Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 16. THE CLAIMING CEREMONY

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

"Kau percaya padaku, bukan? Apa pun yang akan kuputuskan untukmu adalah demi kebaikanmu dan kita semua. Kau bersedia mendengarkanku?" pintanya dengan suara bergetar.

Aku mengangguk sambil meremas kedua tangan Arlo. Hatiku terasa sakit membaca kecemasan dan rasa takut kehilangan di dalam pikirannya. "Apa pun .... Katakan ...."

"Aku akan meminta Mateo tetap menjalankan rencana semula. Aku tahu ia berpikir mungkin ini akan berisiko terhadapmu dan calon anak-anak kita, tetapi bagiku kaulah yang terpenting. Aku harus mengeklaim dirimu secepatnya. Aku memercayaimu, Alka. Kau pasti dan harus kuat. Kita bisa lewati ini bersama," ujarnya.

Aku menganggukkan kepala tanpa ragu. "Aku akan hadapi risiko untukku daripada menjadi alasan pembantaian Lotus Pack."

"Aku akan hubungi Alrico dan yang lain."

***

Mateo dan para tetua semua telah berkumpul di Lotus Pack. Aldevaro, Ravantino, Javiero, Alrico, serta Ayna dan Cleona ikut pula hadir. Beberapa anggota pack seperti beta, gamma, dan, prajurit-prajurit serigala tampak berjaga-jaga. Sisanya mengelilingi area upacara.

"Kalian benar-benar yakin akan mengambil risiko ini dan tak mau menunggu demi calon anak-anak kalian?" Lelaki berambut dan berjanggut putih panjang itu merapikan sabuk unik berbatu hitam yang sedikit bergeser di pinggang jubah birunya. Mata ungu Mateo tampak berkilau di kegelapan.

"Kami juga tak mau keselamatan anak-anak kami terancam oleh oscuro. Paling tidak, jika proses pengeklaiman Alka berhasil dan dia bisa berubah wujud, keturunan kami akan terlahir sebagai hibrida yang memiliki darah lucis. Vampir-vampir itu tak akan punya alasan lagi untuk mengambil mereka serta istriku," sahut Arlo. "Kami siap menerima risiko terburuk."

Mateo mengangguk. "Baiklah. Aku tak akan menghalangi lagi."

Ia mengulurkan sebuah wadah kaca bulat kecil dengan tutup terbuat dari kayu, dikelilingi semacam gantungan kulit buatan berwarna cokelat tua. Botol unik itu berisi cairan yang memancarkan sinar warna-warni berkilauan.

Aku meraihnya dengan kening berkerut. "Cairan apa ini?"

"Ramuan sihir xanas .... Semoga itu bisa membantu melemahkan oscuro-mu, dan racun lucis dari Arlo dapat membangkitkan serigalamu," sahut Mateo. "Minumlah, kapan pun kalian siap."

Mataku bertemu dengan tatapan Arlo. Ia mengangguk. Segera kubuka tutup botol dan menenggak isinya hingga habis.

Arlo mengajakku ke tengah area upacara. Kami berdiri saling berhadapan. Aku mengangguk saat bertemu tatapannya sekali lagi.

Kusorong bagian ceruk leherku ke arah Arlo. Ia mendekat dan mendekap, lalu menanamkan taring serigalanya tanpa ragu. Aku mengerang sambil memegangi bahu lelaki itu dengan erat.

Kurasakan ia mengulanginya beberapa kali hingga sesuatu di dalam diriku mendesak ingin keluar. Aku menggeram seiring tubuh menggeletar.

Arlo melangkah mundur perlahan. Aku menjatuhkan diri dengan kedua tangan dan kaki bertumpu pada tanah. Hawa di tubuhku membara. Suara geraman lolos dari mulut semakin keras. Keringat mengucur deras.

Raungan demi raungan setinggi langit keluar dari mulutku bersamaan dengan suara bunyi patahan dari tulang-tulang yang bertransformasi. Jangka waktunya begitu cepat, membuat aku kesulitan bernapas. Tak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana rasa nyeri yang kualami.

Aku berusaha bertahan. Tubuhku makin panas, ditambah napas terengah-engah. Kurasakan kulit seperti terbakar saat memulai proses penyesuaian bentuk.

Sekali lagi aku meraung tinggi. Otot-ototku seakan tercabik-cabik sebelum membentuk struktur tubuh baru. Aku sungguh berharap ini segera berakhir atau lebih baik mati saja. Rasanya sangat amat menyakitkan.

"Kau harus bertahan! Tinggal sedikit lagi, Alka! Demi Arlo dan anak-anak kalian kelak!" ujar Ravantino lantang. "Kau juga masih harus membantu perjuangan kami! KAU TIDAK BOLEH MATI!"

"Alka! Aku percaya padamu!" teriak Arlo.

"Alka, kau harus kuat!" seru Ayna.

Cleona tampak memeluk Alrico sambil terisak. Aku tahu, ia tak tega melihat penderitaanku. Kecemasan dan ketakutan juga bisa kubaca di pikiran setiap orang yang hadir.

Sedikit lagi, Alka! Bertahanlah! Aku terengah-engah dan terus menggeram, mencoba menguatkan diriku untuk tetap berdiri meski gemetar dengan keempat kaki.

Bulu-bulu mulai tumbuh dari kaki, tubuh, dan tangan yang sudah berubah bentuk. Suhu tubuhku terasa lebih panas. Napas pun mulai normal walau berbeda dari biasanya.

Aku menjilat-jilat kaki depan serigalaku yang berbulu cokelat kemerahan. Kudongakkan kepala, menatap Arlo yang perlahan mendekat.

"Kau berhasil, Alka ...," gumamnya dengan suara bergetar. Mata lelaki itu memandangiku takjub. "Kau berbulu cokelat kemerahan seperti warna rambutmu. Mata serigalamu sama seperti mata manusiamu. Kau serigala alpha terindah yang pernah kulihat ...."

Arlo! Kita berhasil! Aku serigala alpha wanita seperti Keana?

Ya, tetapi kau berstatus luna-ku sekarang.

Aku melompat-lompat kecil dengan keempat kaki baru mengitari suamiku. Kuendus dan jilat leher serta wajahnya. Ia tertawa kecil seraya mengusap-usap bulu di leher.

Suara lolong keluar dari mulut Aldevaro. Seluruh yang hadir, termasuk Arlo dan anggota pack turut melolong mengikutinya. Mereka bahagia! Semua kini menerima dan menyambutku! Aku pun ikut melolong bersama mereka.

Ayna dan Cleona tampak menangis haru. Kedua wanita itu kini saling berangkulan seraya menatapku.

"Selamat atas keberhasilanmu, Alka. Namun, sekarang Arlo harus memaksa dirimu kembali berubah wujud menjadi manusia. Proses transformasi kali ini mungkin akan sama seperti tadi atau malah bisa jadi tak sesakit sebelumnya ...," ujar Mateo tiba-tiba.

Aku terduduk. Mataku memandangi Arlo. Tangannya mengelus-elusku kembali.

"Aku tahu, kau takut. Tak usah buru-buru. Kita bisa memulainya saat kau siap. Ingat, semakin sering kau melakukan transformasi, tubuhmu akan terbiasa. Kau bisa berubah kapan saja kau mau tanpa harus ada paksaan dariku," ujar Arlo.

Kuputuskan berdiri kembali. Ekorku bergoyang-goyang.

Baiklah. Aku siap.

Arlo menjaga jarak lagi dariku. Ia mundur beberapa langkah. Aku merendahkan tubuh bagian depan, sebagai simbol penghormatan pada alpha-ku.

"Shift!" perintah Arlo.

Tubuhku segera bereaksi memulai proses pembentukan ke wujud manusia. Mateo benar, kali ini tak sesakit seperti sebelumnya.

Aku dalam posisi meringkuk saat berubah kembali menjadi manusia. Arlo segera menutupi tubuhku dengan jubah yang telah ia persiapkan. Dia menyatukan kami  dalam rangkulan, menghirup dalam-dalam aroma sambil menjilati bekas gigitan pengeklaiman di ceruk leher yang telah pulih.

Aku tertawa geli. Senyuman Arlo begitu lebar dengan mata berbinar menatap seraya mengelus-elus rambutku lembut.

"Kini aku tak lagi cemas bila anak-anak kita lahir. Darah lucis yang mereka miliki akan melemahkan sisi oscuro mereka," ucapnya.

Aku mengangguk setuju. Bibirku membentuk senyuman membayangkan anak-anak kami kelak.

"Selamat, Alka. Kau resmi bergabung dengan kami," ucap Aldevaro kali ini sambil tersenyum.

Arlo mengajakku berdiri. "Dengan ini aku menyatakan Alka berhak menjadi Luna Lotus Pack. Upacara peresmian akan dilangsungkan besok sore."

Gemuruh sorak-sorai pun terdengar menyambut ucapan Arlo. Bibirku tak henti-hentinya tersenyum lebar. Rasa haru memenuhi diri. Setelah semua penderitaan yang kualami, aku  memiliki keluarga baru kini.

***

Para lucis duduk menghadap Mateo dan para tetua di ruang tamu kediaman kami. Aku telah berganti pakaian yang lebih pantas kini. Sebuah gaun panjang dengan sedikit belahan diberikan oleh Cleona padaku.

"Kita belum sempat berbelanja, tetapi jangan khawatir. Luna Lily dan Luna Celia sudah menyiapkan sesuatu untuk upacara peresmian besok," bisik Ayna.

"Untuk sementara pakai saja baju itu. Untung aku ingat, kau tak membawa pakaian apa pun saat diculik," ucap Cleona pelan.

Aku tersenyum simpul. "Terima kasih."

"Shh, sekarang kita dengarkan sidang mereka," bisik Ayna lagi.

"Untuk mempercepat penyelesaian masalah, sengaja sidang diadakan di sini agar kita tak perlu menundanya lagi," ujar Alpha Rafael membuka percakapan. "Javiero, Aldevaro, siapa yang ingin membuat pengakuan lebih dulu?"

Aldevaro segera mengangkat tangan. Rafael mengangguk dan mempersilakannya berdiri dan bicara.

"Aku bersalah. Aku iri dan cemburu melihat kemesraan saudara-saudaraku bersama mate-nya. Aku mengakui sedikit lebih sensitif dari biasanya setelah mengetahui soal ayah kandung Alka berhubungan dengan kematian orang tuaku. Aku bersedia minta maaf untuk itu."

Aldevaro kembali duduk begitu melihat senyumku dan juga senyuman di wajah lucis lainnya. Javiero yang sekarang mengangkat tangan. Rafael mengangguk dan memintanya berdiri.

"Aku bersalah karena memancing emosi Aldevaro. Aku suka melihat ia marah karena masa kecil kami. Ia sering mengganggu dan menindasku dulu. Aku minta maaf sebab masih menyimpan dendam padanya. Selain itu, kebiasaanku memang kerap membuat dia kesal. Itu bukan salahku. Tak ada alasan lain."

Ia pun duduk. Ayna dan Cleona menahan tawa saat melihat Aldevaro dan Javiero beradu tatap dan saling mendelik.

Mateo berdeham, membuat mereka kembali bersikap normal. Para tetua hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan dua alpha itu.

"Sebenarnya sungguh amat ironis, mengingat orang tua kalian justru bersahabat sangat akrab, bahkan sudah seperti saudara. Namun, kalian berdua malah bersengketa," ujar Mateo dengan nada lunak.

Javiero dan Aldevaro diam dan menunduk, tak berani menentang mata Mateo. Arlo mengangkat tangan.

"Ya, Arlo. Kau pun memiliki pengakuan? Silakan," ucap Rafael.

Arlo berdiri. "Aku sempat marah karena Aldevaro dan Javiero hampir berniat menyerang Alka. Kemudian aku pun emosi pada Aldevaro setelah menahan diri saat ia mengungkit-ungkit soal kematian orang tuanya.

"Dia terus menyalahkan mate-ku saat kami dalam perjalanan menjemput Alka. Namun, aku tak bermaksud serius ingin menantangnya untuk menjadi ketua alpha. Aku minta maaf atas sikap burukku."

Ia menoleh pada Aldevaro. Si Ketua Alpha tampak salah tingkah saat menatap Arlo dan aku bergantian.

"Aku minta maaf soal itu," ucapnya, yang diangguki oleh Arlo dan aku, diiringi senyuman.

"Jadi, semua masalah beres? Apa masih ada lagi?" tanya Alpha Rafael.

"Jika masih ada yang mengganjal di pikiran kalian, sebaiknya katakan saja sekarang," ucap Alpha Mario.

Para lucis terdiam. Giliran Ravantino kini yang mengangkat tangan.

Alpha Rafael memutar bola mata. "Kau kenapa?"

"Aku minta tugas perjalanan ke Rumania dipercepat. Aku tak sabar ingin menaklukan mate-ku," ujar Ravantino.

Alpha Mario mendengkus sambil tertawa kecil. "Bukankah kau menolaknya dulu?"

"Saat itu aku tak tahu, Paman, jika Keana adalah mate-ku," sanggah Ravantino.

"Kau kira Alpha Ivan akan menerimamu dengan mudah setelah kau menghina putrinya dulu?" sahut Alpha Rafael.

"Papa, Aldevaro sudah berbicara dengannya. Ia bilang akan menerima apa pun keputusan para tetua. Ayolah, lagi pula Brasov Hunters Pack sekarang butuh bantuan kita. Mereka memiliki beberapa masalah terkait dhampir, moroi, dan strigoi."

Para tetua saling berpandangan penuh arti. Ravantino menatap mereka dengan tatapan harap-harap cemas.

"Aku rasa tak ada masalah sekarang dengan Alka dan Arlo. Mereka bisa berangkat setelah upacara peresmian," ucap Mateo.

Ravantino menatapnya dengan mata berbinar dan senyum lebar. "Mateo, kau memang yang terbaik!"

Mateo terkekeh sambil mengelus janggut putihnya. Para tetua tersenyum mendengar ucapan Ravantino.

Alpha Rafael menghela napas. "Baiklah. Kalian akan berangkat ke Brasov dalam beberapa hari lagi. Selesaikan semua masalah yang ada di pack masing-masing. Kami akan mengurus tiket dan persiapan keberangkatan kalian."

"Siap, Pemimpin Tetua!" sahut para lucis serentak.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro