Hari Pernikahan
"Baiklah aku setuju," jawab Pasha menyetujui persyaratan yang diajukan Bella.
Seminggu telah berlalu, Hari ini Amira dan Pasha akan melangsungkan acara pernikahan. Sebelum acara dimulai Pasha menelpon Bella, menghibur Bella dan meyakinkan sang kekasih jika ia sangat mencintainya.
Di tempat lain Amira mengenakan kebaya putih nan indah hasil karya perancang busana terkenal kemudian Ia melangkahkan kakinya pelan menuju meja rias. Ia menatap wajahnya yang penuh dengan polesan make up dan berbagai riasan lain yang terlihat begitu sempurna. Ia mengakui semua ini terlihat indah dan sempurna, sebuah akad nikah yang begitu khidmat dan sakral, pesta yang bisa dibilang cukup besar dan mewah di hotel milik keluarga Hutama. Mungkin semua itu akan menjadi impian banyak mempelai wanita tak terkecuali adalah dirinya namun entah mengapa dengan semua yang ia dapatkan sekarang belum sedikit pun ia merasa bahagia.
"Senyum Mir, please ini hari bahagia lo," ucap Nia yang sedari tadi malam menemani Amira.
"Gue gak bisa Ni perasaan gue kacau saat ini, gue gugup gue sedih gue takut," cicit Amira sembari menunduk.
"Senyum Mir jangan buat orangtua lo bersedih karena lo gak mau senyum," ucap Intan sembari mengusap lembut lengan Amira.
Amira kemudian menghela nafas dalam lalu bergerak menghadap kedua temannya kemudian ia mengembangkan sebuah senyuman yang membuat kedua temannya bahagia. Mereka saling berpelukan.
“Makasih ya Ni… Tan,” bisik Amira lirih.
“Sama sama Mir," jawab keduanya sembari tersenyum.
Pagi ini tepatnya pukul sembilan pagi Amira resmi menyandang gelar nyonya muda di keluarga Hutama. Usai ijab qobul Amira dan Pasha digiring menuju kamar untuk berganti pakaian untuk acara selanjutnya. Mereka sama sama diam dan fokus dengan tujuannya masing masing.
"Nona sebaiknya anda berganti baju bersama tuan muda saja di ruang ganti," ucap salah seorang asisten perias.
Amira dan Pasha saling berpandangan dan mereka dengan kompak langsung menolaknya.
"Tidak" ucap mereka bersamaan.
"Maksud saya, sa-saya tidak bisa membantunya mengenakan gaun saya tidak mengerti caranya," kilah Pasha.
"Baiklah mari saya akan bantu anda nona," ucap sang asisten yang kemudian membantu membuka baju Amira.
Sementara itu Pasha langsung pergi ke arah walk in closet untuk berganti pakaian sebelum ia melihat kebaya sang istri terbuka dan berganti dengan dress.Acara selanjutnya adalah resepsi, Amira dan Pasha duduk berdampingan dalam mobil khusus pengantin yang dikemudikan seorang sopir yang akan membawa mereka ke hotel milik keluarga Hutama. Tak ada perbincangan sama sekali diantara mereka berdua hingga tiba di sebuah hotel tempat mereka akan melangsungkan resepsi nanti.
Mereka berdua masuk ke dalam sebuah kamar hotel untuk membenahi riasan sebelum akhirnya pergi menyapa para tamu undungan. Pasha memeluk mesra pinggang ramping sang istri menuju pelaminan sifatnya begitu manis berbanding terbalik dengan yang ia lakukan ketika hanya berdua saja. Mereka berdua memasang wajah yang mereka buat sebahagia mungkin untuk menyambut ribuan tamu undangan yang hadir.
"Huftt," desis Amira yang masih terdengar oleh Pasha.
"Bersabarlah, acara sudah hampir selesai. Jangan manja!" ucap Pasha datar yang dibalas tatapan tajam dari Amira.
Usai acara seluruh keluarga termasuk Kiana dan juga Pasha kembali ke kediaman Hutama dan bermalam di sana. Meninggalkan Amira dan Pasha di kamar hotel berdua. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu kamar hotel yang membuat Pasha bangkit dari duduknya.
“Iya tuan ada apa?” tanya Hans.
“Antar dia ke rumah, antarkan dia ke kamar utama sebelah kamar pribadiku,” perintah Pasha kepada Hans lantas berlalu pergi.
“Nona mari saya antar pulang, saya diutus tuan muda untuk mengantar nona pulang," ujar Hans lembut.
“Pulang?” tanya Amira tak mengerti.
Tak ingin menyakiti hati istri tuannya Hans pun terpaksa berbohong.
"Benar nona, tuan muda meminta saya mengantar nona pulang ke rumah karena tuan muda mendadak ada urusan dan tak ingin nona kesepian di kamar hotel sendirian," bohong Hans.
Amira mengangguk anggukkan kepalanya. Ia pun membuntuti kemana langkah kaki Hans. Amira masuk ke dalam mobil menyandarkan punggungnya disandaran jok mobil sembari merilekskan tubuhnya.
‘Hari pertama menjadi istri saja aku sudah ditinggal,' batin Amira miris.
Amira melirik seseorang yang sedang menyopir di depannya. Ia memperhatikan wajahnya baik baik lalu tersenyum.
“Ah iya siapa nama kakak?” tanya Amira tiba tiba.
“Saya Hans nona, sekertaris tuan muda,” jawab Hans singkat.
“Ahh senang berkenalan denganmu kak Hans,” ucap Amira tersenyum lembut.
Sesampainya di rumah Hans memperkenalkan Amira kepada Nunik dan pak Man, asisten rumah tangga serta sopir di rumah Amira.
"Mari masuk nona,” ajak Hans.
Amira membutut di belakang sembari mengagumi kemewahan rumah Pasha.
‘Bagus dan mewah ya,' batin Amira.
“Selamat datang non Amira,” sapa Nunik ramah.
“Ahh iya mbak terimakasih,” jawab Amira lembut.
“Nah ini namanya Nunik nona, dia adalah asisten rumah tangga tuan Pasha dan yang ini namanya Pak Man sopir yang akan mengantar kemana pun nona bepergian,” jelas Hans.
“Perkenalkan saya Amira,” ucap Amira lembut.
“Nunik pak Man tolong layani istri tuan muda dengan baik,” ucap Hans memberi intrupsi.
“Baik pak Hans," jawab keduanya serempak.
Hans lantas menunjukkan di mana letak kamar Amira.
“Mari nona saya tunjukkan di mana kamar nona,” ucap Hans sembari berjalan menuju tangga.
Hans berhenti di depan sebuah pintu, perlahan ia membuka pintu dan menyuruh Nunik membantu Amira membereskan pakaiannya.
“Nah ini kamar anda nona, sebentar lagi Nunik akan kemari membantu nona merapikan pakaian dan barang barang milik nona," ucap Hans menunjuk sebuah pintu.
“Terimakasih kak Hans.”
“Baiklah saya permisi dulu nona saya harus kembali kerja," pamit Hans.
"Jika nona butuh bantuan minta saja nomor saya kepada pak Man atau Nunik,” lanjutnya sebelum melangkah pergi.
Amira masuk ke dalam kamar lalu ponselnya berdering menampilkan nama mertuanya. Amira langsung menggeser tombol hijau dan menyapa sang mertua.
“Halo ma," sapa Amira santun.
“Hai sayang kata Pasha kamu sendirian di rumah ya karena Pasha ada kerjaan mendadak?” tanya Mei dari seberang sana.
“Iya ma… gak papa kok ada mbak Nunik dan Pak Man di rumah jadi Amira tidak sendiri," ucap Amira kepada sang ibu mertua.
“Baiklah kalau begitu kamu cepat istirahat ya. Bye sayang,” pamit Mei sebelum menutup teleponnya.
Amira membersihkan dirinya lalu turun menyiapkan makan malam untuk sang suami. Amira menunggu Pasha hingga Amira tertidur di sofa.
Bersambung…. Kira-kira Pasha kemana ya? Pulang atau tidak?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro