Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 15. TWO CHOICES

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Penerbangan hampir empat jam membuat kami tak banyak bicara. Terlebih lagi, Arlo dan Aldevaro yang mendadak sama-sama tak sabar membawaku dan yang lainnya kembali ke Elorrio secepatnya.

Mereka berubah menjadi alpha kejam. Aldevaro dan Arlo bahkan kompak tak mengizinkan saat Ayna dan Cleona ingin berfoto-foto lebih dulu di Brasov.

Kecemasan dua alpha itu setelah mendengar ucapan Keana cukup bagus sebenarnya, mengingat mereka menjadi akur kembali seketika. Meski aku tak suka ketika Arlo terlihat begitu tegang.

"Kenapa kalian lama sekali?!" bentak Aldevaro saat dua mobil berhenti di depan kami setelah menunggu cukup lama di bandara Madrid.

Ia tak menunggu jawaban, bahkan supir tak sempat keluar, malah buru-buru menarik dan mendorongku agar lekas masuk ke dalam. "Eh, Arlo! Kau tunggu apa lagi? Cepat naik!"

Arlo segera menyusulku duduk di tengah. Aldevaro menempati posisi depan setelah melemparkan semua tas bawaan kami ke bagasi. Ravantino menduduki bagian belakang dengan wajah cemberut. Ia sepertinya kesal sebab tak mendapat izin saat ingin menyusul belakangan untuk membereskan masalahnya dengan Keana.

Sementara itu, kulihat Ayna, Cleona, beserta Javiero juga Alrico memasuki mobil di belakang kami. Aldevaro menyuruh supir segera berangkat menuju Elorrio.

Aku menyandarkan kepala ke pundak Arlo. Mataku memejam. Kurasakan tangan lelaki itu merangkul seraya menepuk-nepuk lembut kepalaku dengan ujung jemari.

"Keana bilang, prosesnya akan sangat menyakitkan. Tulangku berbeda dengan tulang manusia serigala atau hibrida lain yang bisa berubah wujud sedari kecil atau remaja. Benarkah?" gumamku tanpa membuka mata.

"Ia benar. Jika kau merasa tak sanggup, aku tak akan memaksamu," jawab Arlo. Getaran suaranya terasa di telingaku.

"Lalu apa yang akan terjadi? Bagaimana dengan kalian nanti?" tanyaku lagi, masih memejamkan mata. Enggan membukanya. Aku menikmati getaran suara Arlo.

"Rencana kami akan berantakan, oscuro kemungkinan akan menang. Itu yang kau inginkan?"

Aku membuka mata, bertemu dengan tatapan tajam Aldevaro. Kutegakkan tubuhku, menatapnya muram.

"Aku tak pernah berpikir akan membuat kalian kesulitan, apa lagi Arlo," jawabku.

"Aku mengizinkan Alka mengambil keputusannya sendiri, Aro," ujar Arlo.

Aldevaro memicingkan mata ke arahnya. Aku memegangi lengan mate-ku.

"Alka tak selemah yang kalian kira. Ia sudah memiliki keputusannya sendiri," celetuk Ravantino.

"Apa?" sambar Aldevaro.

"Dia memilih menjadi manusia serigala," jawab Ravantino. "Aku justru kagum dengan mate-ku. Keana ... dia sungguh cerdas, bukan? Mandiri, kuat, cantik, seksi ...."

Ucapannya terhenti saat Aldevaro kini ganti memicingkan mata ke arahnya. "Apa? Aku salah bicara?"

"Seingatku bukan itu yang kau katakan dulu tentangnya," ucap Aldevaro.

"Itu kesalahpahaman semata. Ia akan mengerti, jika saja kalian memberikanku waktu bersamanya lebih lama," balasnya dengan wajah kesal.

"Masalah utama kita sekarang adalah Alka. Pantas saja Mateo menyuruh kita segera membawanya ke Elorrio. Dia mungkin sudah tahu soal itu," ujar Aldevaro.

"Jadi, seperti yang kau dengar, Alka memilih sebagai manusia serigala. Kau masih meragukannya?" tanya Arlo.

Aldevaro balas menatapnya. "Seperti yang Keana bilang. Prosesnya akan menyakitkan. Ia bisa saja berubah pikiran."

"Hei, kita belum tahu apa yang akan terjadi. Mungkin Mateo punya jalan keluarnya," kata Ravantino.

"Jika hibrida ini berubah pikiran, aku akan memperhitungkan kematian orang tuaku padanya," desis Aldevaro.

"Kau harus melewatiku lebih dulu," sahut Arlo.

"Kau akan melawanku demi membela vampir?! Sialan kau, Arlo!" umpat Aldevaro.

"Dia mate-ku!"

"Tidak, jika ia memilih sebagai vampir!"

"Kau dengar sendiri Ravantino berkata Alka memilih jadi manusia serigala!"

"Itu belum pasti!"

"Hei, hei! Bisakah kita diskusikan soal itu nanti? Kita akan tahu jawabannya setelah bertemu Mateo!" lerai Ravantino.

Dua alpha itu kini terdiam. Aldevaro kembali ke posisi semula menatap jalanan di depannya. Arlo menarikku ke dalam pelukan. Ia menghirup aromaku dalam-dalam.

Aku tak boleh berubah pikiran. Bersatu atau tidaknya para lucis akan tergantung pada keputusanku. Kupejamkan mata.

Aku tak akan mengecewakanmu ....

Arlo mengecup puncak kepalaku. Tangannya mengusap-usap bahuku.

Aku percaya, Alka .... Aku percaya ....

***

Mata Arlo melebar, menatap Mateo dan para tetua di hadapannya. Aku tersandar lemas di kursi. Wajah para lucis pun terlihat tegang. Cleona dan Ayna memegangi bahuku, seakan berharap dapat memberiku kekuatan.

Mateo memberikanku dua pilihan. Pertama, menjadi vampir oscuro dengan konsekuensi berseberangan dengan Arlo serta lucis lainnya. Itu cara ternyaman buatku meski kelak mereka akan terpaksa membunuhku. Kedua, mengambil risiko antara hidup atau mati karena proses klaim yang dipaksakan. Apa yang harus kupilih jika keduanya besar kemungkinan akan membawaku pada kematian?

"Bagaimana kau yakin serigala Alka akan muncul jika ia tak pernah berubah wujud?" tanya Arlo geram. "Aku memilih tak memaksakan diri terhadap Alka! Ia harus bebas sesuai keinginannya."

"Aku akan memberinya ramuan untuk memperkuat serigalanya dan melumpuhkan vampir di dalam diri Alka .... Jika Alka bisa bertahan, ia akan berubah wujud dan klaimmu atas dirinya akan berhasil," ujar Mateo tenang.

"Bagaimana bila tidak berhasil? Alka akan mati! Kau bilang ini adalah yang pertama kali terjadi. Kau memintaku mengambil risiko kehilangan mate-ku?!"

"Arlo ... tenang dulu ...." Alrico mencoba menengahi. "Mateo pasti punya pertimbangan sendiri dan sudah memikirkannya dengan matang. Percaya dan tenanglah, semua akan baik-baik saja."

"Kita berbicara tentang mate-ku! Bukan tentang mate kalian! Bagaimana aku bisa tenang dan percaya?!" Arlo tampak murka.

"Kau tak percaya pada kekuatan mate-mu sendiri?" sela Javiero. "Biarkan Alka yang memilih."

"Aku rasa Javiero dan Alrico benar. Mateo pasti sudah memikirkannya. Kita harus yakin dan percaya. Segala sesuatu memang memiliki risiko. Biar Alka yang memutuskan pilihan," imbuh Ravantino.

"Biasakah kau tak selalu terbawa emosi, Arlo? Sejak bertemu mate-mu, emosimu sulit terkendali. Ini tak seperti dirimu yang biasanya," celetuk Aldevaro gusar.

Arlo menoleh pada lelaki itu. "Kau hanya iri pada kami yang telah menemukan mate lebih dulu! Aku akan lihat bagaimana kelak kau menghadapi mate-mu!"

"Sudah, sudah! Biarkan Alka berpikir dengan tenang. Kalian membuatnya bingung!" teriak Ayna.

"Hanya Alka yang berhak menentukan. Kita cukup diam, membiarkan ia mengambil keputusan," timpal Cleona. "Ini soal hidup dan matinya. Kita tak berhak."

Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Apakah aku siap jika harus mati? Bagaimana bila semua baik-baik saja dan aku bisa melewati prosesnya?

Mataku bertemu dengan tatapan cemas Arlo. Ia menggelengkan kepala ke arahku dengan ekspresi kacau. Aku meraih dan meremas tangannya.

"Ayo, kita lakukan. Meski aku akan menghadapi kemungkinan terburuk, aku tak akan menyesal. Aku hanya ingin bilang, aku berterima kasih pada Dewi Bulan yang telah memberiku kesempatan memiliki mate sepertimu."

Mata Arlo berkaca-kaca. Aku kemudian memandangi para luna dan lucis satu persatu.

"Suatu kebahagiaan dan kebanggaan, memiliki kalian semua sebagai keluarga baru. Tak ada penyesalan apa pun. Aku lebih baik mati karena mencoba menjadi serigala daripada hidup selamanya sebagai vampir oscuro. Ini keputusanku," ujarku tanpa ragu.

Ayna dan Cleona memelukku bersamaan. Aku mendengar isak mereka. Aku bisa membaca kesedihan para luna dan alpha, juga semua tetua.

"Sebaiknya kita lakukan di Lotus Pack. Aku akan menyiapkan segala yang diperlukan untuk mencoba menyelamatkannya jika terjadi sesuatu," ucap Emma lembut.

"Kita juga punya Arlo sebagai penyembuh, bukan? Kenapa harus khawatir?" ucap Alrico.

"Arlo tak boleh ikut campur dalam hal ini selain mengeklaim Alka. Kekuatannya tak bisa mengubah takdir Alka setelah proses klaim. Itu sepenuhnya tergantung pada Dewi Bulan dan Alka. Aku pun hanya bisa sedikit membantu dengan ramuan penguat serigala dan melemahkan vampir di dalam dirinya," ujar Mateo.

"Aku akan ambil risiko apa pun. Jadi, mari kita lakukan," ucapku tegas.

***

Aku dan Arlo tiba di Lotus Pack saat matahari mulai tenggelam. Lucis lain, Cleona, dan Ayna akan menyusul kemudian saat upacara pengeklaiman dimulai.

Aku mengerti kini kenapa kediaman Arlo disebut Lotus Pack. Banyak tanaman lotus spanyol yang tumbuh liar di hutan sekitar kediaman.

"Pack-ku memiliki dua macam kebun. Kebun botani, khusus untuk tanaman-tanaman yang memiliki nilai ekonomis, penting bagi pengetahuan untuk penelitian dan pembiakan. Kau bisa melihat banyak juniper beri dan beberapa tumbuhan obat di sana. Penghasilan kami berasal dari pengolahan herba di kebun itu.

"Untuk lotus sendiri sudah cukup tersedia banyak di sekitar hutan. Ia tumbuh liar. Kami merawat dan menjaganya. Bunga itu menjadi ciri khas tempat ini, selain ada beberapa manfaat pula yang bisa kami dapatkan.

"Kedua adalah kebun organik, khusus untuk aneka buah dan sayur. Kami mengonsumsinya, selain daging sebagai makanan utama. Sebagian akan dijual sebagai sumber penghasilan lainnya."

"Kami juga memiliki sebuah perpustakaan berisi koleksi buku-buku yang berhubungan dengan obat, resep-resep, dan pengetahuan lainnya. Sayang sekali, kau tak akan menemukan novel percintaan di sini."

Aku melongo sejenak mendengarkan penjelasan Arlo. "Dulu aku terbiasa membaca dari buku atau majalah yang dibawa mendiang ayah tiriku. Aku haus akan pengetahuan. Kapan aku bisa berkunjung ke perpustakan dan melihat kebun-kebunmu?"

Ia tersenyum sambil memberikan handuk padaku. "Kau akan melihatnya besok pagi. Sekarang, mandilah. Kita akan bersiap-siap untuk upacara. Jika kau tak berubah pikiran tentu saja."

Aku terdiam. "Bagaimana jika aku tak berhasil melewati malam ini?"

Arlo memandangiku beberapa saat dengan ekspresi gundah. "Haruskah kita batalkan saja? Aku tak keberatan hidup denganmu sebagai hibrida yang tak bisa berubah wujud menjadi serigala. Aku bersedia mencarikanmu darah hewan setiap kau menginginkannya."

Kepalaku menggeleng. "Kekuatanmu tak akan maksimal jika kau tak mengeklaimku. Aku pun akan menjadi ancaman bagimu, teman-teman, dan keluarga pack-mu saat aku lepas kendali. Seandainya kau bisa mendengar ketakutan mereka saat melihatku tadi." Aku menatapnya lebih lama.

"Aku juga akan terus menjadi target oscuro yang ingin memanfaatkan darahku sebagai sumber kesembuhan mereka. Aku tak mau mengambil risiko yang akan menyusahkan atau mencelakakanmu."

Arlo tercenung sebelum mendekat, menyentuh dan mengusap kedua pipiku lembut. "Aku hanyalah seorang egois yang tak ingin kehilanganmu. Setelah kehilangan orang tua, aku hampir tak mau mengenal siapa pun di dunia ini waktu itu. Kupilih menjauh dari semua orang karena rasa takut kehilangan. Lebih baik tak memiliki siapa pun daripada harus melepaskan lagi orang-orang tercinta yang kumiliki.

"Emma berhasil meyakinkanku bahwa aku masih memiliki harapan dan tujuan. Kaulah yang kutunggu, Alka. Kini, mengetahui kemungkinan aku akan kehilangan sekali lagi, itu sangat menyakitkan. Namun, ketegasanmu memutuskan pilihan, membuatku harus memaksa diri untuk menerima."

Mataku berkaca-kaca. Aku tak tahan untuk tidak memeluknya.

"Jika ini yang terakhir, aku ingin menikmati kebersamaan denganmu," ucapku lirih.

Kulepaskan pelukan sebelum menarik lengannya ke arah kamar mandi. Ia menatapku bingung. Aku tersenyum sambil terus mengajaknya mengikutiku.

Mandilah bersamaku ....

Arlo memaksakan sebuah senyum di bibirnya. Ia mengangguk sebelum mengikutiku memasuki kamar mandi.

Aku memiringkan kepala, mengecup dan melumat bibir Arlo setelah sama-sama masuk dan duduk di bak mandi, tanpa busana. Ia membalas dengan penuh kelembutan. Punggungku bersandar di dadanya, aman dalam rangkulan sang alpha.

Kuposisikan diri di atas dirinya. Mataku terpejam saat kami sama-sama mengerang. Aku membiarkan Arlo mengentakkan tubuhku perlahan, menikmati setiap sensasi di setiap gerakan.

Tangan Arlo sigap memegangi pinggangku dan mempercepat gerakan. Ia menggeram dan merintih. Aku pun beberapa kali mengerang. Air mataku mulai mengalir saat mendekati puncak gairah. Ia merangkulku sangat erat ketika kami sama-sama saling lirih menyebut nama.

Aku terisak, demikian pula dengan Arlo. Untuk pertama kali, aku melihat seorang alpha meneteskan air mata untukku.

Kami pun menghabiskan waktu bersama sepenuh hati, seakan-akan itu adalah kebersamaan yang terakhir kali ....

***

"Ditunda?"Arlo mengerutkan kening, menjawab seseorang di ponsel. "Kenapa?"

Keningku ikut berkerut saat membaca pikiran Arlo. Alrico berkata Mateo ingin menunda upacara pengeklaiman? Kenapa ia mendadak berubah pikiran?

Arlo menghampiriku, duduk di tepi ranjang. Aku mengelus-elus punggungnya.

"Menunggu sampai dua minggu? Kemungkinan dua bulan?! Ada apa sebenarnya?!" Arlo mulai terdengar emosi. "Kau tahu itu berarti penundaan klaim atas Alka. Oscuro ...." Ia terdiam beberapa saat, merengkuhku dengan satu tangan.

Mendadak ponsel terlepas dari tangan Arlo. Ia tampak menatap lebar sesuatu di hadapannya. Tubuhnya menegang seakan sesuatu yang dilihat sangat tidak dia harapkan.

Aku meraih ponsel yang terjatuh di dekatku. Kudengar suara panik Alrico. "Alrico, ini aku Alka. Arlo sepertinya sedang melihat sesuatu ...."

"Alka, tenangkan dia. Jangan sampai ia panik atau melakukan sesuatu di luar rencana Mateo."

"Ya, aku mengerti."

"Kabari aku jika terjadi sesuatu."

"Iya, aku akan mengabarimu."

Alrico menutup kontak. Aku menaruh ponsel kembali ke nakas.

Arlo kini menatapku dengan tatapan yang tak kumengerti. Suara helaan napas alpha itu terdengar tersengal dan begitu berat. Tubuhnya gemetar.

"Ada apa? Apa yang ... kau lihat?" tanyaku hati-hati.

"Kau akan melahirkan dua hibrida kembar .... Anak-anak kita memiliki mata yang sama denganmu ...." Suaranya mulai bergetar. "Beberapa oscuro datang mengambil kalian .... Di Lotus Pack ... aku melihat banjir darah ... dan mayat-mayat berserakan ...."

***

Huwaaaaa ada apa lagi ini? Gimana donk ini? Saya panik!

Bagaimana nasib Alka? keputusan apa yng akan diambil Arlo? Saya takut :'(

Tunggu update selanjutnya ya.

Vote dan komen saya nantikan. Kritik dan saran saya persilakan.

Sampai jumpa! <3

22/06/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro