu dengan sabar di kursi taman.

"loh (name)?!" (name) terkejut hingga berdiri dengan suara yang mengagetkannya,  matanya membelalak ketika melihat figur tak asing.

"Loh Mas Kenyu? Kok bisa disini?" laki-laki dengan rambut hazel tertata rapi itu melangkah mundur saat melihat (name), mata yang tadinya sipit terbuka sedikit lebar ketika merasa tebakannya benar menunjukkan netra orange keemasan yang cantik seperti langit sore terbingkai dalam kacamata bundar, ujung bibirnya yang terangkat memberikan kesan manis semanis madu.

"Wah gak nyangka ya bisa ketemu lagi ya. Oh iya kebetulan aku kos disini. Kamu sendiri?" Yukimiya Kenyu adalah nama pemuda itu, Kenyu membenarkan posisi kacamatanya saat berbincang dengan gadis didepannya, ia menoleh sedikit untuk menjaga pandangan seperti yang dilakukan oleh (name)  karena bukan mahramnya. (name)pun melakukan hal yang sama.

"Eh anu rumah aku disekitar sini." jawab (name) sopan,  jujur ia tidak menyangka akan bertemu dengan seorang Yukimiya Kenyu disini.

"Waah dunia sempit ya" Kenyu terkekeh akan takdir antara mereka berdua, jujur dia juga gak nyangka bisa bertemu kembali dengan perempuan di depannya.

"Iya aku juga baru tahu Pak Erwin rumahnya dibuat kos. Kakak kuliah dimana?" (name)  menaatapi rumah Pak Erwin yang memang rasanya diperluas bangunannya dari ingatan lalunya.

"Aku kuliah di univ JJK fakultas ekonomi Bisnis. Kamu Sendiri?"

"Aku juga univ JJK fakultas hukum"

"Waahh deketan dong hahaha. Kamu kalo butuh apa-apa atau boncengan boleh bilang mas aja. Btw masih mau lanjut ekskulmu itu?  Kamu kan lumayan berprestasi juga bidang itu."

"Iya kak masih. Adakan ya ukmnya disana?"

"Kebetulan ada kok.  Mas juga masuk?  Mau mas daftarin?"

"Boleh,  kalo gak ngerepotin Mas Kenyu."

"Walah-walah serasi banget kalian berdua.  Bapak klo liat jadi adem tenan. Kalian udah saling kenal nih?" Pak Erwin ikut nimbrung dengan membawa sekresek penuh mangga yang telah ia petik.

"Inggih om,  dek (name) mriki adek kelas kulo teng pondok. rumiyin nderek lomba-lomba ngoten mila saged ngertos. " jelas Yukimiya panjang lebar menengenai dirinya yang mengenal (name) karena sama-sama berlomba mewakili pesantren.
/iya om, dek (name) ini adek kelas saya di pondok, dulu sering ikut lomba-lomba gitu makanya bisa kenal/

"Oalah adek kelas tok ta?"  Pak Erwin menyenggol bahu Kenyu dengan sikutnya untuk menggoda muda-mudi di depannya.
/oalah, cuman adek kelas doang?/

"Om kulo mboten wonten menopo-nopo kalih dek (name) lho." Kenyu menghembuskan napasnya panjang, ia tahu tingkah laku omnya ini, jika saja bukan omnya ia mungkin sudah ingin bersarkas ria tanpa rem.
/om aku gak ada apa-apa sama dek (name) loh/

"Yo nek onok yo rapopo toh, kan om seneng nek ponakane om duwe pacar seng ayu." Pak Erwin menaik turunkan alisnya, ia senang melihat Kenyu terpancing kata-katanya dan ekspresi kedua sejoli itu lucu.
/ya kalo ada apa-apa ya gapapa toh.  Kan om seneng kalo ponakannya punya pacar yang cantik/

(name) yang mendengar perdebatan keduanya hanya diam dengan pipi yang memanas.  Tentu saja dia paham bahasa jawa mereka. (name) segera mengambil plastik mangga yang ditangan Pak Erwin.

"Pak Erwin ini mangganya kan ya. Makasih ya pak, (name) pamit dulu Assalammualaikum." Tak ingin semakin salah tingkah (name) segera berjalan cepat. salamnya dibalas oleh kedua lelaki itu.

" oh iya nduk ati-ati.  Titip salam buat abi kamu." teriak Pak Erwin dibalas gadis itu dengan jempolnya.

"Siap"

"Pak dhe sih." Kenyu menyenggol lengan Pak Dhenya, jujur telinganya juga memerah karena malu oleh perkataan Pak Dhenya untung keduanya saling menjaga pandangan jadi satu sama lain tak terlalu memperhatikan perubahan ekspresi masing-masing.

"Tapi bener kan awakmu demen karo (name)" Pak dhenya kembali menyenggol keponakannya yang terlihat malu-malu.
/tapi bener kan kamu suka sama (name)/

Kenyu membalikkan tubuhnya sambil menaikkan bahunya"mbuh lah pak dhe.  Kenyu arep turu." Kenyu memutar kakinya untuk segera masuk ke rumah. Dia menyerah untuk debat dengan Pak Dhenya yang usil, hal ini tentu saja membuat Pak Erwin tertawa.
/ntahlah pakdhe. Kenyu mau tidur/

"lho kabur arek iki" Pak Erwin kembali menata kotak-kotak mangganya.
/loh kabur anak ini/

"Assalammualaikum, kenapa Pak?" seorang pemuda dengan surai pirang mirip dengan Pak Erwin masuk ke dalam rumah dan menyalimi tangan Pak Erwin, ia adalah anak sulung Pak Erwin.

"iku lho ken,  mas sepupumu tak gudho." Pak Erwin terkekeh mengingat tingkah ponakannya.
/itu loh ken,  mas sepupumu tak goda.

"oalah ngoten" anaknya hanya menjawab seadanya tak terlalu tertarik dengan urusan orang lain.
/oh gitu/

\~~~~🤯🤯🤯~~~~~/
welcome back to my channel

SIAPA YANG SENENG MAS2 GANTENG BLUELOCK NAMBAH?
IHIR DELIMA TIDAK PEMBACAKUH?
jan lupa vote komen.
SEE YOU KAPAN2.
😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro