Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 14

Walau yang komen dikit...

aku coba update lagi...

skrg gini deh, permainan kita ubah..

kalian keluar masuk cerita ini aja, sampai view 1 bab 1000

aku update lagi malam ini.

Lebih susah mana sama komen?


dress barunya Dara kurleb...


--------------------------------

Aku akui, ketakutan ini yang membuatku ragu dalam menjalani hidup.

BAPUK!

Cacian kasar itu meluncur begitu saja dari mulut Dara ketika dia sampai di dExpress dan mengetahui posisi apa yang akan dia jalani di sini. Sambil mendapatkan tatapan sinis dari si mak lampir, alias bu Ita atau perempuan yang Dara ketahui bekerja di bagian infrastruktur perusahaan ini, Dara hanya bisa memendam rasa kesalnya di dalam hati.

Bayangkan saja, dia sudah dandan secantik ini, agar ketika bertemu dengan Tari, tidak dicap sebagai gelandangan setelah keluar dari dExpress. Tapi ada saja masalah lainnya. Ternyata posisi pekerjaan yang ditawarkan dari dExpress untuknya adalah seorang office girl atau pembantu atau tukang bersih-bersih atau bahasa kasarnya BABU!

Pantas saja dalam isi pesan undangan bekerja, tidak ada posisi yang disebutkan. Bahkan Dara ingat betul, jika Fla sama sekali tidak bisa menyebutkan posisi yang akan dia tempati kembali di sini. Perempuan muda itu hanya mengatakan Dara harus menyiapkan mentalnya sekuat baja.

Ternyata inilah hasilnya.

"Dara ... kamu dengar saya tidak?"

"Ah ... dengar, Bu."

"Kamu bisa mulai untuk bekerjanya hari ini. Nanti akan diberikan seragam oleh tim saya. Dan kamu langsung menghandle lantai ganjil dari lantai 7 ke atas."

WHAT? Itu tandanya Dara harus menghandle lantai 7, 9, 11, 15? Berarti ada 4 lantai yang berada dalam tugas atau pekerjaanya.

Yah, walau seorang office girl bertugas hanya membersihkan meja, memvakum, dan membuat kopi, namun tetap saja, BANYAK!

Apalagi Dara bukan tipe orang yang suka bersih-bersih seperti ini. Lalu apakah dia bisa bertahan demi 100 juta?

"Mu ... mulai sekarang, Bu?"

"Iya. Mulai sekarang."

Pamit mundur untuk mengganti pakaiannya yang rapi dengan seragam yang dikatakan mak lampir tadi, langkah Dara terhenti karena sebuah kalimat penuh penekanan.

"Walau saya tahu siapa kamu sebelumnya, tapi tolong jalani pekerjaan barumu ini dengan sangat baik. Karena namamu direkomendasikan oleh ...."

Belum selesai Dara mendengarkannya, sebuah ketukan di pintu ruangan ini menghentikan kalimat tersebut. Setelah mengizinkan masuk, Dara malah dikagetkan dengan wajah pak Agus di sana. Kedua mata pak Agus, yang sebelumnya menjadi bos Dara, hampir saja keluar ketika dia melihat Dara ada di perusahaan ini.

"Da ... Dara?"

"Eh, pak Agus."

"Kamu ... ngapain di sini?"

Ekspresi paniknya melirik bu Ita, memberikan kode sebuah pertanyaan tersirat.

"Kamu bisa langsung bekerja, Dara. Di depan ada tim saya yang memberikanmu seragam."

Dara mengangguk paham. Dia melirik pak Agus yang terus saja ketakutan melihat kedatangannya di tempat ini lagi.

"Saya permisi dulu ya, pak Agus."

Setelah Dara keluar, dan menutup pintu ruangan ini kembali, tanpa basa basi, pak Agus langsung meminta penjelasan kepada perempuan tua yang duduk tenang di depannya ini.

"Kok bisa?"

"Maksudmu?"

"Kok bisa dia bekerja di dExpress?"

"Kenapa? Apa kamu mau ambil dia lagi untuk jadi timmu?"

"Bu ... dia ada kasus di sini. Karena itu dia dipecat. Masa iya, orang yang pernah memiliki kasus di terima di perusahaan ini lagi?"

"Kasus kan di timmu. Di tempat saya dia enggak punya kasus apapun. Namanya masih bersih. Jadi saya terima. Lagi pula pekerjaan yang akan dia lakukan tidak akan beresiko besar. Paling hanya mesin kopi rusak. Microwave rusak. Atau vakum tidak nyala. Atau beberapa debu membandel yang susah dihapuskan."

"Maksud Ibu??"

"Dia akan jadi tim saya. Dia bagian dari office girl di perusahaan ini. Dia akan handle lantai 7 sampai 15 untuk lantai ganjil. Dan itu berarti lantaimu juga akan dihandle olehnya."

"Oke. Baiklah kalau memang posisi itu yang dipercayakan kepadanya. Hati-hati saja, Bu. Jangan sampai meja-meja karyawan, atau barang-barang karyawan ada yang hilang di sini."

"Kalau ada yang hilang, saya yang ganti. Karena dia tim saya. Itulah yang dinamakan seorang leader."

Pak Agus membungkam. Niat hatinya ingin bertanya sesuatu kepada bu Ita, selaku head dari bagian infrastruktur, akhirnya lenyap karena melihat kedatangan Dara di dExpress lagi.

"Loh, sudahkah? Sudah mau kembali saja ke lantaimu?"

Tidak menjawab apapun, pak Agus langsung keluar dari ruangan kaca ini.

"Dasar anak muda. Hanya bisa melihat apa yang ada di depan mata."

***

Melihat pantulan dirinya dicermin dengan seragam warna biru dengan tulisan dExpress pada dada kirinya, Dara hanya bisa meringis sedih. Yang dia tahu ini adalah pekerjaan berat, selain berat di fisik karena harus membersihkan banyak hal, dia juga akan merasa berat pada pikirannya karena harus menemukan tersangka dari hal buruk yang terjadi pada perusahaan ini.

Bibirnya terus-terusan meringis ketika mengingat Fla berani menawarkannya 100 juta untuk gaji selama 1 bulan ini. Karena memang seberat inilah pekerjaan yang harus Dara jalankan.

"Gagal gue kelihatan berkelas di depan Tari," gumam Dara merasa malu atas jalan pikirannya tadi. Sebelum dia tahu pekerjaan apa yang akan dia terima di dExpress ini.

Bahkan Dara niat sekali membeli dress baru demi terlihat WAH di depan Tari. Tapi nyatanya Tari akan melihatnya dengan seragam rendahan seperti ini.

Membasuh wajahnya dengan air, demi menghapus make up tebal yang dia pakai tadi, Dara melemaskan otot-ototnya. Masa iya dia bisa kalah untuk yang kedua kalinya? Harusnya Dara bisa. Ini semua untuk dirinya juga. Untuk membersihkan nama baiknya.

"Semangat, Dar."

Melangkah keluar dari toilet, Dara langsung menuju lantai di mana dirinya akan menghandle di sana. Dia mulai dari lantai 7 dimana Dara melihat OG lainnya sedang menyiapkan kopi dan teh untuk dikonsumsi pagi ini.

"Pagi, Mbak."

"Ya Tuhan, mbak Dara."

OG tersebut kaget bukan main melihat Dara berdiri di sampingnya dengan seragam yang sama seperti yang dirinya pakai.

"Ngapain Mbak pakai seragam ini?"

"Saya bekerja diposisi ini sekarang?"

"Wah ... masa?"

"Hm."

Dara hanya bisa terus tersenyum. Kini dia paham kenapa dirinya ditaruh pada posisi ini, selain karena tidak akan mungkin dicurigai sebagai mata-mata, Dara juga melihat jika partner kerjanya, Ina, OG yang kaget melihat Dara memakai seragam yang sama dengannya, ternyata sedang hamil. Perut perempuan itu sudah terlihat sangat menonjol.

"Kamu lagi hamil ya, Na. Kok aku enggak sadar kemarin ini."

"Mbak sibuk banget kayaknya, jadi enggak sadar. Lagi juga saya udah enggak kuat turun naik lantai. Makanya sekarang Mbak yang bantu saya turun naik lantai lainnya."

"Oke! Baiklah. Dimulai dari mana kita?"

"Dari cuci piring, Mbak. Banyak piring kotor orang-orang yang baru aja selesai sarapan."

"Idih, kenapa pada manja-manja banget sih? Dulu rasanya aku cuci piring sendiri kalau abis makan. Bukannya diserahin ke OG."

"Yah ... kan itu mbak Dara. Dulu kan mbak Dara paling enggak mau kalau saya bantu cuciin tempat makan atau tempat minumnya. Saya pernah dengar Mbak bilang, selagi Mbak masih punya kedua tangan yang sehat, saya enggak mau dibantu sama mbak Ina. Inget enggak Mbak bilang gitu?"

"Ya inget lah!!"

"Nah ... tapi kan itu mbak Dara. Bukan karyawan yang lain."

"Gila banget. Sesama kerja di dExpress aja, gayanya udah kayak tuan sama nyonya aja ya."

"Ya enggak papa, Mbak. Itulah kenapa posisi saya ada di perusahaan ini."

"Tapi enggak gitu."

"Sudah, Mbak. Diterima aja. Selagi pekerjaan kita tidak merugikan orang lain, ya enggak papa dikerjakan."

Setelah berhasil menenangkan emosinya, Dara memahami kenyataan yang sungguh luar biasa. Seperti diposisinya ini, Dara bisa mendapatkan banyak meaningful yang sangat menakjubkan untuknya.

"Ternyata yang rendah bukan tidak berarti. Hanya saja lebih sering tidak terlihat."

"Ah ... kenapa mbak Dara?"

"Enggak papa. Ayuk lah kita cuci piring."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro