14. Indahnya Nestapa
1357 M, Majapahit | 1208 Word
Bagaimana menurut kalian defenisi hari yang indah? Apa maksudnya adalah langit biru, awan-awan putih yang berimpitan, matahari bersinar hangat, angin berhembus sepoi, bunga-bunga bermekaran, dan kupu-kupu beterbangan? Atau ... kalian punya defenisi yang lain?
Bagi Aura, defenisi bahagianya hari ini adalah dapat bangun dengan tubuh bugar, menghirup udara segar, dan terutama kenyataan yang terjadi dua hari lalu membuatnya terus penuh binar semangat. Kehadiran Hayam Wuruk tentu saja membawa perubahan besar pada Aura. Sedikit-banyaknya, Hayam Wuruk membuat beberapa ruang sepi di dunianya yang ini terisi. Membuat hidupnya berwarna. Membuat banyak taman bunga di hati Aura. Meskipun kadang mereka hanya berbicara lewat lirikan mata, atau berpapasan di keraton dan saling sapa dengan anggukan kepala, rasanya sudah sangat luar biasa. Tiba-tiba semangatnya terisi dan Aura jadi lebih semangat lagi untuk melewati hari-harinya. Sesederhana itu kekuatan cinta.
Hahaha.
Apa ini, ya, yang terjadi pada Airis? Teman sekelasnya yang bucin setengah gila pada seorang cowok anak kelas tetangga yang bernama Laska. Awalnya, Aura mencibir orang-orang yang mabuk kasmaran. Menganggapnya alay. Lebay. Dan banyak lagi. Lalu, karma datang secepat ini padanya. Bahkan hanya karena terbayang wajahnya saja, Aura bisa tersenyum-senyum sendirian.
Aura masih sibuk tersipu-sipu sendiri sambil berjalan menuju tempat latihannya ketika Nertaja datang mengejutkan. "Aura! Selamat pagiiii," sapanya.
Aura sedikit terperanjat, kemudian berusaha menormalkan rona wajah ketika bertatapan dengan Nertaja dan memasang seulas senyum. "Pagi, Tuan Putri," balasnya agar tidak terlihat aneh.
"Kau mau latihan sekarang? Mau temani aku ke pasar? Aku ingin membeli beberapa hadiah untuk Kanda."
Aura mengerutkan kening keheranan. "Hadiah? Apa Paduka akan berulang tahun?"
Nertaja mengibas-ngibaskan tangan. "Tidak-tidak. Kanda tidak sedang berulang tahun. Hanya ... yah, apa kau sudah dengar kabar bahagianya? Kanda Hayam Wuruk akan segera menikah!" sorak Nertaja girang sambil melompat. Ucapannya meluncur begitu saja seperti petir di siang bolong dan sukses membuat Aura mematung di tempat. Apa maksudnya? Siapa yang akan menikah?
"Ba-bagaimana?" Aura meminta pengulangan, berharap jika yang barusan didengarnya hanyalah sebuah kesalahan. Ya, kesalahan. Nertaja ... pasti salah ucap tadi. Benar, kan? Hahaha. Lelucon yang sangat lucu, Nertaja.
Hayam Wuruk? Menikah? Itu tidak mungkin. Hayam Wuruk saja belum melamarnya secara resmi, kan?
"Kau sendiri kan tahu bahwa usia Kanda sudah tidak muda lagi. Bahkan seharusnya di usia yang sekarang dia sudah memiliki dua atau tiga pewaris. Namun, yah, kau tahu sendirilah seperti apa Kanda Hayam Wuruk itu. Namun, sekeras-kerasnya Kanda, dia tidak bisa terus-menerus menolak pernikahan. Ditambah lagi Ibunda dan Bibi Sri Rajadewi juga terus menunjukkan keprihatinan kepada Kanda dan terus mendesak Kanda untuk segera mencari istri. Akhirnya, Kanda memutuskan untuk mengirim utusan ke seluruh penjuru Nusantara. Mereka melukis putri-putri kerajaan yang nantinya akan dipilih Kanda. Sepuluh hari lalu, mereka kembali membawa lukisan. Dan kau tahu apa?" Nertaja memasang wajah antusias sembari menggantung ucapannya, membuat Aura menunggu dengan tidak sabaran. "Akhirnya Kanda memilih seorang putri! Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Pajajaran. Dan menurut Madhu, mantri yang diutus Kanda ke Pajajaran untuk mempersunting Putri Pitaloka, Prabu Linggabuana setuju. Dia beserta rombongannya akan segera bertolak ke Majapahit agar pernikahan segera dilaksanakan. Pernikahan akan diadakan di Majapahit, Aura! Ya ampun senangnya aku. Demi Sang Hyang ini merupakan sebuah berkah terbesar untuk Majapahit." Nertaja lagi-lagi bersorak kegirangan sambil menautkan tangan di depan dada, menatap penuh binar pada Aura yang tiba-tiba kehilangan keseimbangan.
Tiba-tiba saja ada pedang gaib yang menusuk hatinya, merobeknya, dan menghancurkannya jadi serpihan kecil. Seolah-olah ada jutaan sembilu yang menghujam ke arah jantungnya. Perih. Pedih. Dan Aura kehilangan kosa-kata beserta tenaga. Dunianya runtuh dan Aura merasa seperti sedang terbenam di dalam lautan dalam. Sesak dan tidak bisa bernapas.
"Aura? Hey, kau kenapa?" Nertaja menatap Aura cemas ketika gadis itu diam saja tidak bergeming dan menatap kosong ke depan, seperti orang linglung. "Apa kau seterkejut itu saking bahagianya mendengar berita ini? Ya ampun, Aura! Aku mengerti perasaanmu. Aku juga begitu tadi waktu mendengar kabar dari Ibunda yang baru datang!" Nertaja mendengkus, kemudian memutar matanya.
"Aura?" Aura tak kunjung menjawab, jadi Nertaja memutuskan untuk menyentuh bahu gadis itu. "Kau ... baik-baik saja?"
Aura tersadar segera, kemudian mengangguk cepat ketika mendapati Nertaja yang menatapnya keheranan. "Saya ... baik-baik saja, Tuan Putri," bohongnya. Lagian ... tidak mungkin juga, kan, Aura mengaku hancur lebur mendengar berita ini? Berita yang bahkan ternyata suda dinanti-nantikan oleh seluruh Majapahit. Setidaknya, meski dadanya remuk, Aura harus terlihat senang di sini, kan?
Namun, ternyata tidak bisa demikian. Seluruh tubuhnya menolak untuk jadi baik-baik saja. Bahkan, matanya mulai memanas dan napasnya mulai memberat saat ini. "Tuan Putri, maaf. Saya ... harus pergi. Maaf saya tidak bisa menemani Tuan Putri karena kepala saya tiba-tiba pusing." Aura melepaskan tangan Nertaja dari bahunya dengan lemah, membuat Nertaja tiba-tiba menatapnya gusar.
"Kau sakit, Aura?"
Aura hanya mengangguk kecil setelah mengucapkan maaf lagi. Lalu berbalik tanpa menunggu respon Nertaja selanjutnya. Terserahlah jika dia kali ini dianggap tidak bertata krama karena meninggalkan Nertaja begitu saja. Atau mungkin setelah ini Nertaja akan tersinggung dan marah padanya. Aura tidak punya waktu untuk memikirkan itu semua. Yang jelas, tiba-tiba semua dunianya berubah jadi berat dan menyesakkan. Seolah-olah dia baru saja kehilangan semua kesadarannya.
Dan Aura hanyalah gadis tujuh belas tahun biasa. Gadis biasa yang hatinya mudah terluka. Mudah hancur. Mudah lebur. Aura ... hancur berkeping-keping. Hangus terpanggang berita barusan dan yang tersisa hanya perasaan sesak dan perih di saat bersamaan.
Aura tidak mampu menahan air matanya lebih lama lagi dan ketika mencapai biliknya, Aura segera menutup pintu dan duduk merosot di baliknya.
Air mata langsung saja mengalir deras bersamaan udara yang tiba-tiba susah dihirup. Aura menangis sedu-sedan di sana. Sendirian sambil meremas dan memukul-mukul dadanya yang terus berdenyut ngilu.
"Begok! Bodoh!" Aura mengumpati dirinya sendiri. "Lo begok, Aura!"
Jika seandainya Aura tidak terjebak kata-kata manis Hayam Wuruk. Jika seandainya Aura tidak terperangkap pada pesona Hayam Wuruk. Dan Jika seandainya Aura tidak jatuh cinta pada pria itu, mungkin tidak akan sesakit ini rasanya.
Sakit saat dia gagal mengikuti seleksi timnas rasanya tidak sebanding dengan sakit saat harus mendengar seseorang yang kita cintai akan segera menjadi milik orang lain. Aura merasa tertipu, namun dia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Hayam Wuruk.
Jika saja dari awal Aura tidak lupa diri bahwa Hayam Wuruk adalah maharaja, mungkin tidak akan sesakit ini rasanya. Dan Aura yang bodoh malah menganggap Hayam Wuruk hanyalah miliknya seorang. Laki-lakinya yang hanya untuknya, yang akan selalu mencintainya. Melupakan fakta jika Hayam Wuruk adalah seorang raja. Raja yang diagung-agungkan seluruh rakyatnya, Raja yang dimiliki oleh seluruh negeri, dan Raja yang mengemban banyak tanggung jawab negara.
Aura lupa di mana tempatnya dan di mana tempat Hayam Wuruk berada. Aura yang naif melupakan banyak fakta-fakta di antara mereka dan menganggap semuanya tidak ada apa-apa dibandingkan dengan cinta.
Hahaha. Cinta.
Aura meringkuk di belakang pintunya. Dan setelah memikirkan hal-hal barusan, tiba-tiba semuanya terasa tidak benar. Dia dan Hayam Wuruk itu tidak benar. Dia dan Hayam Wuruk saling jatuh cinta itu juga tidak benar. Dia dan Hayam Wuruk akan bersama sampai Sang Hyang memisahkan, itu juga semakin tidak benar.
"Hahaha. Stupid Aura!" Aura tertawa sementara air matanya terus mengalir. Meratapi hidupnya yang lagi-lagi berakhir nestapa.
Sepertinya ... entah di dunia sebelumnya atau di dunia yang ini tidak akan ada akhir bahagia. Hahaha. [ ]
Thanks for reading.
Secuil jejak Anda means a lot \(*°-°*)/
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro