Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXV. Dikirim Makanan

Sudah jam istirahat, tapi Krystal sangat malas untuk keluar ruangan. Di tambah lagi Giyan yang tidak ada di kantor. Katanya sedang ada pertemuan dengan salah satu model iklan mereka. Krystal tidak akan pernah membantah atau pun merajuk jika hal itu berkaitan dengan pekerjaan. Mungkin, karena dirinya lebih memprioritaskan hal tersebut.

Krystal menyenderkan tubuhnya di kursi putar miliknya. Tangannya mulai berselancar di ponsel, tepatnya memasuki aplikasi order makanan online. Begitu banyak pilihan makanan yang tersedia, dan rata-rata menggiurkan. Sembari menggulirkan layar, tangannya menggosok-gosok perutnya yang mulai berbunyi.

"Kenapa makanan enak ini nggak ada yang ingin kubeli? Aku ingin sesuatu yang biasa tapi istimewa," omongnya pada diri sendiri dengan ekspresi cemberut. Sesekali ia menghela napas dan memutarkan kursi hingga mengangkat kaki.

Pintu kaca miliknya diketuk dari luar. Walau tidak bersuara, ia tahu bahwa itu adalah sekretarisnya, Stephanie. Seperti biasa, setelah ketukan ketiga, Stephanie akan langsung masuk tanpa harus disetujui.

Stephanie datang tidak membawa dokumen atau pun yang berkaitan dengan pekerjaan. Perempuan yang mengenakan celana panjang itu membawa sebuah paper bag yang entah apa isinya.

"Maaf, Bu, tadi ada kurir yang mengantar ini. Alamatnya sesuai, dan ditujukan untuk Ibu. Saya juga udah periksa, bukan benda yang berbahaya, melainkan sekotak bekal," papar Stephanie. Perempuan yang lebih mudah empat tahun dibanding Krystal ini sudah mengabdikan diri di perusahaan ini sejak awal di buka. Dan ia selalu bertindak sebagai pelindung Krystal. Setiap kiriman yang sampai, ia memeriksa terlebih dahulu sebelum menyampaikannya pada Krystal. Walau muda, tapi kepeduliaannya tinggi. Ia sekretaris yang merangkapkan diri sebagai petugas keamanan.

"Bekal? Apa mungkin Giyan yang mengirimkannya?" tanya Krystal polos seraya melangkahkan kaki menuruni tiga tangga dan mendekat meja yang biasa digunakan untuk menjamu tamu. Ia mengambil paper bag yang telah diletakkan oleh Stephanie. Stephanie satu-satunya karyawan yang mengetahui bagaimana ia mengekspresikan cinta pada Giyan. Ia tidak segan-segan bercerita pada Stephanie jika itu berkaitan dengan Giyan. Krystal sangat mempercayai sekretarisnya tersebut.

"Maaf, Bu, sepertinya Pak Giyan nggak pernah melakukan hal itu. Jadi, saya ragu," ucapnya tanpa mengangkat pandangannya yang tertunduk sama sekali. Jawaban tersebut sedikit mematahkan harapan Krystal.

"Kamu yakin ini bukan orang iseng?" tanya Krystal lagi untuk memastikan.

"Haruskan saya mencobanya terlebih dulu?" saran Stephanie.

Krystal tidak langsung menjawab karena saran itu baik juga. akan tetapi, jika ada sesuatu pada Stephanie setelah memakan makanan yang tidak dikenal itu bagaimana? Siapa yang akan menggantikan Stephanie? Tidak boleh.

"Saya akan memastikannya sendiri," jawab Krystal akhirnya.

Merasa tidak ada keperluan lagi, Stephanie mengambil langkah mundur, tapi Krystal menghentikannya dengan pertanyaan. "Kamu melihat ada yang berbeda dari Giyan?"

"Pak Giyan masuk kerja seperti biasa, dan hari ini bertemu dengan salah satu calon model kita untuk iklan parfum yang akan mengadakan pemotretan minggu depan," balas Stephanie.

Begitulah, bekerja dalam satu perusahaan dan menjalin hubungan yang lama bukan serta merta membuat rasa percaya Krystal pada Giyan utuh begitu saja. Giyan punya wajah yang mampu memikat banyak perempuan. Bahkan, pernah salah satu karyawan magang menyatakan cinta secara terus terang terhadap Giyan. Walau Giyan menolak pernyataan tersebut, tetap saja Krystal waswas. Maka dari itu, Krystal mengutus Stephanie untuk mematikan kegiatan Giyan selama jam kerja. rasa percaya itu tetap ada, hanya saja keraguan terkadang menghampiri. Itulah alasan Krystal mengambil tindakan ini.

Setelah Stephanie keluar dari ruangannya, Krystal mengambil kotak bekal berwarna biru langit dengan gambar panda di atasnya. Dahinya mengerut, ia mengenal kotak bekal ini. Ketika ia membukanya, matanya terbelalak dan bibirnya mengulas senyum. Nasi hangat dikelilingi telur gulung dan tumis kangkung serta beberapa kerupuk memenuhi tempat kecil itu.

"Sepertinya makanan ini yang aku tunggu, bukan makanan dari aplikasi online," ucapnya dengan sumringah.

Ketika mengambil sendok di dalam paper bag, ada sebuah kertas kecil yang menyempil,

Ibu pasti kangen dengan masakan saya, makanya saya buatkan. Lain kali, kalau mau, kasih tahu aja, jangan sungkan.

Begitulah kiranya pesan yang tertulis. Senyum bibirnya tanpa disadari semakin mengembang. "Loh, kenapa aku girang begini?" ucapnya sambil menampar pipinya sendiri. "Dia, kan, lelaki penggoda? Jangan-jangan dia mau coba goda aku dengan sogokan makanan ini? atau sebenarnya ada yang dia incar di perusahaan ini tapi mencoba mendekatiku lebih dulu? Naik jabatan, kah? Berani sekali kalau memang itu yang dia incar. Baru juga sebulan kerja. Berhubung perutku sangat menginginkan makanan ini, aku akan menikmatinya. Bukan karena dari dia, tapi karena perutku yang ingin."

Krystal berbicara pada diri sendiri seolah semua akan baik-baik saja hanya dengan memakan masakan karyawannya sendiri. Bibirnya tidak berhenti tersenyum kala suap-suap itu masuk dalam mulutnya. Begitu nikmat. Kalimat terakhir yang diucapkan mulutnya begitu mencengangkan, "Andai setiap hari begini."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro