Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Jujur aku orgnya gak tegaan. Walau target bab kemarin enggak tercapai, tapi aku masih berusaha update.

Karena aku mau kalian terhibur.

Please sekali lagi minta komen banyak dan vote, bukan berarti aku kayak jual diri. vote dan komen gratis.

Yah, dari pada nih kalian baca cerita sedikit tapi dijual dengan harga selangit. Mending kalian komen dan dukung karyaku. GRATISSSSSS...


Dani nih.. lewat dulu ahhh


Fla juga dehhhh

-------------------------------------------------------------------------------------------

Mungkin kali ini aku gagal, tapi setidaknya aku dapat belajar. Bila tidak semua orang bisa memahami apa yang sedang kita perjuangkan.

Berhasil turun dari ojek online, sambil mendorong pintu gerbang yang tinggi menjulang, dari kejauhan sebuah motor matic putih Dara lihat bergerak pelan menuju dirinya. Dia sejenak terdiam, mengenali si pengendara yang menggunakan helm full face. Namun sama sekali Dara tidak bisa menebaknya.

Bahkan ketika motor tersebut ikut masuk ke dalam, terparkir rapi bersama motor lainnya dalam garasi rumah kost ini, Dara sengaja menghentikan segala gerakannya. Dia memerhatikan kembali sosok itu hingga helm tersebut dibuka oleh pemiliknya.

Bibirnya langsung tersenyum malu ketika tahu siapa sosok yang sejak tadi membuatnya penasaran. Memakai helm yang begitu tertutup berhasil membuat Dara kesulitan untuk mengenalinya.

"Kirain siapa," tegur Dara sampai laki-laki itu meliriknya.

Senyum simpul langsung tergambar di bibirnya. Sambil menyandang helm, untuk diletakkan pada lemari helm di ruang tamu rumah besar ini, sebuah kalimat terlontar begitu saja dari laki-laki itu.

"Pasti abis interview."

"Hahaha, kok tahu."

"Kelihatan dari baju lo."

"Owh begitu, ya." Dara melihat tampilan dirinya sendiri sambil mereka ulang adegan interview tadi.

"Kenapa?"

"Enggak. Cuma lucu aja. Mungkin gue udah kelamaan enggak interview, jadi baru tahu semua udah berubah."

Menaikkan sebelah alisnya, dia melirik Dara.

"Berubah gimana?"

"Berubah karena sekarang yang sibuk memberi nilai bukan user, tapi peserta."

Tawa geli mengiringi langkah mereka masuk ke dalam rumah. Bahkan Dara sengaja menunggu laki-laki itu meletakkan helmnya di lemari khusus.

"Berarti bukan perusahaan bonafide."

"Masa sih. Kayaknya itu perusahaan pakaian luar negeri deh."

"Nama dan asal enggak jaminan, Dar. Yang menjadi jaminan adalah kualitas. Jika mereka memberikan kualitas terbaik, dari segi hasil produksi, dan pelayanan, bisa masuk kategori perusahaan bonafide. Namun jika dari dua hal itu mereka belum bisa memberikan yang terbaik, jangan karena berasal dari perusahaan luar negeri, dimasuk-masukkan dalam kategori itu."

Paham dengan penjelasan itu, Dara melirik teman kost nya itu.

"Kalau gitu gue duluan ya, Dan."

Sampai di lantai kamarnya, Dara berjalan mendahului laki-laki itu. Kondisi kamar Dara yang terletak di ujung pada sisi kanan, dimana posisi tangga berada di tengah-tengahnya, membelah ke 4 kamar menjadi sama rata. Gadis itu melambai sejenak sebelum melihat laki-laki itu naik ke lantai 2 di mana kamarnya berada.

"Biasanya emang gitu sih, ya. Orang yang enggak dekat malah lebih peduli," gumam Dara, mengomentari sosok Dani, teman satu rumah kostnya ini.

Pertama kali Dara join di sini, hanya Dani memang yang menyambutnya baik. Dia juga membantu Dara membawakan barang-barang ke kamarnya waktu itu. Sekalipun mereka yah, bisa dibilang jarang bertemu, namun sekalinya bertemu pasti ada saja pembicaraan yang terjadi sampai-sampai Dara merasa Dani memang orang yang asik untuk dijadikan teman.

Hanya saja, kesibukan mereka membuat keduanya jarang mendapatkan waktu bersama.

"Ah, lelahnya."

Dara melempar tas tangannya asal, lalu membaringkan tubuhnya ke atas ranjang. Tarikan napasnya berulang kali terdengar. Kemudian dengan kedua tangannya, Dara mengacak rambutnya sebal.

"Sakit cuyy ... gue ini manusia. Kenapa pada tega banget sih. Udah di PHK, kena julid pula."

Berteriak kesal, mengeluh pada udara yang bahkan tidak terlihat hanya bisa Dara rasakan, gadis itu mulai tertidur. Tubuh lelahnya, perasaannya yang berkecambuk setelah interview tadi, membuatnya mengantuk.

Sampai ketika kedua mata Dara benar-benar terpejam, dia mulai pasrah. Dara yakin ada waktunya dia akan kembali bekerja.

***

"Gue masih sekolah, gila!! Lo yang benar aja nyuruh gue. Enggak ada!!!"

"Bantu gue!!"

"Bantu sih bantu. Cuma bukan gue juga yang lo korbanin. Emang enggak ada otak ya lo. Giliran kayak gini aja lo minta bantu gue. Kemarin ke mana aja om? Capek banget gue sama kelakuan lo!"

Mematikan begitu saja sambungan telepon itu, Fla melirik sebal nomor unik yang sama sekali tidak mau dia save namanya.

"Orang gila, datang kalau ada perlunya aja!"

Berusaha untuk fokus kembali, Fla menggelengkan kepalanya berulang kali. Jika sudah seperti ini, dia mana bisa melanjutkan sesi belajarnya. Setumpuk bahan materi yang seharusnya dia pergunakan sebagai bahan untuk presentasi esok, malah Fla jadikan bantal untuk kepala.

Sebuah permohonan yang datangnya dari dia, sosok yang tidak Fla harapkan, terus berputar di otaknya. Tapi Fla tidak mungkin juga menyanggupi permohonan orang itu untuk bekerja sebagai mata-matanya.

"Ah, elah! Dia enggak tahu apa gue besok presentasi. Bikin gue mikir aja!"

***

Sambil mengeringkan rambutnya sehabis keramas, Dara mulai menyalakan laptopnya kembali. Matanya melirik ke arah TV sembari menunggu loading di laptopnya. Sinetron yang sedang tampil di layar TV nya malah membuat Dara terpaku. Walau terlihat tidak mungkin, namun tetap para artis itu peragakan. Bahkan dibungkus menjadi tontonan TV seperti ini.

Senyum simpul sedikit banyak tergambar di bibir Dara. Bukan maksud ingin menertawakan ketidak mungkinan sinetron tersebut. Namun rasanya lucu aja bila karma dapat terjadi dengan sangat instan.

"Mie aja direbus dulu baru bisa kerasa nikmatnya. Masa iya karma kagak pakai proses."

Fokus pada layar laptopnya kembali, Dara langsung mencari tahu apakah ada lamarannya yang berhasil menyangkut kembali.

Sambil menscroll emailnya, yang dipenuhi dengan notifikasi dari jejaring sosial, Dara nampak tersenyum lebar ketika sebuah perusahaan otomotif memanggilnya untuk melakukan jadwal interview.

Dari email yang dikirimkan, perusahaan otomotif itu menunggu respon Dara terhadap email tersebut. Kemungkinan akan dijadwalkan lusa. Atau mungkin besok.

Melihat jam sudah hampir setengah 7 malam, Dara yakin jika dia merespon juga tidak akan bisa langsung diproses besok. Meski begitu Dara tetap membalasnya. Mengatakan jika dirinya siap kapan saja untuk melakukan interview.

Namun siapa yang bisa menyangka. Setelah 15 menit email tersebut Dara balas, ternyata dirinya mendapatkan jawaban begitu cepat. Sebuah jadwal interview besok hari pukul 9 pagi di head office dari perusahaan tersebut.

Sangat-sangat bersyukur atas jawaban secepat itu, Dara mulai memikirkan pakaian apa yang layak dia kenakan besok. Jangan sampai kejadian hari ini dia rasakan lagi.

"Mungkin ini yang namanya usaha tidak mengkhianati hasil. Gue jawab sekarang, sekalipun sudah terlambat. Tapi nyatanya kalau rezeki enggak akan ke mana."

Sambil bersenandung senang, Dara mulai menyiapkan pakaian untuk esok. Beberapa mode terbaik dari pakaian yang dia miliki, Dara coba keluarkan. Kali ini pasti akan berbeda dari interview tadi. Karena perusahaan yang mengundangnya interview pun berbeda.

Beda kelas maksudnya.

"Semoga interviewnya enggak barengan sama SPG mobil. Bisa-bisa minder lagi gue kayak hari ini."

Neng Dara abis interview...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro