Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4

Daniella mendesah puas. Ia membaringkan tubuhnya sembari mengelus perutnya yang sudah terisi penuh. Jo benar-benar mentraktir dirinya dan Indah, sepertinya pria itu sedang mendapatkan rezeki tambahan. Atau mungkin, ada sesuatu yang ingin dirayakan oleh pria itu, tetapi malu untuk mengatakannya. Entahlah, ia tak begitu peduli.

Daniella menegakkan tubuhnya kembali saat mendengar suara 'ting' dari ponselnya. Keningnya mengerut sebal. Lagi-lagi datang notifikasi melalui direct message instagramnya. Orang tersebut benar-benar mengganggu. Ia harus mengambil tindakan sebelum pesan spam tersebut menjadi semakin parah.

Henrellik : Hei!

Henrellik : Kamu tidak berani kan?

Dani.Daniella : Halo! Apa maksud Anda dengan tidak berani? Tentu saja saya berani. Tapi, kenapa saya harus melakukan hal tersebut? Apa keuntungan bagi saya?

Dani. Daniella : Maaf. Tapi bisakah Anda berhenti mengirimi saya pesan? Karena ponsel saya terus-terusan masuk notifikasi, saya menjadi kesulitan bekerja. Terima kasih.

Jemari Daniella menggeser layar hingga menampilkan menu home screen miliknya yang bernuansa kelam. Melihat wallpaper ponselnya, hatinya kini merasa lebih tenang. Ia selalu merasa dirinya sedikit aneh, biasanya orang-orang akan takut dengan suasana yang kelam dan suram. Namun, ia malah sebaliknya, ia merasa lebih tenang ketika menyadari atau melihat suasana kelam.

"Saatnya bekerja!" keluh Daniella sembari meregangkan jemarinya hingga terdengar bunyi 'krak' yang cukup keras. Ia pun melakukan peregangan pada tubuhnya dan menimbulkan bunyi 'krak' yang keras. Tubuhnya benar-benar kaku dan butuh olahraga. Kalau terus seperti ini, ia tak akan bisa melakukan perjalanan berat untuk mencari konten nantinya.

Daniella mencatat hal tesebut dalam hati. Olahraga! Ia harus melakukkannya di saat ia memiliki waktu. Tidak! Daniella menggeleng tegas. Ia harus menyisihkan waktu untuk melakukan hal tersebut. Tubuhnya sudah seperti tubuh wanita tua yang sudah melewati waktu setengah abad. Mungkin bahkan tubuh nenek-nenek lebih baik daripada tubuhnya.

Memikirkan hal tersebut, tekadnya untuk berolahraga semakin membara. Akan tetapi, saat ini ada hal yang lebih penting daripada pemikiran tersebut. Ia harus mulai melakukan riset untuk tempat-tempat yang sudah dimasukkan ke dalam daftar.

Daniella menyentuh bar putih dengan lambang G di bagian kiri. Lalu, saat muncul keyboard, jemarinya taman teladan. Setelah mengecek di hari apa saja taman teladan buka dan di jam berapa saja taman teladan buka, Daniella mencatatnya baik-baik dalam catatan kecilnya. Setelahnya, ia pun mencari artikel-artikel terkait taman tersebut.

Daniella menghela napas panjang, ini benar-benar kegiatan yang melelahkan. Sulit sekali mengetahui cerita-cerita horor secara lengkap jika hanya mencarinya melalui internet. Pastinya dari pihak pengelola tak akan senang jika muncul artikel yang dapat merugikan mereka.

"Yak! Sejauh yang bisa aku rangkum. Taman teladan biasanya dijadikan sebagai tempat joging pas pagi. Terus pas sore biasanya jadi tempat kumpul keluarga. Kalau malam jadi tempat pacaran. Biaya masuknya gratis. Dan ada beberapa tempat lain yang ada di sekitar sana yang bisa dikunjungi oleh wisatawan," gumamnya setelah melihat ulang poin-poin penting yang sudah ia catat tadi.

Daniella menggoyang-goyangkan pulpennya, sembari mengerutkan kening. "Bagian yang horor dari taman ini ...," gumamnya sembari menggigiti ujung pulpen. "Katanya ada kuntilanak yang keliaran di pepohonan yang ada di taman itu. Selain itu—"

"Hayoloh!"

Daniella hampir saja melempar laptop yang ada di pangkuatnya akibat kaget. Ia menatap tajam pada sang kakak yang tiba-tiba datang dan membuka pintu tanpa peringatan. Wajahnya berkerut tak senang. "Ngapain sih, Kak?" gerutunya.

Kedua mata Ellena menyipit saat ia tersenyum. Sederetan gigi putihnya yang terekspos saat tersenyum lebar membuat kedongkolan sang adik semakin meningkat tajam. "Kangen," jawabnya. Singkat, padat, dan jelas.

Daniella memutar bola matanya malas. Ia mencebik. Sang kakak tak mungkin mendatanginya hanya karena alasan sepele seperti itu. Ia mengenali kakaknya dengan amat sangat baik. "Bullshit!" semburnya galak.

Gelak tawa Ellena memenuhi ruangan berukuran 3x4 meter tersebut. Kaki ramping Ellena melangkah ringan menuju tempat tidur sang adik. Dengan santai seolah tempat itu merupakan kamarnya sendiri, Ellena merebahkan tubuhnya tepat di bawah kaki Daniella.

"Kau habis berantem sama pacar kau, ya?" tembak Daniella.

Ellena menjepit jempol kaki Daniella dengan jempol dan telunjuknya, lalu menekan sekuat yang ia bisa. Ia merasa puas melihat adiknya memekik kesakitan karena tebakan sang adik sungguh tepat sasaran.

Daniella menyimpan rangkuman file risetnya, desain-desain fotonya, lalu mematikan laptopnya. Setelah menyimpan alat elektronik seberat 2 kg yang seberharga nyawanya itu dengan aman, Daniella menatap sang kakak tajam. Disambarnya sebuah bantal, lalu dilemparkannya kuat tepat di wajah Ellena.

"Sial! Sakit banget, Dan!" keluh Ellena sembari mengusap hidungnya yang memerah.

Ellena kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur Daniella dengan kaki yang menggantung. Tak berapa lama, Daniella pun menyusul. Keduanya menatap langit-langit kamar yang mulai terkelupas catnya dengan pandangan kosong.

"Kali ini ada masalah apa lagi?" tanya Daniella setelah keduanya terdiam cukup lama.

Ellena menarik napas berat, lalu mengembuskannya dengan paksa seolah ada beban berat yang mengimpit dada. Mimik yang tadinya jail, kini berubah sendu. Terselip kesedihan di matanya yang mulai berkacac-kaca. "Aku putus. Kali ini beneran," ungkap Ellena dengan nada berat.

Daniella menghela napas bosan. Bukannya tak simpati pada sang kakak, hanya saja ini sudah terlalu sering terjadi. Selama delapan tahun keduanya menjalin hubungan, mungkin sudah 20 kali mereka berdua berselisih pendapat, lalu putus. Topik basi, begitulah yang ada di pikiran Daniella.

"Sumpah! Kali ini beneran," sergah Ellena dengan mimik serius. Air mata mulai merembes turun dari kedua sudut matanya. "Dia selingkuh," lanjut Ellena lagi dengan suara lemah.

Sejujurnya, Daniella ingin sekali tertawa. Lagi-lagi masalah lama. Walau begitu, ia menahan dirinya untuk tak berkomentar pedas atau menyemburkan tawa. Daniella menarik napas panjang beberapa kali, lalu menahannya selama beberapa detik sebelum mengembuskannya keluar demi menahan tawa yang mulai bergejolak.

"Kamu mau ketawa, kan? Mau ngatain aku bego, kan?" tuduh Ellena sambil mendengkus sebal. Ia memang bodoh dan pantas ditertawakan. Padahal sudah dari dulu-dulu Daniella memintanya untuk melepaskan kekasihnya itu. Namun, ia yang di mabuk cinta tak mau mendengarkan Daniella sama sekali. Kini, hatinya harus kembali hancur saat melihat kekasihnya berduaan dengan sahabat baiknya di kantor.

Daniella berdeham beberapa kali demi meredam tawa. "Yah, kau kan juga sadar kan kalau kau bego, Kak? Buat apa aku perjelas lagi? Capek-capeki aku aja," desah Daniella membuat Ellena semakin sakit hati. Daniella memutar kepalanya menghadap sang kakak. "Jadi sekarang kau mau gimana?"

Ellena menatap Daniella sekilas. Terlihat kekecewaan yang mendalam di mata kelam itu. Mata yang biasanya berbinar ceria, kini meredup. Embusan napas kasar Ellena luncurkan dari bibir tipisnya. "Kau gak mau tanya dia selingkuh sama siapa?"

Daniella mengangkat bahunya tak acuh. Ia bisa menangkap nada tersinggung dari suara Ellena. "Paling sama sahabat kantor kau itu. Siapa namanya? Si kakak centil yang suka ngintilin kelen pas kelen lagi jalan," balas Daniella. Keningnya berkerut dalam saat ia berusaha mengingat nama wanita yang selalu dielu-elukan baik oleh Ellena.

Rahang atas dan bawah Ellena terpisah lebar. Matanya pun membelalak lebar. Bagaimana bisa Daniella tahu padahal ia belum menceritakannya?

"Kau punya temen setan, ya?" pekik Ellena dengan tampang ngeri.

"Kagak, ya! Sembarangan aja kalau nuduh!" bantah Daniella sebal. "Orang yang gak buta juga tahu kalau mereka ada apa-apanya," jelas Daniella tenang. Namun, ketenangannya harus terusik saat ia mendengar suara 'ting' dari ponselnya. Setelah mengalami pesan spam di instagram, notifikasi masuk itu menjadi nada yang paling mengerikan di telinga Daniella. Bahkan ia merasa kali ini lebih mengerikan daripada saat ia diteror penggemar untuk karya terbarunya.





----------------
1181.16012022
Kasihan banget gak sih kakaknya Dani? Tapi salah sendiri juga kan? Udh tau pacarnya tukang selingkuh, tp masih mau aja.
Btw, ada gak yang pernah ngerasain horornya notifikasi yg masuk ke dalam ponsel? Yuk sharing di komen.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro