CHAPTER 17. TO BE WITH YOU
Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Cleona dan Ayna benar. Luna Lily dan Celia bisa membuat keajaiban. Aku disulap oleh mereka menjadi wanita cantik yang tak kukenal. Mulutku pun terus menganga menatap diri di cermin.
Sesosok wanita cantik berambut ikal cokelat sedikit kemerahan tergerai hingga pinggang, dihiasi sebuah mahkota bunga mawar merah di atas kepala. Tubuhku ramping tinggi dibalut gaun panjang putih dengan hiasan bunga yang sama, mendominasi di bagian bawah dan dada.
Ini benar-benar aku? Aku memandangi tanpa kedip diriku di cermin.
"Kau cantik sekali, Alka. Rambutmu sengaja kami biarkan tergerai karena terlihat lebih indah daripada disanggul," ujar Luna Lily. Ia terlihat menawan dengan gaun lilit berwarna putih.
Aku tersenyum simpul sambil terus mengamati gaun di tubuhku. "Aku suka sekali gaunnya. Ini pakaian terindah yang pernah kupakai."
"Itu milikmu, Alka. Kau bisa menyimpannya setelah upacara peresmian," ucap Luna Celia. Ia pun tampak cantik dengan gaun asimetris berwarna senada dengan Luna Lily. Apakah tema acara memang dibuat serba putih?
Aku terperangah. "Benarkah? Aku boleh menyimpannya?"
"Tentu! Kau seorang luna sekarang. Jangan ragu untuk membeli apa pun yang kau butuh dan inginkan. Kau bisa katakan pada Arlo atau kami. Aku siap menemanimu berbelanja kapan pun," jawab Luna Lily sambil tertawa.
"Hei, masalah belanja, aku pun siap kapan saja!" celetuk Ayna riang. Wanita itu juga terlihat seksi dan memesona dengan gaun ketat putih.
Kami sontak tergelak bersama. Aku tak pernah merasakan tertawa akan sebegitu menyenangkan seperti sekarang. Ada perasaan bebas, ringan, tanpa beban atau rasa takut.
Tiba-tiba aku teringat Elvio. Bagaimana ia menjalani hidupnya kini bersama orang-orang yang pernah menyakiti kami. Apakah dia akan menjadi alpha yang baik atau justru bertindak kejam untuk membalas dendam pada mereka?
"Dia mendapat didikan paling baik dari alpha-alpha terbaik. Kau meragukan para lucis?"
Bayangan Ravantino dari balik pintu mendadak muncul di cermin. Aku menoleh cepat. Ia tampak semakin tampan dengan busana serba putih.
"Kenapa kau ke sini?" tanyaku heran sekaligus senang melihat sahabat terdekatku itu.
"Kau cantik sekali," pujinya mengabaikan pertanyaanku.
Aku tersenyum. "Terima kasih."
"Ravantino akan menjadi pengganti Elvio, mengantar dan menyerahkanmu pada Arlo di upacara nanti," ucap Cleona. Ia mengenakan gaun putih yang simpel, tetapi tetap membuatnya tampak anggun.
"Adikmu meneleponku dan bilang tak bisa datang. Ia masih sangat sibuk sepertinya. Jadi, dia meminta aku untuk mewakilkannya," ucap Ravantino.
Mataku berkaca-kaca. Betapa aku ingin adikku ada di sini saat ini. Aku sangat merindukannya. Namun, aku mengerti Elvio memiliki tanggung jawab sekarang terhadap pack. Itu pasti tak mudah bagi dia.
"Jangan cemas, ia baik-baik saja," ujar Ravantino lagi.
Berhentilah membaca pikiranku.
Ravantino memutar bola mata. Ia melangkah masuk seraya memasang senyuman khas di bibirnya.
Seakan kau tidak pernah usil membaca pikiranku saja.
Lelaki itu berhenti sejenak. Matanya menatapku cukup lama beberapa saat.
Kau tahu, jika aku tak bertemu Keana, mungkin aku benar-benar akan jatuh cinta padamu.
Aku terbatuk. Mataku membulat.
Jangan bercanda. Kau setuju bahwa kita bersahabat sekarang.
Ravantino menggeleng samar. Senyumannya belum hilang.
Kau dan aku bukan sahabat. Kita saudara.
Aku pun mengangguk samar. Mataku terus menatapnya. Bibir kami saling mengukir senyuman kali ini.
"Sudah siap, Luna Alka?" godanya sambil mendekat kembali dan menyodorkan lengannya untuk kupegang.
Aku menoleh ke arah empat wanita yang kompak bersanggul kepang dengan hiasan bunga mawar merah. Mereka memandangiku penuh senyum kepuasan sebelum memberi anggukan. Jemariku segera meraih lengan Ravantino.
"Aku siap, Alpha Ravantino. Lekas antarkan aku menemui suamiku."
Tawa lelaki itu pun berderai.
***
Tebakanku benar. Seluruh tamu yang hadir berbusana serba putih. Para wanita pun kompak mengenakan sanggul kepang dengan bunga mawar merah. Mereka semua terlihat menakjubkan.
Apakah pemandangan di sana sangat menakjubkan hingga kau lupa mengatupkan mulutmu, Alka?
Aku spontan mencubitnya pelan. Bahu Ravantino sedikit berguncang menahan tawa.
Kau seharusnya fokus menatap suamimu. Lihatlah ke depan.
Aku tersadar dan buru-buru mengikuti ucapannya. Bisa kubayangkan bagaimana ekspresiku sekarang.
Jaga ekspresimu. Kau tak mau orang-orang mengira kau akan menerjang Arlo dan memaksanya mating di hadapan semua orang, bukan?
Sialan kau, Rava. Aku akan membalasmu kelak saat upacara peresmianmu dengan Keana. Itu pun jika ia bersedia.
Aku tersenyum, tetapi menambahkan dengan tawa penuh kemenangan dalam hati. Ravantino terlihat mengulum senyum berusaha menutupi gerutu.
Wanita selalu menang, Rava.
Kau salah, Alka. Lelaki justru menang saat ia berhasil membuat wanita tersenyum dan tertawa.
Aku mendengkus. Tak ada yang bisa menang berdebat dengan lelaki sepertinya.
Mataku kembali fokus pada Arlo. Ia sangat amat tampan. Setelan busana putih dengan kemeja hitam, dipadu dengan dasi dan sapu tangan merah menghiasi tubuhnya yang tinggi dan kekar. Untuk pertama kali pula aku melihat dia memakai jam tangan.
Tiba-tiba aku merasa Ravantino membawaku berjalan begitu pelan. Ia benar, aku seperti ingin menerjang suamiku saat ini.
Arlo tersenyum simpul menunggu, hingga kami tiba di hadapannya. Ravantino menyerahkan aku ke tangan alpha-ku.
"Jaga saudariku baik-baik. Ia milikmu kini. Jika kau menyakitinya, aku akan datang dan membunuhmu bagaimanapun caranya. Itu kata Elvio," ujar Ravantino sambil mengedipkan mata pada Arlo.
Aku dan Arlo sama-sama tersenyum lebar, memperlihatkan gigi. Ravantino segera turun dari panggung dan bergabung dengan para lucis, luna, tetua, serta tamu lainnya.
Luna Celia tampak berada bersama Emma di belakang Arlo. Alpha Rafael berdiri di depan kami.
Jantungku berdebar sangat kencang saat Arlo menggenggam erat jemari. Hati sesak penuh kebahagiaan kini. Senyuman pun tak lepas dari bibir kami.
Upacara berlangsung hening dan khidmat. Mungkin itu karena pengaruh alpha sekaligus pemimpin tetua yang memimpin acara peresmian. Alpha Rafael memang sedikit berbeda dari putranya. Ia memiliki pembawaan tenang dan penuh wibawa.
Namun, aku tak terlalu fokus pada apa yang ia ucapkan. Aku malah sibuk berdialog dengan Arlo melalui pikiran.
Ravantino bilang aku menatapmu seakan hendak menerjang dan memaksamu mating di tempat ini.
Arlo memiliki pengendalian yang cukup bagus. Ia memasang ekspresi tetap tenang, tetapi aku bisa mendengar tawa dari dalam dirinya.
Benarkah? Aku rasa ia benar. Kau menatapku dengan pandangan semacam itu.
Uuh, kau malah ikut menggoda. Salah siapa suamiku begitu tampan dan memesona.
Ia tertawa lagi. Matanya melirikku.
Kau pikir aku tak memikirkan hal yang sama? Aku hampir berlari dan merebut tanganmu dari Ravantino sejak kau mulai berjalan begitu pelan bersamanya. Dia pasti sengaja melakukan itu untuk menggodaku.
Giliranku yang tertawa kini dalam hati. Aku mulai berkonsentrasi lagi mendengarkan ucapan Alpha Rafael saat Arlo selesai mengucapkan jawaban.
"Alka, apakah kau bersedia menerima Alpha Arlo sebagai alpha-mu seumur hidup?"
"Aku bersedia," jawabku tanpa ragu.
"Dengan ini, aku nyatakan kalian resmi sebagai alpha dan luna dari Lotus Pack," ucap Alpha Rafael.
Sorak-sorai pun terdengar bergemuruh saat Arlo memasangkan cincin mawar merah dengan hiasan berbentuk daun ke jariku. Aku merasa sedikit cemas menatap cincin itu meski aku menyukainya.
Apa tak akan jadi masalah saat aku berubah wujud bila memakai cincin?
Ini hanya sebuah simbol. Kau tak harus memakainya setiap waktu. Tanpa cincin, para manusia serigala akan tetap mengenalimu sebagai istriku.
Aku tersenyum kini. Arlo menggamitku, mengajak berbalik menghadap ke seluruh tamu. Aldevaro melolong, diikuti oleh para lucis, tetua, dan tamu-tamu.
Arlo menggenggam jemariku erat menatap semua yang hadir dengan senyum penuh kebanggaan. Aku hampir ingin menangis rasanya karena kebahagiaan yang begitu besar.
Andai saja mama, Luis, dan Elvio ada di sini. Kebahagiaan akan lebih lengkap. Namun, aku tahu mereka bisa melihat kami saat ini. Adikku pun pasti mengucapkan doa dan harapan dari jauh.
Mama, Luis, Elvio ... lihatlah ... aku bahagia sekarang. Aku kini bisa berubah wujud menjadi serigala. Aku akan berusaha menjadi luna terbaik untuk Arlo dan pack-nya.
Tak ada lagi yang akan mencaci dan meludahiku. Tak ada lagi yang akan menyiksa dan menyakiti aku. Masa lalu yang buruk akan terkubur seiring waktu. Semua yang pernah terjadi tak akan kusesali dan akan selalu kuingat semua itu.
Aku adalah hibrida yang kini bisa membanggakan kekuatan serigala. Tak lagi perasaan diri tak berguna. Tiada kesedihan karena merasa sendirian lagi. Ada banyak orang yang sayang padaku kini.
Fokus pada masa depanku sekarang. Aku akan membantu Arlo dan saudara-saudaranya melawan oscuro hingga menang.
***
Fiyuh ... udah mau mendekati akhir nih. Dua part terakhir akan saya posting hari Senin insya Allah. Tunggu ya :)
Gimana sejauh ini? Bagaimana menurut kalian tentang karakter Alka dan Arlo? Apakah cerita tentang mereka sama menariknya dengan kisah dua seri terdahulu, atau justru lebih menarik, atau malah kurang menarik? Kasi tahu donk pendapat kalian. saya ingin tahu.
Seperti biasa, vote dan komen saya nantikan. Kritik dan saran saya persilakan.
Btw, pengumuman buat pembaca setia saya. Khusus untuk kalian, boleh mempromosikan link cerita kalian di dinding saya. Beritahu saya jika kalian adalah pembaca setia dengan meninggalkan jejak-jejak komentar di karya saya. Saya akan mampir untuk membaca cerita kalian.
Terima kasih atas waktu kalian membaca cerita ini. Jangan lupa mampir juga ke karya saya yang lainnya, ya.
Sampai jumpa! <3
27/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro