Bab 13
WELCOME...
hahaha... maapin, saya End OF Year. Full kerja. Jadi baru bisa update lagi sekarang ini.
Kalau kalian rindu dante, komen sampai 300, aku update lagi.
Komen aja. karena aku tahu para silent reader gak suka kasih vote. Jadinya mending target komen aja, biar bisa update lagi....
gayanya neng Dara di rumah...
Dani yaaa guyss....
----------------------------
Terkadang kau hanya perlu mengikuti arus kehidupan, untuk tetap bisa bertahan dalam menjalaninya.
Masih membaca jurnal-jurnal yang terkait dengan mata kuliahnya di jam 2 pagi, dini hari, dering ponsel yang berulang kali berbunyi membuat Fla menyerah untuk mengabaikannya. Dia lepaskan headset yang terhubung ke perangkat komputernya, lalu bergerak mengambil ponsel tersebut yang kini layarnya menampilkan nama Dante dengan wajah menyebalkan.
"Ya Tuhan, jam berapa ini? Bisa enggak sih lo enggak ganggu gue terus."
"Fla ... bantu gue lagi lah."
"Yang kemarin belum cukup emang bantuan gue?"
"Kok lo perhitungan gitu sama gue. Ayolah."
"Enggak. Gue bukan pembantu lo!"
Begitu Fla ingin mengakhiri panggilan ini, Dante kembali bersuara. Hingga Fla menghentikan gerakan tangannya.
"Gue tahu tujuan lo ke Indonesia karena apa? Gue tahu niat lo muncul di sini bukan perkara untuk kuliah aja. Tapi ada tujuan utama yang mau lo lakuin, kan?"
"Ma ... maksud lo?"
"Gue cuma nebak aja sih. Aneh abisan lo ninggalin sangkar emas lo di sana, demi datangin abang lo yang kayak bajingan ini. Bahkan setelah sekian tahun kita enggak ketemu, itu bukan sebuah kebetulan Fla kalau lo bilang mau kuliah S2 di sini."
Fla tersenyum mengejek. Matanya tertuju ke arah sebuah figura kecil di mana ada foto keluarganya dimasa lalu. Kebetulan foto ini diambil di Bali, sebelum keluarga mereka pindah ke Italy, sekitar 13 tahun lalu.
Wajah Dante di sana masih sangat polos. Seingat Fla, Dante baru saja lulus SMA di dalam foto ini. Sedangkan Fla masih berusia kurang lebih 8 tahun. Dari sekian banyak memori yang tercipta dalam foto ini, hanya satu yang Fla Yakini. Keluarganya masih baik-baik saja hingga saat ini. Sekalipun mereka terpisah antara benua dan negara. Tapi dalam lubuk hati terdalam, masing-masing anggota keluarga pastinya sangat merindukan satu sama lain.
"Fla ... Flavia Chesario!"
"Apaan sih lo? Teriak-teriak mulu!"
"Lo dengerin gue enggak?"
"Lo mau dibantu apalagi sekarang? Kemarin gue udah cariin orang yang bisa lo jadikan mata-mata. Sekarang lo tinggal pekerjakan saja dia. Selesai, kan?"
"Cazzo!"
"Enggak usah pakai bahasa bapak lo!"
"Kan bapak gue, bapak lo juga, setan. Buruan bantuin gue, gimana caranya gue masukin si Dara itu ke dExpress. Masa iya gue kontak bagian personalia, buat bantuin masuk ke sana. Yang ada, langsung jadi direktur si Dara itu."
"Ya baguslah. Dia bisa langsung atur perusahaan lo itu."
"Shit! Bukan begitu caranya bisnis, Fla."
"Tahu apa lo tentang bisnis? Udah gue lagi belajar. Ganggu hidup orang aja lo!!"
"Fla ...."
"Jadiin babu aja sekalian biar enggak dicurigain!!"
Tanpa basa basi, Fla langsung mematikan sambungan yang sangat mengganggunya. Dia bahkan sengaja melemparkan jauh-jauh ponselnya, agar ketika Dante menghubungi kembali, sama sekali tidak ternotice olehnya.
"Biar tahu rasa dia. Susahnya menjalankan bisnis!!"
***
dExpress
Konfirmasi pemanggilan kerja dari kantor dExpress untuk calon karyawati atas nama Dara Fajara Hanes, Anda diterima bekerja sebagai salah satu karyawati di sini.
Untuk kedatangan kami tunggu hari jum'at 1 November 2021.
Tempat PT dExpress tbk
Terima kasih
Baru saja membuka mata Dara dikagetkan dengan sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya terkait pemanggilan bekerja di perusahaan yang kemarin ini baru memecatnya secara tidak hormat. Jujur saja setiap kata yang Dara baca, berhasil memancing rasa sakit hatinya kembali. Diberhentikan tanpa alasan yang jelas, adalah alasan terbesar Dara membenci perusahaan tersebut.
Namun lagi-lagi demi usahanya untuk bertahan hidup, Dara menerima tawaran Fla dan laki-laki itu yang ia yakini adalah bagian agent dari pencari pekerjaan untuk perusahaan-perusahaan. Karena jujur saja selama 7 tahun Dara bekerja di dExpress, dia tidak pernah mengenal laki-laki itu.
Karena masih ada dua hari lagi waktu untuk masuk atau kembali ke perusahaan setan itu, tentu saja Dara wajib mempersiapkan segalanya. Dia juga tidak mau kembalinya dia ke sana terkesan sia-sia, yakni tidak bisa juga membalas dendam untuk perusahaan tersebut. Untuk itulah, Dara berniat menemui Fla, ya setidaknya dia ingin mempertanyakan mengapa Fla berani membayarnya 100 juta hanya demi menemukan tersangka dalam perusahaan itu.
"Hei, Dan."
"Hei, Dar."
"Buru-buru banget, mau ke mana?"
"Ada urusan biasa."
"Hm, begitu. Eh, btw, lo masih kerja di perusahaan start up si orange itu?"
Dani tersenyum. Dia melangkah mendekati Dara.
"Masih dong, kalau enggak kerja di sana, kerja di mana lagi gue?"
"Ah ... I see. Enak banget kayaknya di sana. Gue lihat lo ke kantor jarang, tapi gaji lo lancar sepertinya."
"Kalau orang kerja kan harus digaji, Dar. Gimana sih?"
"Iya sih, cuma enak aja kayaknya jadi lo. Btw, ada lowongan enggak di sana?"
Tertawa lepas, Dani menggeleng melihat ekspresi Dara yang terlihat seperti anak kecil dimatanya.
"Memangnya lo belum dapat kerja juga? Coba deh nanti gue tanya."
"Ya, tanyain dong. Jadi tim lo juga gue siap kok."
"Enggak di tim gue mah. Hubungannya sama pihak ketiga yang mau kerja sama dengan perusahaan gue. Banyak enggak enaknya."
"Hm ... gitu, ya. Ya udah, yang menurut lo enak aja ya. Tolong dibantu ya, Dan."
"Siap, Dar. Nanti kalau ada gue info."
Melihat langkah Dani yang bergerak turun ke lantai dasar, Dara dikagetkan dengan kemunculan Fla dengan bare face bersama kantung mata yang menghitam. Karena gadis itu penasaran dengan apa yang Dara lihat, Fla ikut melihat ke bawah. Namun tidak ada seorang pun di sana.
"Lo enggak lagi mau bunuh diri, kan?"
"Ya enggak lah."
"Kirain saking frustasinya."
"Enggak frustasi gue. Barusan gue dapat pesan dari dExpress minta gue masuk tanggal 1."
"Wow. 2 hari lagi dong. Emang dExpress nawarin posisi apa?"
Dara meringis bingung. "Enggak ada info diisi pesannya. Kira-kira lo sodorin gue diposisi apa, Fla?"
Menarik napas dalam, Fla hanya bisa menggeleng, merutuki kebodohan kakaknya. "Jujur gue juga enggak tahu, Dar. Secara gue cuma bantu cari orang yang sekitarnya cocok untuk memata-matai pekerjaan karyawan di sana. Tapi untuk lo ditempati dalam posisi apa gue enggak dapat info."
"Ah ... gitu, ya."
"Hm. Udah dijalani aja. Tanggal 1 lo datang aja. Kalau emang ada something yang aneh, info aja ke gue. Nanti gue bantu."
"Ulululu ... Fla. Lo baik banget sih. Ini bukan karena pelukan gue kemarin, kan?"
"Ya enggak lah!!"
"Kirain."
Dara tertawa melihat wajah cemberut Fla. Dia mencubit lengan Fla, gemas, sampai gadis itu mendorong tubuh Dara dengan segenap kekuatannya.
"Fla ...."
Hampir saja, Dara jatuh ke belakang, jika dia tidak pegangan pada tiang tangga.
"So ... sorry, Dar. Sumpah enggak ada maksud gue."
"Serem banget deh lo. Sama cewek aja begini tenaga lo, apalagi sama cowok!"
Fla meringis mengingat-ingat kejadian buruk yang pernah terjadi dengannya dan juga Dante. Kakak laki-lakinya itu pernah tersungkur di aspal karena tenaga yang Fla miliki.
"Kalau ke cowok, bisa berdarah-darah, Dar."
"WOW!! Nanti suami lo harus yang tangguh."
"Udah ah, gue mau ke bawah dulu. Cari makan."
"Fla ...."
"Apalagi?"
"Apa yang harus gue siapin buat tanggal 1 besok."
"MENTAL!! Karena dunia kerja itu kejam, Dar. Sama kayak kata-kata lo sebelumnya. Jadi lo harus punya MENTAL BAJA!"
"Siap! Cukup mental baja aja. Thank you, Fla."
"Welcome, Dar. Btw, lo enggak mau sarapan juga? Ayo ke bawah."
Tersenyum menerima ajakan Fla, Dara melangkah turun, mengikuti cantik yang setidaknya sudah membawakan secercah cahaya dalam kehidupannya yang hampir saja padam.
------
yakin gak mau update lagi malam ini?
Cuss komen yang banyaakkk...
aku suka sama komen kalian
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro