
22
Daniella menyeringai lebar sembari mengangkat tangannya tinggi di depan sebuah pintu kuning kecoklatan. Ia menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan demi menurunkan kegembiraannya. Daniella pun melancarkan aksi isengnya; menggedor pintu kamar Jo dengan hebohnya.
"Bang! Bangun, Bang! Kebakaran!" teriak Daniella heboh.
Daniella harus menahan tawanya saat mendengar suara gaduh dari dalam kamar. Namun, ternyata suara gaduh itu bukan hanya berasal dari kamar Jo sana, dari kamar-kamar sebelah Jo pun tak kalah gaduhnya.
Melihat para pria itu panik berlari keluar kamar membuat Daniella merasa bersalah. Dengan panik ia menahan semua pria itu sembari meminta maaf. Ada beberapa orang yang mempermasalahkan bercandaan Daniella yang menurut mereka keterlaluan. Akan tetapi, ada pula orang-orang yang menganggapnya bukan masalah besar.
Tanpa Daniella sadari, saat ia sibuk menahan orang-orang. Ada sepasang mata yang memandangnya dengan tatapan geli. Saat ia berbalik, orang tersebut bersidekap sembari menatapnya dengan senyum geli yang terpasang. "Gimana rasanya sudah membuat heboh satu lantai kos?" kelakar Jo yang sedang bersender di daun pintu.
Daniella mendengkus sebal. Niatnya untuk mengisengi Jo gagal total. Alih-alih, ia malah dimarahi oleh teman-teman yang lain. Ia jengkel, tetapi tak bisa melampiaskan karena itu adalah kesalahannya sendiri.
Jo menjitak kepala Daniella hingga menimbulkan bunyi 'tak' yang cukup keras. Daniella mengusap jidat yang mulai memerah tersebut sembari meringis pelan. Jo memberikan kode lewat mata agar Daniella masuk ke dalam kamar, tetapi gadis itu langsung menggeleng tegas.
Jo memang tak pernah berbuat macam-macam padanya. Namun, memasuki kamar pria adalah hal yang tak boleh dilakukan, mau seberapa dekat pun mereka. Itu adalah hal yang terlarang, apalagi di sini adalah tempat kos. Walau di sini adalah kos campuran, orang-orang pasti akan bergunjing jika mereka memasuki kamar lawan jenis.
"Mending abang mandi aja, deh. Aku tungguin di ruang tamu," ujar Daniella. Alisnya masih saja bertaut, mempertegas kekesalannya. "Lagian, bentar lagi Indah bakal turun, kok. Jadi, abang buruan, ya," lanjutnya lagi sembari mendorong Jo masuk kembali ke dalam kamar.
Setelahnya, Daniella berjalan gontai menuju ruang tamu. Ia berjalan sembari memainkan ponselnya. Senyumnya mereka tatkala melihat respons dari para pengikutnya yang antusias dengan konten barunya. Tengah malam tadi, ia memang telah memposting salah satu video yang sudah dibuatnya ke dalam reels instagram-nya.
"Wah! Ada kabar hepi apa, nih?" seloroh Indah sembari mendaratkan bokong di samping Daniella.
Daniella mengangkat wajahnya dari layar ponsel dan tersenyum lebar pada Indah. "Lihat!" Daniella menyodorkan ponselnya pada Indah. "Mereka antusias banget sama artikel baru aku," lanjut Daniella senang.
Indah menggeleng kecil. Ia sama sekali tak mengerti apa yang membuat Daniella sebahagia itu hanya dengan komentar dari beberapa orang yang mengatakan sangat menantikan karya barunya. Bahkan, banyak di antara mereka yang meminta Daniella agar segera menuliskan review-nya mengenai rumah jagal.
Mereka mengatakan bahwa mereka tak peduli dengan cerita-cerita dari warga sekitar karena mereka ingin membaca penilaian Daniella yang jujur. Indah memang pernah membaca artikel Daniella di blog gadis itu. Ia tahu bahwa gadis itu menuliskan semuanya secara gamblang, jadi saat membacanya, mereka akan merasa bahwa mereka memang seolah tengah berada di tempat tersebut.
Entah mengapa, ia seolah merasakan adanya magis di tulisan Daniella. Tak heran ia memiliki begitu banyak penggemar. "Apa punya penggemar begitu menyenangkan, Dan?"
Daniella terdiam selama beberapa saat, keningnya berkerut dalam tanda bahwa ia tengah berpikir dengan keras. Mata gadis berambut sebahu itu menerawang. "Sebenarnya, aku melakukan ini bukan untuk mendapatkan penggemar. Aku awalnya melakukan ini, maksudku menulis review tempat-tempat hanya untuk bersenang-senang, sekaligus sebagai catatan kalau aku sudah pernah pergi ke sana dan mendengarkan cerita-cerita yang ada di sana.
"Bisa dibilang, itu adalah catatan untukku. Dan aku membagikan catatan itu di blogku, awalnya hanya karena iseng. Tetapi, rasanya cukup menyenangkan. Apalagi saat ada yang merespons kalau mereka juga merasakan hal yang kurasakan saat mengunjungi tempat-tempat itu. Kita bisa saling cerita dan bertukar pikiran.
"Selain itu, menulis bisa membuatku menuangkan perasaan yang tak bisa aku ungkapkan kepada orang-orang. Jadi, aku sangat menyukainya. Aku sendiri bahkan tidak menyangka kalau tulisanku bakal begitu banyak disenangi oleh orang-orang," ungkap Daniella.
Daniella menarik napas dalam. Matanya menatap lurus ke dalam mata Indah yang memandangnya bingung. "Penggemar itu adalah hadiah bagiku. Rasanya menyenangkan berinteraksi dengan mereka. Tak peduli berapa jumlahnya, saat aku mengetahui bahwa ada yang menyukai karyaku dan mendukungku, itu adalah hadiah yang sangat berharga bagiku," lanjut Daniella lagi.
"Wah! Aku gak pernah tahu kalau kau punya pemikiran yang begitu dalam, Dan." Jo—yang entah muncul dari mana dan kapan—tiba-tiba, sudah berdiri di hadapan Daniella dan Indah.
Mendengar komentar Jo, Daniella segera membuang muka agar tak ada orang yang menyadari wajahnya yang memerah. Wajahnya terasa begitu panas setelah mengingat kembali apa yang dikatakannya pada Indah barusan. Setelah panas di wajahnya mereda, Daniella melemparkan tatapan tajam pada Jo.
"Tahu gak, Bang? Kalau nguping itu gak sopan!" omelnya membuat Indah terbahak keras. Daniella mengatakan hal tersebut dengan congkak padahal ia sering melakukan hal tersebut demi mendukung pekerjaannya.
Jo mencibir. "Sebelum ngomong tuh ngaca dulu, deh, Dan! Kamu sering nguping dari penduduk setempat soal situs-situs wisata yang kamu kunjungi. 'kan?" tuding Jo yang lagi-lagi membuat wajah Daniella memanas dengan cepat.
Daniella berdeham keras. "Mohon dibedakan! Itu kan biar dapat konten. Tuntutan pekerjaan," dalihnya sembari bangkit dari duduknya. "Ayo, sarapan. Kemaren aku beli roti sama selai kacang," ajaknya untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Jo mengunyah roti tawarnya dengan rakus. "Jadi, tugas kita nanti apa, Dan?"
Daniella meneguk teh yang sudah ia seduh tadi pelan-pelan dan mengangkat alisnya bingung. "Emangnya tugas apaan?" balasnya bingung.
Indah menggelengkan kepalanya geli. "Maksud Bang Jo, kita harus ngelakuin apa buat bantuin kau nanti?" jelas Indah pelan.
Jo mengangguk-anggukan kepalanya heboh. Indah memang lebih cepat tanggap daripada Daniella. Walau begitu, ia tak begitu peduli karena pada akhirnya maksudnya tersampaikan. Ia kembali lagi menggigiti selembar roti yang telah diolesi selai.
Daniella membulatkan bibirnya sembari menyerukan kata "Oh!" dengan panjang. Setelah melahap rotinya hingga tandas, gadis itu menatap kedua temannya dengan mimik serius. Indah dan Jo yang melihat mimik serius itu pun menantikan jawaban yang akan diberikan oleh Daniella dengan wajah tak sabar.
"Belum tahu," ujar Daniella beberapa saat kemudian membuat kedua orang itu tersedak makanan mereka. Daniella menyodorkan minuman pada kedua temannya itu dengan panik. "Duh! Kalau makan tuh hati-hati, kek. Lagian gak ada yang mau rebut makanan kelen juga," omelnya sembari menepuk-nepuk punggung keduanya.
------------------
1044.170322
Yuhu! Dani hadir lagi nih! Siapa nih yang punya temen macam aku? Jangan ditinggalin ya. Langka soalnya 🤣🤣🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro