7. Selamat Bergabung
1357 M, Majapahit | 1402 Words
Aura bersiap ke tengah lapangan ketika semua pasukan menghentikan latihannya dan berkumpul ke tepi. Siap menyaksikan duel antara dia dan Jambon.
Seperti yang tadi disebutkan, duel ini hanya mengandalkan tangan kosong, tidak menggunakan senjata dan mereka bebas menggunakan jurus atau teknik apa saja. Pemenangnya ialah siapa yang berhasil membuat lawan jatuh ke tanah.
Aura menarik napas dalam, setelahnya dia bergerak ke arah pinggir lapangan, menghampiri satu orang prajurit. "Anu, boleh saya pinjam pisaunya sebentar?" tanya Aura pada salah satu prajurit yang langsung melirik keris yang terselip di pinggangnya. Dia ragu, namun akhirnya tetap memberikannya pada Aura. Aura segera menerimanya, membukanya dari sarung kemudian memberikan sarungnya pada prajurit itu lagi.
Dengan cepat, Aura membungkuk, mengiris bagian bawah depan dan belakang jariknya, lalu mengembalikan keris itu pada si prajurit. Tanpa buang waktu, Aura segera kembali membungkuk, menarik sobekan jariknya sampai sebatas paha atas, begitu pula dengan bagian belakangnya. Sekarang jarik aura sudah terbelah dua, membuat sport legging-nya terlihat jelas dan dia bisa bergerak lebih leluasa.
Nertaja menjerit di seberang sana ketika Aura merobek jariknya dan beberapa prajurit memalingkan wajah. Tapi peduli amat, yang terpenting Aura tidak bertelanjang, kan? Lagian, mana bisa, kan, dia bertarung menggunakan jarik sempit itu? Karena tidak memungkinkan untuk membuka lilitan jariknya, Aura memutuskan untuk merobeknya saja.
Sanggul yang tadi dibuatkan oleh Sumi tiba-tiba lepas ketika Aura berjalan cepat, membuat rambutnya terurai. Agar tidak menghalangi pertarungan, Aura melepas ikat rambut yang kebetulan dipakainya jadi gelang, mencepol rambutnya asal-asalan. Lalu Aura berjalan santai ke tengah lapangan. Jambon sudah berdiri di sana sambil mengerutkan dahi menatapnya. Gadis aneh, pikirnya.
Sekarang mereka saling berhadapan. Seperti tadi, Jambon masih saja memberi tatapan meragukan kemampuan Aura. Namun, Aura tidak ambil peduli.
Aura berdiri tegap, setelahnya membungkuk sambil berteriak, "OSH!" Ini merupakan salam pembuka yang dilakukan karateka sebelum memulai pertarungannya.
Kemudian dia memasang kuda-kuda berdiri dengan kaki terbuka atau dalam karate disebut Hachiji-Dachi. Hachiji-Dachi adalah posisi siap dengan kaki terbuka dan tangan membentuk sudut sembilan puluh derajat di samping tubuh serta jari terkepal.
Karate merupakan seni bela diri yang berasal dari Jepang dan sedikit dipengaruhi oleh seni bela diri China Kenpo yang mana hanya menggunakan tangan kosong tanpa bantuan senjata. Seni bela diri ini pertama kali masuk ke Jepang lewat Okinawa yang saat itu disebut Tote, artinya Tangan China.
Bagi Aura sendiri, karate adalah pondasinya. Dasar dari segala seni bela diri yang dia kuasai karena berkat seni bela diri satu ini, Aura mulai mengenal apa itu cara melindungi dan mempertahankan diri. Cara menyibukkan diri tanpa harus memikirkan tatapan orang padanya. Caranya mengalihkan dunia.
Jambon di depan sana tampak juga memasang kuda-kuda. Pria itu membuka kakinya lebar-lebar, lalu merendahkan tubuh, menarik bahu kanannya ke belakang dengan perlahan sementara tangan kirinya vertikal di depan. Setelahnya, pria itu maju duluan menyerang Aura, melayangkan tonjokan kanan yang dengan gesit dihindari Aura.
Aura mengelak ke kanan ketika tangan kiri Jambon bergerak cepat mengincar kepalanya. Sambil merunduk, Aura melayangkan satu oi-zuki-chudan, membuat Jambon tersaruk ke belakang. Tidak membuang waktu, ketika pria itu lengah Aura bergerak cepat, melakukan yoko geri atau tendangan samping, melibas bagian bahu Jambon.
——————
[Oi-Zuki-Chudan : pukulan mengarah ke ulu hati]
——————
Jambon terhuyung dan nyaris terjatuh ketika tendangan kuat itu menyapa tubuhnya, untunglah ia pandai menyeimbangkan diri sehingga tidak jadi jatuh dan segera berdiri lagi. Kali ini lebih serius. Seharusnya dia tidak menganggap enteng gadis di hadapannya ini. Melihat selincah apa cara bertarungnya dan setangkas apa serangannya, dia bukan lawan yang mudah. Lagi, teknik yang digunakan gadis itu adalah teknik yang belum pernah Jambon lihat. Mengandalkan kelincahan gerakan kaki.
Kali ini Aura yang menyerang duluan. Gadis itu memutar tumit kirinya, lalu melayangkan satu tendangan atas dengan cepat, lalu bergantian dengan kaki kiri. Bergantian cepat. Namun, Jambon dengan lihai menghindar dan melindungi diri. Jarak mereka kembali dekat.
Keadaan berbalik. Jambon mengirim pukulan bertubi-tubi, membuat Aura sibuk menangkis dengan tangan, menyilangkannya di atas kepala, lalu menangkisnya lagi. Jambon berputar di udara, mengirimkan satu tendangan, dan Aura yang membaca gerakan itu dengan cepat berkelit ke samping, kemudian kaki kirinya ditekuk, lalu kaki kanannya bergerak cepat, berputar, melakukan sapuan, dan Jambon dengan lihai melompat.
Aura mengangkat kepalanya cepat, menyilangkan tangan di atas kepala dengan kuda-kuda zen-kutsu-dachi ketika tiba-tiba Jambon bergerak cepat, melompat ke atas melayangkan satu pukulan ke arahnya.
Aura berhasil menahannya, meskipun ketika pukulan Jambon mendarat di tangkisannya, telapak tangan kiri pria itu dengan cepat memukul bagian dadanya. Membuat Aura terdorong ke belakang kemudian mengerang kuat ketika rasa panas dan perih terasa membakar kulit bahkan terasa hingga ke bagian dalamnya. Apa tulang dadanya patah, ya?
"Sial, sial. Ini kali, ya, yang Rafi bilang ilmu kanuragan." Energinya benar-benar kuat, langsung masuk ke sendi-sendinya, dan Aura rasa, setelah ini dadanya akan sakit. Setidaknya Aura bersyukur dia masih berdiri dan tidak jatuh ke tanah. Kalau sampai itu terjadi, maka game over! Aura berakhir jadi babu Gajah Mada.
Nertaja menjerit di seberang sana sambil mengerang pilu; sepertinya menangis. Sementara beberapa prajurit terdengar merapalkan, "Demi Sang Hyang," sambil mengusap dada dan menatap tegang kepada dua orang yang masih kokoh berdiri di tengah lapangan sana.
Gajah Mada terlihat menganga sebentar dengan mata membelalak. Agaknya dia juga mulai terhanyut. Namun, setelahnya pria itu kembali tenang dan mengawasi Aura sambil tersenyum tipis.
Aura membenarkan kuda-kudanya, kemudian mengangkat dua tinjunya vertikal di depan dada; seperti seorang petinju.
Jambon menyeringai di depan sana, kemudian maju lagi ke depan, melayangkan pukulan kiri yang dengan cepat dihindari Aura ke kanan. Beberapa kali pukulan kosong itu terulang dan ketika Jambon sibuk mengirim pukulan, Aura yang mengelak dengan merendahkan tubuh ke kiri bawah mengirim satu pukulan hook ke perut Jambon yang tidak terlindungi, lalu ketika Jambon terdorong Aura segera memberi uppercut ke wajah pria itu, membuat Jambon terhuyung ke belakang dengan hidung berdarah. Tidak membuang waktu, Aura membentuk kuda-kuda Hachiji-Dachi lagi, lalu setelahnya mengayunkan tendangan lurus yang menyapu dari samping. Telak mengenai kepala Jambon. Membuat pria itu kali ini terlempar dan terjerembab jatuh ke tanah karena belum siap mendapat serangan lagi.
Aura dengan napas naik turun itu kembali ke posisi siap, kemudian kembali membungkuk sambil berteriak, "OSH!"
Aura tersenyum senang. Tidak buruk. Karate dipadukan dengan boxing ternyata cukup berguna. Aura kemudian meraba bagian keunguan di pipinya yang tadi terserempet kepalan tangan Jambon. Setelahnya melirik bagian dada kirinya yang juga keunguan dengan jejak telapak tangan di sana. Aura meringis kecil.
Nertaja bersorak senang di tepi lapangan diikuti tepukan tangan riuh dari prajurit-prajurit yang menonton duel mereka. Tidak membuang waktu, Nertaja segera berlari menghampiri Aura sambil mengusap air matanya.
"Auraaa. Syukurlah kau tidak apa-apa. Kukira kau akan mati ketika Jambon memukulmu tadi, tahu." Nertaja memeluk Aura erat, yang tentu saja dibalas oleh Aura sambil terkekeh kecil.
"Tenanglah, Tuan Putri. Saya baik-baik saja. Bukannya sudah saya bilang saya akan menang."
Nertaja mengangguk lalu melepaskan Aura, mengusap air matanya yang kembali mengalir. "Kau hebat Aura. Kukira———kukira aku akan kehilangan teman satu-satunya. Ternyata aku salah, aku juga terlalu memandang rendah dan meragukan kemampuanmu," aku Nertaja lalu mengusap air matanya.
Aura hanya tersenyum, setelahnya tatapannya beralih pada Gajah Mada dan beberapa prajurit lain yang ikut mendekat.
Gajah Mada mengangguk-angguk kecil, "Sesuai kesepakatan kita tadi, Diajeng boleh bergabung dengan Bhayangkara. Selamat bergabung, Dyah Aura," ujarnya sambil tersenyum. Sama sekali tidak masalah dengan kekalahannya.
Aura tersenyum lebar, kemudian dia dan Nertaja berpelukan sambil melompat-lompat kecil.
"Selamat, Aura," ujar Nertaja tulus yang dibalas Aura dengan anggukan.
Tak lama, Jambon menghampiri mereka bertiga sambil memegangi perut. Pria itu meletakkan tangan kanannya yang terkepal ke dada kiri kemudian bersimpuh di tanah. "Saya mengaku kalah. Maafkan saya yang sudah meremehkan Ndoro Aura sebelumnya," ujarnya dengan suara lantang.
"Ya———ya. Tapi tidak perlu begini." Aura salah tingkah melihat Jambon yang bersimpuh dengan sebelah lutut ditegakkan di tanah itu. Ini terlalu berlebihan buatnya.
"Saya tidak menyangka jika Ndoro punya kemampuan bela diri yang luar biasa. Jika itu bawahan saya, pasti sekarang sudah pingsan tak sadarkan diri."
Aura tersenyum kikuk, kemudian menggaruk samping kepalanya. "Tidak sehebat itu sebenarnya," ujarnya salah tingkah.
Gajah Mada dan Nertaja tertawa melihat Aura. Lalu, Gajah Mada pergi entah ke mana, ketika kembali, pria itu membawa jubah kain hitam, lalu memberikannya pada Aura. "Untuk menutupi tubuh, Diajeng," katanya, membuat wajah Aura memanas kemudian bersemu. [ ]
Thanks for reading.
Secuil jejak Anda means a lot \(*°-°*)/
Jadi, dalam karate itu kuda-kudanya atau Dachi itu punya banyak macam. Nah, untuk cerita ini saya hanya ambil dua
1. Hachiji-Dachi : berdiri dengan kaki terbuka
2. Zen-Kutsu-Dachi : berdiri tunggang kuda
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro