Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 64

Enggak! Gak ada yang membahagiakan!
Semua alur dihidup gue berakhir sad ending!
Hancur! Semuanya hancur!
Termasuk hati, dan hidup gue.
Gue capek ...
Bolehkan, gue nyerah?

-Samuel Emilio-

*****

"Ca, gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Bukan sebagai sahabat, tapi sebagai laki-laki pada perempuan. Ca, gue sungguh cinta sama lo," bisik Samuel dileher Larissa.

Entah keberanian dari mana Samuel mengungkapkan isi hatinya pada Larissa. Yang membuat gadis itu tersentak tak menyangka.

"Sam...?" lirih Larissa.

"Sutt, lo cukup tau." Air mata Samuel mengenang. Ia cengeng jika sudah menyangkut rasa cintanya pada Larissa.

"Gue takut Ca, gue takut gabisa sempat mengungkapkannya sama lo. Gue sungguh takut," lirih Samuel yang dibarengi isakan kecil.

Larissa menjauhkan dirinya dari Samuel.

"Lo gak bercanda kan? Sam, ini gak lucu. Keadaan gue lagi sulit sekarang, gue mohon sama lo jangan semakin mempersulitnya." Larissa menggeleng dibarengi lelehan air mata.

Samuel menunduk. "Gue gak minta lo buat mempersulitnya Ca, gue juga gak berniat buat mempersulit. Udah gue bilangkan, lo cukup tau. Lo cukup tau Ca..." lirih Samuel menatap sendu netra Larissa.

"Kenapa?" Larissa menatap balik mata Samuel.

"Maafin gue. Maaf karena gue gak bisa ngontrol hati gue. Gue sungguh minta maaf."

"Kenapa lo bilang sama gue, kenapa gak lo sembunyiin aja ha?"

Samuel menatap tak percaya pada Larissa. "Gue udah nyembunyiin perasaan gue ke lo selama dua tahun Ca, apa itu masih kurang? Sekarang gue bilang karena gue takut kalau gue gak bakal pernah bisa ungkapinnya lagi sama lo, lo paham kan?!" Samuel mengacak rambutnya frustasi.

Larissa menggeleng keras. "Gak, gue gak paham dan gue gak mau paham!" jeritnya.

"lo egois Ca!" teriak Samuel tertahan.

"Iya! Gue egois dan lo idiot karena udah cinta sama gue!" teriak Larissa meluruhkan bahu Samuel.

"Apa salah kalau gue cinta sama lo?! Apa salah--"

"Iya lo salah! Lo salah Sam!" tukas Larissa membentak Samuel.

"Ca, gue cuma mau lo tau aja! Gak usah mempermasalahkan, gak usah lo pikirin! Bisa gak Ca...? Lo cuma dengerin perasaan gue tanpa harus lo peduliin juga gapapa Ca... Itu aja, apa itu sangat mengganggu lo?"

"Iya! Itu sangat-sangat mengganggu gue! Puas lo ha?!" bentak Larissa.

Samuel memegang tangan Larissa, yang langsung ditepis olehnya. "Ca, lo kenapa sih kayak gini? Apa salah kalau gue sebagai sahabat lo jatuh cinta sama lo, apa itu salah Ca?!"

"SALAH SAM SALAH! BERAPA KALI GUE BILANG KALAU ITU SALAH HA?! LO BUANG AJA RASA CINTA LO ITU ATAU GUE BAKAL BENCI SAMA LO!" Larissa menatap marah dan kecewa pada Samuel.

Hanya ada tatapan sakit dimata Samuel pada Larissa. "Enggak, izinin gue mencintai lo sebentar lagi Ca. Hanya sebentar lagi, habis itu gue janji gue gak akan usik lo lagi dengan rasa cinta gue ke elo. Izinin gue Ca, hanya sebentar lagi..." lirih Samuel.

Larissa tetap Larissa. Si gadis keras kepala. "GUE BILANG BUANG YA BUANG SAM! LO LUPAIN SEMUA RASA LO BUAT GUE!"

"Terus aja Ca, terus! Terus sakitin gue, terus timpuk gue pakai luka! Terus Ca! Lo enggak tau gimana perjuangan gue buat lo, lo enggak tau gimana gue nahan cemburu saat lo sama mereka, lo enggak tau gimana terlukanya gue saat lo sama sekali gak ngelirik gue, lo--"

"STOP SAM! GUE GAK TAU DAN GUE GAK PEDULI! GUE MAU LO BUANG RASA LO ITU--"

"AARRGGH DENGERIN DULU GUE BISA GAK SIH CA?! KASIH GUE KESEMPATAN BUAT KELUARIN SEMUA SESAK YANG SELAMA INI GUE PENDAM!"

Tubuh Larissa bergetar saat Samuel berteriak dengan suara baritonnya. Ia menangis terisak lirih. "Stop... gue mohon..."

Samuel mengusap wajahnya kasar, menepis air mata dan mengusir gusar. Ia lepas kendali telah meninggikan suaranya pada Larissa.

Ia meraih Larissa dalam pelukannya. Larissa berontak, tetapi Samuel tetap tak melepaskannya malah mendekap Larissa jauh lebih erat.

"Maaf, maafin gue. Gue gak sengaja..." lirih Samuel.

Larissa menggeleng. "Gue benci lo!" desisnya.

Samuel menggeleng keras. "Enggak, jangan ucapin itu Ca gue mohon..."

"Gue benci lo Sam!"

"Gue benci lo!"

"Jangan ucapin itu, gue mohon Ca!"

"Gue benci lo Sam!" pekik Larissa.

Samuel terisak lirih. "Sakit Ca, jangan ucapin itu lagi gue mohon."

"Lo sahabat gue, gue mohon lo jangan cinta sama gue..."

Samuel menggeleng. "Jangan peduliin cinta gue, lo anggap aja gue gak punya perasaan apa-apa sama lo. Tapi jangan benci gue, gue mohon..."

Larissa memukul dada Samuel, melampiaskan rasa sesak dan kecewanya. Ia benci saat sahabatnya memiliki perasaan padanya. Itu mengingatkan ia pada Aldo, seorang pembunuh, seorang sahabatnya, juga seorang yang mencintainya. Ia benci ketika dalam persahabatan ada cinta.

Kini hal itu terjadi lagi pada Samuel, sahabat dekatnya, pahlawannya. Ia hanya trauma akan persahabatan yang dibumbui rasa cinta.

"Anterin gue pulang," lirih Larissa, menjauhkan dirinya dari Samuel.

"Enggak Ca, lo pulang ke apartemen gue."

"Gue mau pulang," tukas cepat Larissa.

"Ayah lo pasti marah besar sekarang, gue gak mau terjadi apa-apa sama lo. Lo pulang sama gue!"

"Gak usah khawatirin gue, gue udah biasa," balas Larissa.

"Khawatirin bayi lo Ca," sendu Samuel yang membuat Larissa repleks memegang perutnya.

Larissa tak menjawab lagi. Ia memalingkan wajahnya menatap kaca pintu mobil.

Samuel menyenderkan punggungnya dikursi kemudi, menghela napas sesak atas pergolakan emosi dalam hatinya disuasana tadi.

"Untuk beberapa saat tinggal diapartemen gue." Samuel melajukan mobilnya dengan keheningan yang mendera.

*****

Beberapa saat setelah menerima pesan singkat dari Samuel, Faisal langsung bergegas meninggalkan pekerjaan kantor dan menuju ke sekolah untuk mengurusi permintaan keluar bagi Samuel.

Iya, Samuel serius dengan ucapannya. Ia lelaki yang pantang menghianati apa yang telah ia ucap. Larissa dikeluarkan, maka ia akan keluar.

Awalnya pihak sekolah--khususnya Kepala sekolah menentang keras pengajuan Faisal. Karena mereka menyayangkan keputusan Samuel yang ingin keluar disaat lima bulan lagi menuju kelulusan.

Namun Faisal yang lebih cakap dan cerdas, membuat beberapa argumen yang membuat Kepala sekolah diam. Lalu dengan berat, Kepala sekolah menyetujui pernyataan Faisal.

Kini, hari ini juga Samuel dinyatakan bukan lagi seorang siswa SMA ALASKA.

Setelah urusan dengan sekolah selesai, Faisal kembali menuju perusahaan guna menyelesaikan tugas kedua dari Samuel. Yaitu memberi sedikit hukuman/kejutan kepada tn. Leamarious.

*****

Ketika sampai dimansion, tn. Leamarious melampiaskan semua emosinya dengan cara marah-marah dan membentak para pelayan disana.

Dalam benaknya hanya terbayang ia yang akan bernafsu menyiksa anak gadisnya--Larissa. Mengandung diusia remaja dalam keadaan belum menikah. Apa-apaan?! Apa anak itu ingin membuat ia kehilangan muka dan harga diri didepan banyak koleganya?!

Dipusingkan dengan masalah kandungan Larissa, ia yang menyuruh body guardnya untuk melakukan suatu hal penting baginya malah kembali dan melaporkan bahwa mereka semua gagal melakukan apa yang telah ia suruh.

Dengan marah, ia memukul salah satu body guardnya. Dan memecat semua body guard karena dirasanya tidak becus bekerja.

Amarahnya masih belum reda, ia bebankan pada seluruh pelayan disana. Bersikap seperti manusia frustrasi. Berteriak, membentak dan mundar-mandir tak jelas.

"SIAPKAN MAKAN SIANG UNTUKKU!"

Prang!

"HEI KAMU BISA KERJA GAK?! KENAPA PIRING KOTOR BISA ADA DI MEJA SOFA?!"

"KALIAN DISINI UNTUK BEKERJA, BUKAN UNTUK BERMALAS-MALASAN!"

Tn. Leamarious teramat frustrasi dengan semua yang terjadi pagi ini. Ia berjalan tergesa ke meja makan. Tapi makanan yang ia suruh buat belum tersaji barang satu hidanganpun. Tentu saja, ia baru saja menyuruh pelayan menyiapkan, jadi bagaimana mungkin makanan langsung tersaji bergitu saja.

Ia kembali berteriak marah. "DIMANA MAKANANNYA?! KENAPA KALIAN LELET SEKALI HA?!"

"AARRGGHH!"

Suara piring dan barang berjatuhan menggema disana.

"DASAR GAK BECUS KALIAN!!" murkanya.

Tn. Leamarious terus saja mondar-mandir sambil berteriak dan marah-marah pada semua pelayan dimansion. Kini ia sudah tidak sabar ingin melampiaskan amarah yang sesungguhnya.

"Ponsel!" pintanya pada sang Asisten yang langsung diberikan oleh asisten tersebut.

Ia menelepon Larissa dengan tak sabaran. Ketika telepon terhubung, tn. Leamarious langsung memerintahkan Larissa pulang segera tak lupa ia sertai ancaman.

"PULANG SEKARANG!" bentaknya saat Larissa lagi-lagi menolak perintahnya.

"Maaf Ayah, Ica enggak bisa..." Suara Larissa tercekat disana.

"Oh, apa sekarang kamu mulai berani membantah saya? Apa kamu tak sedikitpun memberi saya muka setelah kamu mempermalukan saya dengan kehamilan harammu itu?!"

"Maafin Ica, tapi--"

"Berani ngebantah lagi?! Ingat ini! Kamu sudah tidak punya siapa-siapa lagi didunia ini selain saya! Apa kamu sudah tidak menganggap saya ha?!" bentaknya.

Terdengar isakan kecil diseberang sana. "Ica enggak gitu Agah, maaf..."

"Kalau kamu masih menganggap saya Ayahmu, maka pulang sekarang!" tekan tn. Leamarious, lalu mematikan sambungan teleponnya sepihak. Ia menghempaskan tubuhnya disofa.

"Ambilkan aku air minum!" titahnya pada sang Asisten yang langsung dipatuhi tanpa bantahan.

Saat ia memijat pelipisnya, ponselnya bergetar diatas meja. "Siapa lagi yang menganngguku?!" geramnya. Mengambil ponsel dan membuka notifikasi gmail, raut wajahnya langsung masam. Antara syok, tak percaya dan gugup.

*****

Sementara Larissa, ia menatap kosong ponselnya.

"Anterin gue pulang!" ujar Larissa tanpa menoleh pada Samuel yang tengah memasukkan mobilnya ke area gedung apartemen.

"Bokap lo?" Samuel menoleh pada Larissa setelah sekian lama diam sejak pertengkaran tadi.

"Anterin gue sekarang!" Larissa menatap Samuel.

"Enggak, lo gak boleh pulang!" tekan Samuel.

"Sekarang!" tukas Larissa.

"Gak!" tolak Samuel, sembari menghentikan mobilnya didepan gedung.

Menghela napas kasar, Larissa membuka pintu mobil. Namun aksinya dihentikan oleh Samuel yang mencekal lengannya.

"Lo mau kemana?!"

"Mau pulang!" Larissa menghempas tangan Samuel.

"Ca, gue mohon! Tinggal di apartemen gue dan jangan pernah balik ke rumah lo!" resah Samuel.

"Gue mau pulang!" teriak Larissa.

"Gak!" tegas Samuel.

"LO KENAPA SIH HA?!" Larissa membentak Samuel sembari menepis kasar tangan pemuda itu.

"GUE TAKUT KEHILANGAN LO CA! GUE GAK MAU TERJADI APA-APA SAMA LO!"

"ITU URUSAN GUE! KALAUPUN GUE KENAPA-KENAPA ITU BUKAN URUSAN LO!" balas Larissa.

"HARUS BERAPA KALI GUE BILANG! GUE GAK MAU LO KENAPA-NAPA! GUE MEMILIH MATI DARIPADA NGELIHAT LO TERLUKA CA!!"

Larissa menggeleng lemah. "Anterin gue pulang, gue mohon..." isaknya.

"AAARGHH!" Samuel mengacak rambutnya frustrasi.

"Fine!"

"Tapi lo harus istirahat dulu sebentar diapatemen gue, muka lo udah pucet banget! Inget lo gak boleh kelelahan Ca," lanjut Samuel menatap sendu.

Larissa lagi-lagi menggeleng. "Gue harus pulang sekarang, atau gue pulang sendiri?!"

"Bisa gak sih Ca, lo jangan keras kepala?!"

"Gue gak bisa! Pulang sekarang!"

Dengan hati tak karuan, Samuel mengikuti keinginan Larissa. Ia kembali memutar mobilnya keluar area gedung dan melaju membelah jalanan siang menjelang sore.

Sesampainya didepan gerbang kediaman mansion Lea, Larissa kekuar dari mobil diikuti oleh Samuel.

"Lo jangan ikut masuk," larang Larissa. Ia tak mau Samuel ikut campur dalam urusannya lebih dalam bersama Ayahnya.

"Gue ikut," jawab Samuel.

"Please." Larissa menatap Samuel bersungguh-sungguh.

"Oke," pasrah Samuel.

Larissa berjalan menuju gerbang besar mansionnya. Sebelum ia memasuki gerbang, langkahnya terhenti saat Samuel tiba-tiba memeluknya dari belakang yang membuat ia mematung ditempat.

"Gue sayang elo Ca, gue cinta sama lo. Maafin gue karena udah naruh rasa ini sama lo," ucap Samuel diceruk leher Larissa.

"Lo kenapa sih, kesannya dari tadi setiap ngomong kayak perpisahan mulu?! Gue cuma nyuruh lo ilangin perasaan lo, bukan ilangin juga diri lo dari gue!" gerutu Larissa melepaskan pelukan Samuel.

"Gue takut kehilangan lo."

"Stop Sam! Cukup! Gue gak mau denger lagi."

Melihat wajah pucat Larissa, Samuel kembali berucap, "Lo harus baik-baik aja buat gue."

"Terserah." Larissa melenggang meninggalkan Samuel didepan gerbang.

Saat membuka pintu depan rumahnya, Larissa langsung berhadapan dengan sang Ayah. Yang membuat nyalinya seketika menciut. Apalagi saat bersitatap dengan tatapan penuh kebencian itu.

"Bagus, lama sekali kamu!"

Larissa hanya menunduk.

"Sini kamu!" Tn. Leamarious menyeret kasar Larissa sedikit menjauhi pintu. Gadis itu hanya menerima dan diam menahan luka dalam dada.

"Kamu enggak bersama temen laki-lakimu yang blasteran itukan?!" desaknya.

Larissa menatap bingung Ayahnya.

"Jawab!" bentak tn. Leamarious.

Larissa menggeleng.

"Bagus! Aku minta kamu gugurkan bayimu sekarang!"

Larissa mendekap perutnya. Ia menggeleng keras. "Enggak, jangan Ayah."

"Gugurkan!" sentak tn. Leamarious.

Larissa terus menggeleng. Kini ia menangis didepan Ayahnya. Tak ada lagi Larissa yang kuat. Semenjak ia mengandung, dan menanggung banyak luka dari likunya cerita cinta ... ia jadi mudah tersinggung dan sangat lemah.

"GUGURKAN SEKARANG SIALAN!" bentak tn. Leamarious menatap marah.

"Enggak." Larissa beringsut mundur dengan tubuh bergetar takut.

"Kamu yang memaksaku melakukan ini!" Tangan tn. Leamarious terulur pada sang Asisten.

Ditangannya kini terdapat delapan butir pil putih berbentuk segilima. Pil Aborsi.

Larissa semakin beringsut mundur saat Ayahnya semakin dekat dengannya. Mencengkram kepala bagian belakangnya, dan mencekoki Larissa dengan pil itu. Ia menggeleng menolak mengecap pil itu. Air matanya kian deras.

"Telan."

Larissa menggeleng semakin kuat, ingin memuntahkan pil Aborsi, tapi telapak tangan besar Ayahnya membekap mulutnya.

"TELAN!!" bantak tn. Leamarious sambil memukul tengkuk Larissa yang terus berontak dan terisak pilu.

Disaat bersamaan, pukulan kepalan tangan seseorang mengenai kepala samping tn. Leamarious membuatnya tersungkur.

"Bangsat!" umpatnya.

"GUE PERINGATIN SEKALI LAGI, JANGAN SAKITIN RISSA GUE SIALAN!" murka Samuel. Terlihat matanya berkaca-kaca. Ia memukul lagi, dan lagi lelaki paruh baya yang ia anggap sama brengseknya dengan Ayahnya sendiri.

"Walaupun anda adalah CEO perusahaan terbesar yang menaungi saya, tapi anda tak berhak mencampuri urusan saya!" Tn. Leamarious mengusap darah disudut bibirnya.

"SELAMA LO SAKITIN RISSA GUE, MAKA SELAMA ITU JUGA LO BERURUSAN SAMA GUE!" Pukulan dari Samuel lagi dan lagi menghujami wajah dan dada Ayah Larissa.

Tn. Leamarious yang sudah kesal dan marah karena rasa formalitasnya sama sekali tak diperdulikan dan malah mendapat banyak pukulan, membalas pukulan pada Samuel. Yang berhasil ditahan, dibalas dengan pukulan bertubi-tubi dari pemuda itu. Sampai ia tersungkur dan menabrak Guci keramik berukuran sedang.

"Awas aja kamu, sialan!" desis tn. Leamarious.

Samuel yang melihat sang Ayah Larissa sudah terkapar, dan tergesa menghampiri Larissa yang mematung karena syok dengan semua kejadian yang terjadi begitu capat.

Belum juga Samuel tiba didepan Larissa, ia dikagetkan dengan Larissa yang meneriaki namanya begitu kencang.

Waktu seakan berhenti berdetak. Otaknya mencerna apa yang terjadi hingga ia merasakan benda keras menghantam kepala bagian belakangnya.

PRANG!

"SAM!" Larissa berteriak histeris.

*****

BERSAMBUNG

wuhhh dag dig dug serr

jangan lupa tinggalkan jejak :)

See u next chapter :3

-2234 kata-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro