14 [AB] - Lagi, Bantuan Aesthetic Datang
"Suatu kebohongan tidak akan bertahan lama sekalipun banyak orang mempercayai. Hanya fakta lah kebenaran yang hakiki."
•••
Sudah banyak siswa-siswi yang datang memenuhi permintaan Kit pada selebaran tadi. Aula sudah ramai, namun sosok yang berhubungan dengan hal-hal yang ingin disampaikannya, masih belum ada. Diliriknya sosok Bianka yang kini tengah bersandar pada dinding dengan kedua tangan bersidekap. Tatapan bosan cewek itu terarah lurus padanya yang berdiri di atas panggung bersama dengan Farel dan Rama.
Panggilan Rama membuat perhatiannya teralih. Ia berjalan mendekati sahabatnya yang berkata, "Coba lo cek dulu. Anjir gue deg-degan gini! Kit, sumpah ini banyak banget yang ada di sini! Sebelumnya gue enggak pernah buat keributan sampai kayak gini!"
Farel yang sibuk dengan proyektor ikut menyahut, "Gila. Gue enggak tau gimana jadinya kalo ada guru yang ngeliat ini." Menghela napas khawatir, Farel membenahi kabel-kabel yang tidak rapi. Ia melirik keramaian yang membuat banyak suara berisik memenuhi aula.
Kit mengalihkan pandangannya pada kerumunan. Matanya menajam ketika sosok Lingka berdiri dengan bingung di tengah keramaian. Ia memekik dalam hati. Akhirnya Lingka datang.
Ketika Lingka balik menatapnya, cowok itu mengeluarkan senyum misterius yang membuat Lingka menggigit bibir bawahnya khawatir.
Tak ingin membuang waktu dan berhubung bel masih belum berbunyi, Kit akhirnya memberi Farel dan Rama kode untuk memulai pertunjukan mereka.
Kit menerima mikrofon yang diberikan Farel. "Tes. Tes." Ia memastikan mikrofon itu sudah berfungsi dengan benar, namun ternyata perbuatannya itu membuat kaum hawa yang naksir padanya berteriak kegirangan. Di tengah-tengah, kemuraman Lingka tampak mencolok dalam pandangan Kit.
Ia mengalihkan pandangan menatap Rama yang sibuk mengotak-atik laptopnya. Cowok itu bertindak sebagai operator di sini. Jika suatu kesalahan kecil tiba-tiba membuat seluruh rencananya berantakan, maka Kita hanya akan menyalahkan ketidakmampuan Rama untuk mengatur semuanya.
Di sisi lain, Farel memencet salah satu tombol yang ada di proyektor dan terpampang lah gambar bunga mawar pada cover video yang akan Kit dan kedua temannya tampilkan.
Tidak ada layar putih yang biasanya tersedia di layar tancap, karena Kit memanfaatkan dinding tinggi dan lebar aula yang berwarna putih bersih.
Kit melihat arah pandang Lingka jatuh pada Bianka yang kini bergerak mendekati salah satu teman sekelasnya.
Melihat Lingka menghembuskan nafas panjang sambil menengadahkan kepala, Kit tahu betapa sulit hari yang dilewati cewek itu. Karena rencana ini mendadak, saat ini Rama masih sibuk mengutak-atik laptopnya.
Beberapa suara keras yang terdengar membuat Kit tertarik. "Eh, itu Lingka, kan? Yang pacaran sama Geri?" Pertanyaan seseorang yang berada di dekat panggung segera terdengar di telinga. Ia melirik Lingka yang terus menatap ke depan dengan tenang. Tampaknya suara keras itu tidak terdengar di telinga Lingka.
"Emang iya pacaran?" tanya seseorang yang berada di sekitar, penasaran dengan kebenaran berita itu.
"Lo nggak tau? Kemaren dia datengin Geri. Terus mereka berduaan dalem kelas yang ditutup rapat. Ngapain coba?"
"Ngapain?"
"Ya mana gue tau! Kayaknya sih pacaran."
"Bisa diem nggak, sih!" Mendengar bentakan keras yang menengahi dua cewek yang bergosip ria itu, Kit menaikkan kedua alis. Dari badge berwarna biru yang dipakainya, Kit tahu cewek itu siswi kelas 12.
"Siapa dia?" tanya Kit pada Farel yang juga mengamati keributan.
"Itu Kintan, teman sekelas Geri dan naksir berat sama cowok itu," jawab Farel membuat Kit mengangguk mengerti.
Di sisi lain, Lingka yang sebenarnya mendengar semuanya, perlahan melirik dua cewek yang tadi sengaja membicarakannya dengan keras. Ia tidak mengenal mereka, tapi melihat badge merah yang menempel di lengan kanan mereka, Lingka tahu kedua cewek bermulut lebar itu satu angkatan dengannya.
"Geri bukan pacarnya cewek ganjen itu. Geri bentar lagi pacaran sama gue," ujar Kintan terang-terangan sambil menunjuk Lingka. Adu mulut yang ada di hadapan Kita ini benar-benar tidak bisa membuat perhatiannya teralih. Ia merasa lucu.
Lingka yang tampak tak terima dengan ejekan Kintan tampak mengernyit tidak suka. "Ngomong apa lo tadi?" tanya Lingka dengan nada marah.
"Apa?" Kintan tampaknya balik menantang Lingka juga.
Kit melirik Lingka yang memutar bola matanya jengkel, tetapi cewek itu diam saja. Dari yang cowok itu amati, tampaknya cewek itu memilih tidak meladeni Kintan.
Karena perdebatan di depannya sudah selesai, Kit mengedarkan pandangannya menatap Bianka yang menatapnya tajam. Tersenyum tipis, ia akhirnya membuka suara. "Hai teman-teman, bisa minta tolong tenang sebentar?" Kit menaikkan tangan kanannya yang memegang mikrofon seolah meminta perhatian semua yang hadir.
"Makasih," ujar Kit setelah keadaan aula sudah cukup hening. "Sebenernya gue di sini cuma mau bantuin temen gue aja, sih. Ada kesalahpahaman yang belum bisa terselesaikan di sini."
"Sebelum video mengejutkan diputar, gue mau menyampaikan sebuah pesan untuk siapa pun yang hadir di sini," ujarnya sambil melirik Rama seolah menyuruhnya bersiap. "Lo semua lihat bunga mawar itu?" tanya Kit sambil menunjuk layar.
"YAAAA!"
"Kalo kalian buat bunga mawar sebagai senjata kalian, itu bisa buat musuh kalian jatuh karena ketajamannya. Tapi jangan pernah lupakan satu hal. Bunga mawar bisa jatuhin diri kalian sendiri, kalau kalian salah langkah. Durinya bisa menancap pada tangan kalian sendiri," ujar Kit sambil menggerakkan kaki kanannya pelan, memberi kode pada Rama untuk segera memutar video yang telah mereka siapkan.
Rama yang mengerti segera memutar video. Hal yang pertama bisa dilihat adalah dua cewek yang sedang berhadapan. Itu Bianka dan Lingka yang saling adu tatap. Kerumunan diam dalam keheningan, mengamati video dengan serius.
"Mau lo apa sih, Bi?" tanya Lingka dengan kejengkelan yang terdengar jelas. Bola matanya terlihat bulat karena terlalu lebar melotot.
"Mau gue? Lo keluar dari ekskul basket! Udah berapa kali gue bilang sama lo, keluar dari ekskul gue! Kenapa sih lo masih belum kapok setelah liat foto-foto lo sama Geri yang udah gue edit sedemikian rupa? Apa itu kurang vulgar? Lo nggak takut besok gue bawa foto yang lebih vulgar dari itu?" tanya Bianka marah. Pandangan matanya tidak lagi memancarkan tantangan atau pun ejekan, melainkan penuh dengan kemarahan yang tidak lagi ditahannya.
"Sebut satu alasan yang buat lo ngusir gue dari ekskul basket. Mungkin gue bisa pertimbangin ulang?" tanya Lingka dengan satu alis terangkat.
"LO MAU TAU? IYA? OKE. Gue nggak suka lo selalu jadi perhatian semua orang. Sebelum ada lo, gue selalu jadi daya tarik di lapangan. Pusat perhatian semua orang selalu gue. Dan lagi Devan, dulu gue sama Devan deket. Deket banget. Dan lo hancurin itu! Setelah ada elo, cowok itu terang-terangan deketin lo! Terang-terangan bilang suka sama lo! Sedangkan gue? Gue duduk di sampingnya aja dia langsung marah, ogah duduk sampingan sama gue! Karena apa? Dia takut elo ngeliat! Lo itu perusak tau, gak! LO ITU PERUSAK!" Wajah Bianka memerah. Emosi yang terlalu menggebu akhirnya ditumpahkannya pada cewek yang sangat dibencinya.
Layar menjadi putih bersih dan menampakkan tangan yang memegang bunga mawar. Dengan mahir tangan tersebut memutar bunga mawar yang memiliki batang berduri. Tiba-tiba jari-jari itu salah langkah dan duri menancap pada ibu jari dan jari telunjuknya. Perlahan setitik darah muncul, kemudian video mati.
Butuh waktu beberapa detik untuk menyadarkan semua orang di aula, termasuk Bianka dan Lingka. Begitu mereka semua sadar, seisi aula sudah heboh dan penuh pekikan tidak menyangka.
"Jadi ini ulah Bianka? Nggak heran juga sih, dia kan orangnya memang kayak gitu."
"Nggak heran juga kalo Bianka dalang dari ini semua. Lagian, setau gue Lingka bukan cewek nggak bener."
"DIEM!! TUTUP MULUT NGGAK BERGUNA KALIAN SEMUA!" Teriakan membahana segera menghentikan semua percakapan panas. Semua menatap sumber suara termasuk Lingka yang tadi tersenyum pada Kit, sangat berterima kasih.
Bianka, cewek itu menatap murka pada semua orang yang menjelek-jelekkannya. Terutama pada Kit yang membeberkan semua. "ITU EDITAN! JANGAN PERCAYA!"
"Ada yang nganggep ini editan? Kalo ada, silakan maju dan lihat videonya di hp gue," ujar Kit santai sambil mengeluarkan ponsel dari saku celana.
Ada tiga cewek yang maju. Kit langsung membuka galeri, kamera, dan video paling atas dan memutarnya. Video beresolusi tinggi dan tampak jelas keorisinilannya diputar.
"INI MEMANG ASLI," teriak salah satu cewek. Kit melihat Lingka tersenyum lega sebelum memalingkan pandangan untuk menatap Bianka yang berlari meninggalkan aula karena rasa malu yang begitu besar. Bagaimana tidak, semua kebusukannya terbongkar di depan banyak penghuni sekolah, dan ada Devan yang berdiri tepat lima langkah dari posisi Bianka tadi.
•••
Tbc
Tunggu next chapter ya~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro