Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Terpaksa Mau

“Enggak," keduanya serempak menolak perjodohan tersebut.

“Pa ma Pasha sudah punya pacar, papa sama mama gak bisa maksa gitu dong,” sanggah Pasha yang tidak bisa menyetujui perjodohan tersebut.

“Nah Amira juga gak bisa ma pa, Amira masih kecil dan masih SMA masa menikah sih,” keluh Amira dengan memelas.

“Tidak bisa! Kalian berdua tidak bisa membantah keputusan kami. Kami sudah merencanakan ini sejak kami bersahabat jadi kalian tidak bisa membantahnya.

"Ini yang terbaik untuk kalian."

“Tapi pa… papa gak bisa gitu dong.”

“Pasha kamu mau melawan orang tua hemm?" ancam Mei kepada sang putra.

“Ah terserah mama sama papa saja kalau gitu.” Kali ini Pasha pasrah karena ia sadar tak akan pernah bisa menang melawan orang tuanya.

“Ma… papa gak sungguh sungguh kan? Amira masih kecil ma, Amira masih ingin bebas," desis Amira lirih.

“Kami serius sayang, kamu nurut ya nak kami melakukan semua ini demi kebaikanmu juga kok.”

“Huhhh…. Kalau mama sudah bilang gini aku bisa apa,” ucap Amira pasrah. Ia terpaksa menuruti kemauan kedua orang tuanya.

“Jadi persiapkan diri kalian karena seminggu dari sekarang kalian akan menikah,” Jelas Rudy menyampaikan keputusannya.

“Pa… kok cepet banget sih? Pasha bahkan belum kenal dia,” protes Pasha kesal.

“Kami sudah tahu Kiana dengan baik Sha jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun.” pungkas Mei yang membuat Pasha bungkam.

Pasha dan Amira menghembuskan nafas pasrah mereka tahu mereka tidak akan bisa menentang kedua orang tua mereka.

"Pasha ajak Amira makan gih tuh di sana, mama sudah pesenin tempat buat kalian. Ajak Amira mengobrol biar tambah akrab," ucap Mei sembari menunjuk meja dengan dua kursi di luar ruangan tak jauh dari tempat kami sekarang.    

Tanpa aba - aba dari Pasha, Amira langsung berjalan mengekori Pasha di meja itu tak ada percakapan yang mengesankan antara Amira dan Pasha hanya bertanya nama dan mau pesan apa itu saja sudah cukup membuat Amira malas untuk bertantanya lagi karena Pasha terlalu cuek dan dingin orangnya mungkin karena mereka baru pertama kali bertemu pikir Amira. Amira pun tak mau terlalu ambil pusing tentang  itu dan memilih diam yang terpenting Amira sudah mencoba mengajaknya bicara sesuai kemauan orang tua mereka. Sesekali Amira memcuri pandang kearah Pasha yang sedang sibuk menyantap makanannya.

‘Tampan sih, tapi dinginnya itu lho mbok ya dikurangi dikit,' keluh Amira dalam hati.

‘Bagaimana jika Nia dan Intan tau kalau aku dijodohin sama pak Amira pasti mereka histeris.'

‘Huhh Jika bukan karena mama dan papa aku tak mungkin menerima perjodohan ini,’ umpat Amira terus menerus di dalam hati sembari memakan makanannya.

Waktu berjalan begitu cepat. Amira dan Pasha hanya saling diam tak ada yang mau memulai untuk bicara lagi hingga sebuah suara membuat keduanya bernafas lega.

"Sayang kemarilah ayo kita pulang," panggil Retha kepada sang putri.

"I-iya ma," sahut Amira sembari tersenyum.

"Permisi kak," ucap Amira berlalu begitu saja dari hadapan Pasha.

"Oh ya ampun akhirnya aku selamat juga," ucap Amira lirih sembari bernafas lega ketika sampai di dalam mobil.

"Kamu kenapa nak?" tanya sang papa penasaran.

"Tak apa pah Amira hanya lelah ingin segera istirahat," elak Amira.

Amira menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi penumpang lantas memijit mijit kepalanya yang tiba tiba saja terasa pening.

“Kamu sakit sayang?” tanya sang mama khawatir.

Amira hanya menggeleng sebagai jawaban. Amira memasang earphone di kedua telinganya memutar lagu klasik kesukaannya sembari memejamkan mata. Sesampainya di depan rumah Amira langsung berlari masuk ke dalam rumah begitu mobil berhenti. Amira masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintu kamarnya dan melakukan panggilan Video bersama kedua temannya.

“Hai Mir… ada apa lo tumbenan video call malam malam gini?” tanya Nia penasaran.

“Ho’oh nih… ayo cerita hayo,” sahut Intan yang sedang menggunakan earphone.

“Gue dijodohin," ucap Amira santai.

“What” seru keduanya bersamaan.

“Elu lagi bercanda kan Mir?” tanya Nia memastikan.

“Gue serius… mana pernah gue bohong sama kalian,” jelas Amira dengan wajah serius.

“Kok tiba tiba sih Mir?" tanya Intan dengan wajah sedihnya.

“Eh tapi calonnya ganteng dong?” lanjut Intan.

“Lu mau tau?” tanya Amira sengaja membuat kedua sahabatnya penasaran.

“Siapa emang?” tanya Intan penasaran.

“Ayo kasih tau dong Mir,” desak Nia.

“Pemilik yayasan sekolah kita,” jawab Amira enteng.

“Hah… serius lu Mir?” seru Intan. “Pak Pasha yang tampan itu kan?” lanjut Intan.

“Iya Pak Pasha siapa lagi,” Sahut Amira memutar bola matanya malas.

“Trus kenapa lu keliatan galau gitu sih Mir? Kan bagus punya suami tampan dan kaya raya,” celetuk Nia.

“Ckk.. Tampan aja gak cukup Ni, dia sudah punya kekasih dan dia sangat dingin ke gue,” jelas Amira yang membuat kedua sahabatnya mengerti.

“Iya sih Mir tapi mana bisa lu nolak keinginan orang tua lu, udah jalanin aja dulu Mir. Gue yakin kok om Tama dan tante Retha sudah memikir segalanya pas mau jodohin lo sama dia,” jelas Intan bijak.

“Eh tumben bijak,” cibir Amira semabari terkikik.

“Iya Tan gue tau kok kalau maksud nyokap bokap gue baik,” lanjut Amira. “Eh udahan dulu yak kita lanjut besok aja deh, udah malam nanti kita bangun kesiangan lagi,” pamit Amira.

“Hemmm… Bye bye,” sahut kedua temannya sembari melambaikan tangan sebelum mematikan sambungan telepon.

Di tempat lain Pasha pergi menemui sang kekasih bernama Bella. Ia memberitahu Bella jika kedua orang tuanya menjodohkan dirinya dengan wanita pilihan mereka. Bella marah, ia meminta Pasha pergi meninggalkannya namun Pasha memohon kepada Bella untuk bersabar karena ia terpaksa menerima perjodohan tersebut. Ia berjanji kepada Bella jika ia akan segera menceraikan Pasha dan kembali kepada Bella.

“Sayang… dengerin aku dulu,” ucap Pasha sembari menarik lengan Bella yang hendak pergi.

Pasha memeluk erat tubuh Bella sampai Bella tenang. Tangan Pasha menangkup kedua pipi Bella membawa wajah Bella mendekat ke wajahnya lantas mengecupnya dengan lembut.

“Aku sangat mencintaimu, hanya kamu sayang bukan dia.. Ku mohon mengertilah posisiku," bujuk Pasha.

“Aku janji aku akan memperioritaskan kamu, aku tetap milikmu. Percayalah,” ucap Pasha kembali membujuk Bella.

Bella melepas tangan Pasha dari kedua pipinya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam ke arah Pasha.

“Baiklah aku akan memaafkanmu dan menerima semuanya tapi aku memiliki syarat, apa kau bisa berjanji akan melakukannya untukku?” ucap Bella dengan nada mengintimidasi.

“Katakan sayang… apapun itu akan aku lakukan untuk mu,” ucap Pasha meyakinkan Bella.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro