Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hampir Tenggelam

Bab 14 Hampir Tenggelam

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al Mu'min ayat : 60)

Usai makan siang Alisha mengajak sang ibu pergi ke pantai, ia ingin sekali mengambil beberapa foto pemandangan pantai di siang hari.

"Ma, boleh enggak kalau Alisha ke pantai? Alisha pengen mengambil gambar pemandangan pantai ketika siang," pinta Alisha.

"Kamu yakin, Sayang? Panas loh?" ucap sang ibu mencoba bernegosiasi dengan Alisha.

"Ayolah, Ma. Please," rajuk Alisha dengan wajah memelas.

Melihat wajah memelas Alisha membuat sang ibu tak tega, sang ibu pun mengabulkan permintaannya. Ia menemani Alisha jalan-jalan ke pantai.

Alisha menangkap anggukan kecil serta senyuman sang ibu, ia pun bersorak girang.

"Yeay makasi ya, Ma." Alisha menghadiahi sang ibu dengan satu ciuman di pipi.

"Tapi jangan lama-lama ya, Nak," pesan Maria.

"Iya, Ma. Bentar aja kok."

"Baiklah, ayo mama antar."

Maria menggandeng tangan putrinya menyusuri jalan menuju ke pantai.

"Ma, mama tunggu di sini sebentar ya? Alisha mau ke sana dulu," ucap Alisha sembari menunjuk sebuah batu karang.

Dengan antusias Alisha berlari meninggalkan sang ibu yang jauh di belakangnya.

"Kalau aku motret dari sana pasti hasilnya bagus deh."

Alisha berjalan perlahan menaiki batu karang, ia berdiri di atas batu karang tersebut lalu memfokuskan lensa kamera membidik spot yang bagus.

"Sumpah ini bagus banget!" seru Alisha kegirangan.

"Hemm, bakal dapat banyak koleksi foto nih aku."

Dari kejauhan sang ibu berteriak, ia cemas melihat Alisha beediri di atas batu karang.

"Sayang, cepat turun! Jangan berdiri di sana, itu terlalu bahaya!" teriak Maria.

"Turun, Alisha!" teriak sang ibu lagi.

"Alisha, mama mohon turun, Nak!" ucap Marita khawatir.

"Iya, Ma. Alisha turun," sahut Alisha.

Mendengar teriakan sang ibu membuat Alisha buru-buru turun dari batu karang tersebut. Seperti perkataan sang ibu batu karang tersebut sangat lah licin dan memang berbahaya jika tidak berhati-hati.

Alisha menapakkan kakinya selangkah demi selangkah menuruni batu karang tersebut. Naas, ia tergelincir dan jatuh di sisi pantai yang curam.

"Alisha!" teriak sang ibu histeris.

Alisha menjerit ketakutan saat tubuhnya terperosok jatuh ke dalam air laut. Ia benar-benar takut. Ia terombang ambing ombak pantai, ia hampir saja tenggelam dan  kehabisan nafasnya karena ia tidak bisa berenang.

Seketika Alisha teringat perkataan Adam. Ucapan Adam tempo hari terngiang jelas di telinganya. Alisha pun memejamkan mata dan berdo'a.

"Tuhan, jika memang engkau ada tolong selamatkan lah aku, ku mohon Tuhan. Aku takut," doa Alisha dalam hati sebelum ia terapung.

Di sisi lain, Adam dan Yusuf sedang bergurau. Mereka berlomba membuat istana dari pasir, seperti yang pernah mereka lakukan sewaktu kecil. Yusuf kalah, lalu ia menyiram istana pasir Adam dengan air. Dan berujung kejar-kejaran karena saling menciprati air.

"Eh curang kamu, Suf! Berhenti gak? Awas ya kamu!" seru Adam kepada Yusuf yang berlari di depannya.

"Ya Tuhan Alisha," seru Maria.

"Tolong, tolong!" seru Maria yang membuat atensi Adam tertuju padanya.

Adam berlari mendekat. "Maaf, ada apa bu?" tanya Adam penasaran.

"Tolong, saya mohon tolong putri saya mas. Dia tidak bisa berenang," ucap Maria sembari teriak.

Tanpa merespon ucapan Maria, Adam langsung berlari ke arah yang di tunjuk Maria. Ia melihat seseorang terapung di antara dua karang. Adam pun segera menceburkan dirinya dan membawa tubuh itu ke tepian.

"Bertahanlah," ucap Adam sembari menggendong Alisha ke daratan.

Adam menyingkirkan anak rambut perempuan itu, betapa terkejutnya ia melihat wajah Alisha yang pucat dengan bibir membiru. Adam mencoba membantu Alisha dengan memompa bagian dadanya pelan.

"Buka matamu, Alisha!" ucap Adam sembari memberikan pertolongan pertama.

Adam tak hentinya merapalkan doa di dalam hatinya. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Alisha saat ini. Sementara Maria hanya bisa menangis tersedu melihat sang putri terbaring tak berdaya.

Selang beberapa menit, tim penyelamat barulah datang dan membawa Alisha menuju ke klinik terdekat.

"Tolong selamatkan, putri saya Pak," ucap Maria dengan berlinangan air mata.

"Ibu yang tenang, insyaallah Alisha akan baik-baik saja bu," ucap Adam menenangkan Maria.

"Mari kita temani Alisha," ucap Adam sembari berjalan membuntuti tim SAR.

Selang beberapa waktu setelah mendapat penanganan dari dokter Alisha pun siuman. Alisha menerjabkan matanya. Bau obat-obatan yang menyengat serta selang infus yang tertancap di tangannya membuat Alisha menghela nafas panjang. Setidaknya ia selamat. Seketika ia ingatannya mundur kebelakang mengingat peristiwa mendebarkan yang menimpa dirinya.

"Suara itu...." ucap Alisha lirih.

"Adam," batinnya mencoba mengingat suara khas seseorang yang menolongnya.

Alisha mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan mencoba mencari keberadaan si pemilik suara. Ia tersenyum melihat sesosok laki-laki yang bercengkrama dengan sang ibu.

"Mama," panggil Alisha yang membuat Maria segera beranjak dari trmpat duduknya.

Maria berjalan mendekati brankar Alisha begitu juga dengan Adam. Ada rasa bahagia di hati Adam melihat Alisha telah sadar.

"Sayang, apa yang kamu rasakan? Bagian mana yang sakit?" tanya Maria beruntut.

Alisha menggelengkan kepalanya pelan. "Alisha udah baikan Ma," ucap Alisha lirih.

"Syukurlah, mama khawatir kamu kenapa-napa."

"Maafin Alisha ya, Ma sudah bikin mama khawatir," ucap Alisha menyesal.

"Sttt, tak apa nak tak perlu dibahas lagi yang terpenting kamu selamat," ucapnya lembut.

"Ah, ya ini Adam namanya, dia yang sudah menolong kamu tadi," jelas Maria.

Alisha menganggukkan kepala kemudian tersenyum. "Terimakasih, Dam."

"Sama-sama," ucap Adam.

"Bu, Alisha kan sudah siuman jadi saya pamit pulang dulu ya? Saya takut ibu dan saudara saya yang lain khawatir dan  mencari saya keberadaan saya," pamit Adam.

"Tunggu, biar saya minta orang mengantar nak Adam pulang ya?"

"Terima kasih banyak bu, ibu tidak perlu repot-repot biar saya jalan sendiri saja."

"Baiklah, terimakasih nak Adam," ucap Maria tulus.

"Sama-sama bu, saya permisi."

"Hati-hati di jalan ya, nak Adam."

Adam melangkahkan kaki keluar dari ruangan Alisha, ia buru-buru pulang ke vila karena tak ingin membuat sang ibu khawatir.

Alisha tersenyum tipis menatap punggung Adam yang bergerak menjauh. Ia tergerak hatinya karena kebaikan Adam. Ia sekarang sedikit percaya jika Tuhan benar-benar Ada.

Bersambung....

Wohaaaa...

Gimana menurut kalian?

Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya ya?

Cieee ada yang mulai suka dengan Alisha nih hihi

Yukkk komen!!!

Jangan lupa Follow, vote dan masukin novel ini ke dalam reading list kalian yak...

Terimakasih....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro