Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26✍

Amor Sinceritance

'Arsalesa'

_____

Fauzan semakin berang, sudah lebih dari delapan menit namun lampu dan musik belum juga menyala. Ia hendak melayangkan bentakan lagi, namun tiba-tiba lampu menyala dan hanya menerangi seorang lelaki yang berdiri tegak dengan sesuatu dalam genggaman tangan kanan.

Suasana hening sekejap.

Di sisi lain, Larissa menatap rumit pada Arga yang juga menatapnya dengan tatapan lembut.

"Arga," lirih Larissa menatap bingung Arga. Sedangkan lelaki itu hanya tersenyum tipis mendengar lirihan samar namanya.

Arga membuka mulut dan bersuara dengan nada tegas, "Larissa Leavera. Kamu ingat kan, tadi kamu bilang kalau aku nembak kamu, kamu bakal nerima aku?"

Larissa mengangguk ragu.

"Jadi sekarang ceritanya aku lagi nembak kamu. Aku mau ngasih pertanyaan seperti orang yang pada umumnya nembak pasangan mereka." Menarik nafas sebentar, Arga melanjutkan perkataannya, "Kamu mau gak jadi pacar aku?"

Larissa mengerjap bingung, dalam benaknya, sebenarnya apa yang Arga lakukan? Kalau mau nembak kenapa harus pakai kata ceritanya? Kalau emang Arga ingin menjadikan Larissa sebagai pacarnya, kenapa harus pakai kata pada umumnya. Jadi yang Arga lakukan sekarang harus Larissa anggap apa? Arga sedang latihan nembak atau lagi nembak dirinya beneran?

Karena tak mendapat jawaban, Arga menghampiri Larissa dan berdiri kaku di hadapan Larissa.

"Kalau kamu gak mau jawab pertanyaan ku, gak papa kok. Lagian aku udah tahu jawabannya." Tanpa di duga, Arga merengkuh tubuh Larissa dalam dekapannya.

"Makasih sayang, udah nerima aku."

Hening.

Larissa masih dalam kebingungan sedangkan teman-teman Arga yang lain malah bengong dengan wajah cengo.

"Kamu, ngapain Ga?" Larissa bertanya dengan ragu.

Sontak, Arga melepaskan pelukannya dan menatap bingung Larissa.

Di sudut ruangan, tawa beberapa orang menggelegar memecahkan keheningan dan menarik perhatian banyak orang termasuk Arga dan Larissa.

"Serius?! Demi alien dateng ke bumi nyari banana! Lo nembak cewek kayak gitu Ga?! Hahaha... Romantis banget anying!" seru Fauzan masih dengan tawanya.

"Woy lah, Arga gak ngotak! Hahaha..." seru teman Arga yang lain.

Arga mengalihkan tatapan pada Larissa. "Garing ya?" tanyanya menggaruk kepala canggung.

Larissa terkekeh pelan dan mengangguk. "Kamu tadi ngapain sih Ga?"

"Aku tadi nembak kamu. Tapi, aku gak tahu cara nya dan gak pernah lihat orang nembak kayak gimana. Tadi juga aku nyari referensi lewat internet," ringis Arga malu.

Bukan lagi kekehan, tapi Larissa sudah tertawa akibat kepolosan Arga. "Oh, tadi itu kamu beneran nembak aku?"

Arga mengangguk tanpa mengindahkan ledekan dan tawa dari sudut ruangan. "Jadi, gimana?" Arga harap-harap cemas.

"Apanya?" Larissa terkekeh.

"Ih! Kamu nerima aku gak?"

"Nerima apa?" Larissa pura-pura bingung.

Arga berdecak kesal, "Gak usah pura-pura bingung deh sayang!"

"Ya nerima apa?"

"Ya tadi!"

"Ya apa?"

"Iya yang tadi sayang ih!"

"Yang tadi mana Argaaa?"

"Iya yang tadi aku bilang kamu mau gak jadi pacar aku. Yang itu sayang ih!" sungut Arga.

"Kamu ini ngapain sih Ga? Nembak cewek ngegas gitu! Gak ada romantis-romantisnya. Kalau gitu caranya kamu gak akan di terima Ga," tukas Larissa menahan tawa dalam hati.

Tatapan Arga berubah sendu. "Jadi aku gak di terima ya?"

"Woy lo yang namanya Larissa! Terima aja udah, lihat noh! Arga mau nangis hahaha," sahut pria yang rambutnya gondrong di sudut sana.

Larissa menoleh dan kembali mengalihkan tatapan pada Arga yang menatap nyalang pada pemuda yang tadi berseru.

"Sialan ya lo! Gue gak nangis bego!"

"Mungkin bener kata kamu Ga, kita baru ketemu beberapa jam setelah berpisah beberapa tahun. Dan mungkin ini terdengar konyol." Larissa terkekeh pelan. "Tapi, aku bener-bener sayang sama kamu Ga. Aku terima kamu jadi pacarku."

Arga tertegun sesaat, menatap dalam Larissa sebelum akhirnya ia memeluk tubuh kecil yang sekarang jadi gadis-nya.

Sorak-sorai yang terdengar begitu ricuh dengan ucapan selamat dan berbagai ejekan canda disertai tawa. Arga semakin mengeratkan pelukannya, ia bahagia. Ia begitu bahagia telah mendekap dan memiliki Larissa di sisinya. Impiannya terwujud, impian untuk memiliki Larissa hanya untuk dirinya sendiri sudah terwujud. Sekali lagi, impian egoisnya sudah terwujud.

Arga menitikkan air mata haru, semangat hidupnya kembali bergelora. Alasannya untuk hidup kini telah menjadi miliknya.

"Makasih sayang, makasih. Aku mencintaimu ... Larissa Leavera, aku benar-benar mencintaimu," lirih Arga menelusupkan wajahnya diceruk leher Larissa.

Larissa mengangguk kecil. 'Aku juga mencintaimu Arga, sangat. Aku begitu menanti kembali mu dan begitu mencintaimu,' lirihnya dalam hati.

Sekian lama berpelukan erat, suasana begitu hangat dan panas dengan adegan romantis yang memuakkan, itu menurut para jomblo yang hadir di pesta ulangtahun nya Fauzan.

"EKHEM!"

Pasangan baru, melepaskan pelukannya dan menatap Fauzan.

"Yang ulang tahunnya gue, yang diasingkan gue, yang tersisihkan gue, yang jadi sorotan tamu malah dua orang yang pake baju rumahan buat dateng ke pesta," sindir Fauzan menghampiri pasangan baru jadian.

Arga tertawa kecil dan menyambut uluran tangan selamat dari Fauzan. "Sorry bro, numpang jadi sorotan bentar."

"Ye sans ae lah, gue ikut seneng kalau temen gue udah punya pacar. Ya walaupun menurut gue gaya nyatain perasaan lo gak ada bagus-bagus nya." Fauzan terkekeh mengingat ucapan Arga saat mengatakan perasaan pada Larissa.

"Gue amatir, lo tahu sendiri gue gak pernah pacaran atau nembak cewek."

"Ya ya gue tahu, hidup lo menyedihkan makanya amatir haha."

"Kesannya kayak hidup gue sangat menyedihkan ya," miris Arga.

Setelah beberapa saat berbicara panjang lebar dengan teman-teman Arga yang lain, suara perut keroncong yang minta diisi mengalihkan perhatian Arga pada perut Larissa yang ternyata telah bersuara. Wajahnya begitu merona, ia baru beberapa puluh menit lalu punya pacar tapi sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan Arga.

Arga terkekeh, ia mencubit pipi Larissa gemas. "Kenapa gak bilang kalau kamu laper? Gak harus nahan sampe berbunyi kan?"

"Ih, Arga kan kamu sendiri yang dari tadi fokus ngobrol. Jadi acara dinner gratis kita telat kan."

"Yaudah, kalau gitu ayo kita makan."

"Disini aja Ga." Larissa menahan tangan Arga yang mengajaknya berdiri.

"Serius? Disini berisik loh."

"Gak papa..."

"Yaudah tunggu di sini sebentar, aku mau ambil makanannya."

Larissa mengangguki ucapan Arga dan menatap punggung lebar Arga yang berdesakkan dengan tamu lain. Hari ini, malam ini, Larissa benar-benar merasa hidup dengan adanya Arga.

*****

Diwaktu yang sama dan tempat berbeda.

"Rik, Di, Dan, gue kangen Vera gue."

"Demi apa, bisa gak sih lo diem bentar ha? Ngerengek mulu dari tadi! Kek anak bayi minta asi tahu nggak?!" dengus Jordi yang kesal dengan sikap Levin yang childish, sedari tadi mereka memutuskan untuk bertemu tak henti-hentinya Levin merengek sampai meraung ingin bertemu dengan Larissa.

"Gue kangen sialan! Lo tahu perasaan gue gimana? Lo tahu cinta gue sama Vera segede gimana?" Levin semakin meraung tak jelas.

"Hilih lebay lo!" Jordi memalingkan wajahnya.

"Udahlah Di, ngadepin orang yang punya penyakit bucin akut itu harus sabar sebesar-besarnya." Erik memperingatkan.

"Aaaaaa gila! Chat gue udah diread sama Vera. Kalian diem dulu, takut-takut kalau Vera telfon gue dan kalian berisik." Levin berseru heboh tanpa mengalihkan tatapannya dari room chat bersama Larissa.

*****

Di tempat Larissa dan Arga.

"Sayang, cowok gila ini siapa? Nyepam kamu nih." Arga memberikan ponsel yang sedari tadi ia otak-atik pada Larissa.

Menghentikan suapan desert terakhir, Larissa menoleh saat mendengar suara samar Arga yang tertelan suara bersisik pesta. "Apa?" tanya Larissa sedikit berteriak.

Arga menyodorkan ponsel Larissa.

"Kamu pegang aja."

Tak mau ambil pusing, Arga membuka room chat dari nama kontak Cowok gila_- chatnya hanya berisi 22 pesan, mungkin Larissa sudah menghapus chat yang sebelumnya. Pikir Arga.

Cowok gila_-

Panggilan video tak terjawab pukul 18.59

[Sayang, kenapa telfonnya dimatiin?]

[Kamu baik-baik aja kan?]

[Jangan buat aku khawatir]

[Sayang, aku kerumah kamu ya, aku gak
tenang sebelum aku mastiin kamu secara
langsung]

[Aku di depan gerbang nih, bukain dong]

[Kok cuma ceklis dua abu sih?]

Panggilan suara tak terjawab pukul 19.23

[Sayang, buka dong gerbangnya, aku
kangen]

[Yaudah, aku bakal nungguin kamu disini]

[Cepet keluar ya? Disini dingin hehe]

Panggilan suara tak terjawab pukul 20.03

[Sayang, aku masih nungguin kamu bukain
gerbang]

Panggilan suara tak terjawab pukul 20.14

Panggilan suara tak terjawab pukul 20.16

Panggilan suara tak terjawab pukul 20.35

[Sayang, kata Mang Ujang kamu pergi]

[Sama siapa?]

[Cowok ya? Aku cemburu loh]

Panggilan suara tak terjawab pukul 20.47

[Yaudah kalau gitu aku pulang, dan kamu
jangan pulang kemalaman ntar masuk angin]

[Kalau udah baca pesan ku, langsung telfon
aku ya? Aku bener-bener kangen]

Arga mengerutkan kening bingung dengan isi pesan tersebut. Siapa cowok itu? Kenapa memanggil pacarnya dengan panggilan sayang? Apa sebelumnya Larissa pernah dekat dengan lelaki lain?

Tak mau tambah penasaran, Arga mengetikkan sesuatu sebagai balasan.

*****

"Diem dulu woy! Gue deg-degan, Vera gue sedang mengetik."

"Heboh bener lo, tiban mengetik doang."

"Ye, biarin!"

"Jangan kesenangan dulu Vin, ntar jatuh dari ketinggian remuk lo."

"Apa sangkut pautnya bego!" Erik menjitak kening Jordan.

"Ya ada lah! Yang udah berharap plus kesenangan duluan biasanya merasa terbang. Dan pas harapan itu gak sesuai kenyataan, dia bakal down dan jatuh dari ketinggian yang dia buat sendiri."

Levin tak mengindahkan ucapan Jordan yang tak ia mengerti. Ia hanya fokus dan kembali membaca ulang pesan balasan dari seberang.

Vera my future wife

[Kalau udah baca pesan ku, langsung telfon
aku ya? Aku bener-bener kangen]

[Sorry bro, lo siapanya Larissa ya?]

[Sayang, jangan becanda deh. Kamu nggak
berbakat buat jadi pelawak haha]

[Seperti nama kontaknya, ternyata bener.
Kalau lo emang gila!]

"Muka lo kenapa kusut gitu woy! Tadi aja cerah nyaingin bulan diluar, sekarang kusut kayak keset."

"Keset mana ada yang kusut oon!"

"Ye, Jordi ... terserah gue lah mau ngomong apa juga."

"Kenapa lo?" tanya Erik.

"Vera blok gue..." lirih Levin menatap sendu ponselnya.

Ketiga orang yang sedari tadi menatap jengah Levin, seketika tercengang.

"Serius lo?"

"Yah, baru tadi sore mau nyatain perasaan, ceweknya malah ngingkarin janji dan gak dateng. Lo udah bela-belain kerumahnya cuma buat khawatirin dia, eh dianya malah jalan sama orang lain. Gak ada perasaan emang tuh cewek! Kesel gue," cerca Jordi semakin membuat suasana hati Levin kian memburuk.

"Apa sih lo. Lo gak tahu apa-apa ya! Mungkin aja emang bener kan Vera gue lagi sibuk. Siapa tahu yang ajak jalan sekarang tuh temen kelompoknya yang mau nugas bareng." Levin mencoba berkelit dari yang Jordi ucapkan. Ia tak mau berpikir negatif kepada gadis yang dicintainya.

"Udah lah Vin, bener kata Jordi. Tuh cewek gak punya perasaan, gak mikir lagi. Dari semua yang udah lo alamin, gue gedek sama tuh cewek. Sok jual mahal sama lo padahal dia butuh sama lo. Tadi juga, udah siap-siap dari kemaren eh, dia malah gak nepatin janjinya."

"Stop Dan,"

"Lo sadar gak sih Vin? Semenjak lo kenal sama tuh cewek lo banyak berubah? Lo lebih prioritasin dia ketimbang kita."

"Stop Dan!"

"Dan lo juga sadar gak sih Vin, kalau perjuangan lo! Rasa khawatir lo selama ini sama dia! Rasa cinta lo sama dia! Itu cuma angin lalu buat dia!" Suara Jordan meninggi menatap tajam pada Levin. Ia hanya takut sahabatnya menyesal, ia tak mau sahabatnya patah hati. Dari kejadian ini, Erik dan 2J udah yakin bahwa Larissa bukan pilihan bagus untuk keadaan hati Levin.

Levin meremas ponselnya, ia menatap nyalang Jordan. Memang, apa yang Jordan katakan ada benarnya. Ia akui, ia memang berubah semenjak kenal Larissa. Tapi Levin tak terima gadis yang dipuja nya, gadis yang begitu ia lindungi perasaannya, gadis yang telah mencuri seluruh hati dan dunianya dari kendali dirinya, malah diolok-olok dan dijelek-jelekkan oleh sahabatnya sendiri.

"Lo gak tahu apa-apa Dan! Lo gak berhak bilang kalau cewek gue bodoh dan gak punya perasaan. Harus lo tahu, cewek yang gue cintai gak seburuk yang lo bilang!"

Jordi membuka suara yang membuat Levin mengalihkan tatapan tajam dari Jordan kepada dirinya. "Vin! Kita cuma gak mau lo jatuh terlalu dalam sama cewek itu! Kita sayang sama lo kita peduli sama lo! Satu kejadian hari ini akan terus berlanjut hingga hari berikutnya, dan buat ngindarin lo dari luka selanjutnya yang mungkin bisa lebih parah, gue harap lo lepasin perasaan lo sama tuh cewek. Kita punya firasat gak baik tentang percintaan lo ini."

Wajah Levin memerah, membanting ponsel sembarang arah, ia menghampiri dan melayangkan tinjuan di pipi Jordi.

"Lo gak punya hak buat atur perasaan gue!" bentak Levin kembali melayangkan tinjuan kedua.

"Vin udah!" Lerai Erik yang tak diindahkan Levin.

"Gue peduli sama lo Vin!"

Mencengkram kerah baju Jordi, Levin menggertakkan gigi hingga rahangnya mengeras. "Lo perduli sama gue atau lo mau ambil cewek gue dari gue? Ha? Jawab anjing!"

Melepas paksa tangan Levin, Jordi melayangkan tinjuan balasan hingga Levin tersungkur. "Rasa solid gue sama lo, lo artiin kalau gue bakal nusuk lo dari belakang?! Fuck! Belum jadian sama tuh cewek aja lo udah berubah banyak Vin!"

Hendak membalas tinjuan Jordi, Erik menyela dan menahan dirinya. "Anjing! Udah goblok! Jangan adu jatos gini!"

Bugh!

Levin menendang Erik, saat ini emosi telah mengendalikan dirinya.

"Solid lo bilang?! Bukannya dari awal ketemu dia lo udah bilang kalau lo bakal jadiin dia cewek lo ha?! Dengan lo yang nyuruh gue buat berhenti cintai dia, itu udah buktiin kalau lo emang ada niatan jadiin dia cewek lo dan mengkhianati gue!"

Tak terima dengan ucapan Levin, Jordi meninju perut sahabatnya itu.

Ingin membalas namun Jordi kembali melayangkan tinjuan di pipi kirinya.

"Sadar anjing! Gue beneran peduli sama lo bangsat!"

Jordi menendang Levin hingga terlentang.

Bangkit, Levin mencengkram bahu Jordi dan meninju perutnya sambil berteriak marah, "Kalau lo peduli sama gue, harusnya lo dukung gue! Bukan ngejatuhin gue!"

Jordi menyikut kepala Levin dan menduduki dada Levin. Melayangkan tinjuan berkali-kali berharap Levin bisa sadar dari kebodohannya.

"Sadar bodoh! Lo terlalu dalam ngasih hati lo buat dia!"

Bugh!

"Sampai otak lo dangkal dan gak nerima kenyataan bahwa emang dia acuh sama lo!"

Bugh!

"Sampai lo gak bisa bedain mana yang peduli dan nggak!"

Bugh!

"Sampai lo layangin kepalan tangan lo sama gue!"

Bugh!

"Gue peduli sama lo Vin, gue peduli, kita peduli sama lo," lirih Jordi menatap sayu Levin yang termenung selama tinjuan dan cercaan Jordi menimpa beruntun.

Apa benar, Levin telah berubah sejauh itu? Ia menatap Jordi yang sudah terduduk disebelahnya.

"Gue, sayang sama dia Di. Gue, bener-bener jatuh sama dia. Jangan bilang lagi buat gue buang perasaan tulus gue sama dia. Gue sayang sama dia, dia udah jadi dunia baru buat gue. Gue, gue--"

Levin tak bisa lagi melanjutkan racauannya, suaranya tercekat di tenggorokan. Air matanya menetes, bukti bahwa ia telah mencintai Larissa dengan sangat berlebih, hingga hati dan mentalnya tak kuasa menahan cinta yang membuncah untuk perempuan yang takdir kirim lewat mimpinya. Ia begitu sangat mencintai gadis itu hingga ia berharap Tuhan menambahkan waktu untuk dirinya mencintai Larissa lebih lama. Ia berharap Tuhan menulikan pendengaran untuk kenyataan yang akan datang hari berikutnya. Ia berharap Tuhan membutakan matanya untuk tidak melihat kenyataan yang akan membuat dadanya sesak di hari berikutnya.

Levin tak senaif itu, ia juga sama merasakan firasat tak baik untuk percintaannya. Namun apa boleh buat? Hatinya terlanjur jatuh dalam pesona Larissa. Ia begitu mencintai Larissa. Hingga ia rela menyerahkan seluruh nyawanya hanya untuk Larissa dan bahagia Larissa.

Anggap lah Levin bodoh, karena Levin pun mengakui jika ia memang lah lelaki bodoh.

****

BERSAMBUNG✍

Gimana chapter ini menurut kalian?

Jangan lupa tinggalkan jejak vote atau komentar kalau kalian suka sama chapter ini.

Makasih yang udah bertahan baca sampai dipart ini😍

See you next chapter guys♥

2479 words.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro