Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 14. COMPLICATED THINGS

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

"Aku mendengar sesuatu terjadi tadi pagi saat aku pergi," ujar Ravantino saat kami makan siang bersama di restoran hotel.

Keana menyarankan kami makan di di tempat ramai untuk menghindari pertengkaran lagi. Untungnya, para lucis menurut tanpa protes.

Keana, adik, dan teman-temannya juga makan bersama di meja berbeda yang tak jauh dari kami. Ravantino kerap tertangkap basah memandangi alpha wanita itu dengan wajah idiot.

"Biasa, Aldevaro dan Javiero rindu berduel," celetuk Alrico yang seketika meringis saat mendapat cubitan di bahu dari Cleona. Ia tanpa tahu malu segera mengecup bibir wanita itu.

Aldevaro yang tengah makan tampak kesal melihatnya. Dia melemparkan sisa daging di tangan ke muka Alrico. Dahi suami Cleona itu pun terkena kotoran saus dari potongan daging panggang.

Cleona sigap membersihkan dahi Alrico sebelum lelaki itu menggerutu. Javiero hendak balas melemparkan daging ke Aldevaro, tetapi ditahan dan mendapat pelototan dari Ayna. Ia pun urung dan kembali fokus pada makanannya.

Arlo diam, mengabaikan mereka. Ia makan tanpa bersuara. Aku pun mengikutinya.

Ravantino melongo. "Ada apa dengan kalian semua?"

"Kita kembali ke Elorrio besok. Ada beberapa masalah yang harus dibereskan sebelum semuanya kacau," ujar Aldevaro seraya berdiri, mengakhiri makan siangnya.

"Hei, bagaimana denganku?! Aku masih punya urusan di sini!" protes Ravantino saat melihat Aldevaro berlalu meninggalkan restoran.

"Kau tunda dulu urusanmu. Aldevaro benar. Kita selesaikan dulu masalah-masalah yang ada. Fokus kita sekarang adalah Alka," ucap Cleona. "Ia harus segera ...."

Dia sengaja menggantung kalimatnya, tetapi kami semua cukup mengerti apa maksud wanita itu. Ravantino mendesah.

"Cleona benar. Kita selesaikan masalah Alka lebih dulu. Mateo juga meminta kita kembali secepatnya setelah mendapatkan Alka, bukan?" timpal Alrico.

"Aku ikut saja," ucap Javiero. Ayna ikut mengangguk seakan setuju ucapan suaminya.

Mereka kini memandangi Arlo. Aku menyentuh tangannya perlahan. Ia menoleh ke arahku.

"Kau siap?" tanya alpha itu.

Aku mengangguk cepat tanpa ragu. Ia pun menaruh pisau dan garpunya ke piring yang kini telah kosong, ganti meraih gelas minuman.

Kami menunggu dia selesai minum. Meja Keana, adik, dan teman-temannya juga sudah tak terlihat makanan apa pun. Semua habis tanpa sisa.

"Baiklah. Kita berangkat besok sesuai perintah," jawab Arlo.

"Sebelum itu, ayahku ingin kalian menemuinya lebih dulu. Hal ini berkaitan dengan Luna Cleona dan Luna Ayna," ujar Keana tiba-tiba.

"Ah, tentu. Aku juga harus menemui calon mertuaku, bukan?" sela Ravantino sambil memamerkan senyuman andalan.

"Oh, aku tidak tahu jika kau menganggap adikku sesuai dengan tipe yang kau inginkan. Namun, asal kau tahu, Lazaro normal. Ia pernah menyukai Lavenia setidaknya," jawab Keana dengan wajah tanpa ekspresi.

Lazaro terbatuk. Gryson spontan menarik Lavenia agar lebih merapat padanya. Wajah serius gamma itu makin terlihat kaku.

"Itu dulu, Gryson! Sebelum aku mengetahui ia adalah milikmu!"

Gryson tak peduli. Ia tak mau melepaskan Lavenia. Wajahnya masih menatap Lazaro penuh curiga. Adik Keana pun terdengar menggerutu.

Sementara itu, Ravantino terlihat masygul. "Ayolah, Keana. Aku sudah menjelaskannya padamu. Waktu itu hanya sebuah kesalahpahaman. Aku masih terlalu muda dan sedikit ... kacau. Aku benar-benar berniat menunggu ma—mu."

Ravantino melihat ke sekeliling. Ia mencondongkan tubuh ke arah Keana, lalu berkata sedikit pelan, "Kaulah jodoh yang kutunggu selama ini."

Keana mendengkus. "Sayangnya, aku tidak. Aku sudah nyaman bersama seseorang yang tepat untukku."

Asher yang tengah minum di hadapannya tersedak. Ia terbatuk-batuk sambil menatap Keana seolah tak percaya pada pendengarannya.

Keana tampak kikuk. Ia mengalihkan tatapan ke arah lain. Oh, dia melakukan kesalahan saat ini. Menjadikan Asher sebagai tameng untuk memberi pelajaran pada Ravantino bukanlah hal yang tepat. Beta yang malang.

Aku rasa Ravantino pun mengetahui itu. Wajahnya terlihat murung.

"Aku yakin kau tak akan sejahat itu terhadap lelaki yang kau maksud, Keana. Masalahmu adalah denganku. Kau tak seharusnya melibatkan orang lain," ujar Ravantino.

"Bukan urusanmu!" Keana bangkit dan meninggalkan restoran dengan cepat.

Lazaro kebingungan melihat kakaknya. "Sora! Kau mau ke mana?"

"Kabin!" balasnya tanpa menoleh.

Aku mengerutkan kening. Mataku menatap Arlo.

Sora itu apa?

Bahasa Rumania. Panggilan untuk saudara perempuan.

Aku mengangguk tanpa kata. Satu lagi yang membuatku makin suka pada Arlo. Ia serba tahu.

Lazaro saling berpandangan dengan teman-temannya. Asher mengangguk. Mereka serempak bangkit.

"Alpha, Luna, kami bisa mengantar kalian sekarang menemui Alpha Ivan," ucap Asher.

Ravantino beradu tatap dengan beta itu beberapa saat. Suasana menjadi sedikit kikuk bercampur tegang.

Alrico berdeham. "Oh, tentu! Kami akan jemput Aldevaro dulu. Ayo, Ravantino!"

Alpha pirang itu tak menyahut. Ia masih beradu tatapan dengan Asher. Beta itu terlihat mulai menunduk setelah beberapa saat.

Tak ada gunanya Ravantino menegaskan posisi sebagai alpha di depan Asher. Semua tergantung pada bagaimana ia bisa meyakinkan Keana, bukan sang beta.

Alvito batuk-batuk sejenak. "Baiklah, Alpha Alrico. Kami akan menunggu."

Aku setuju dengan keputusan Aldevaro, Arlo, dan yang lain untuk segera ke Elorrio. Suasana di sini akan semakin tegang jika kami tak segera menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Selain masalah lama Javiero dengan Aldevaro, kini bertambah persoalan baru antara si ketua alpha dan Arlo. Ditambah lagi, ada permasalahan rumit seputar Ravantino, Keana, Asher, Alisha, dan Alvito.

Masalahku? Aku rasa akan menjadi topik utama di Elorrio. Hibrida yang belum bisa diklaim dan tak mampu berubah wujud ke bentuk serigala karena terhalang kekuatan oscuro. Aku yakin ini tak akan mudah. Namun, kuharap semua akan baik-baik saja.

***

Mataku menatap bungkusan darah di tangan Ivan sebelum ia memberikannya pada sang istri. Sara pun meraih dan membawa bungkusan merah itu ke dalam lemari pendingin. Kini aku tahu apa fungsi darah luna yang sudah diklaim.

Alrico dan Javiero sibuk menjilati bekas gigitan mereka di pergelangan tangan istri mereka masing-masing. Luka pun lambat laun mulai menutup meski tak secepat pemulihan yang biasa dialami oleh manusia serigala umumnya. Hibrida sepertiku malah bisa pulih lebih cepat, apa lagi jika meminum darah manusia.

"Butuh bantuan?" ujar Arlo menawarkan diri.

"Tidak perlu membuang tenagamu untuk luka sepele. Mereka akan pulih!" jawab Aldevaro sedikit ketus.

Arlo memilih menatapku dan menghirup aroma ceruk leherku untuk menenangkan diri. Aldevaro sungguh mulai membuatku kesal. Aku pun membelai-belai rambut mate-ku sebagai cara mengalihkan perhatian.

"Tak apa, Arlo. Sekali-kali biarkan kami berguna sebagai suami mereka," celetuk Alrico mencairkan suasana.

"Al, kau cukup menjilat lukaku saja, tak perlu sampai ke seluruh wajahku," protes Cleona.

"Javi! Lukaku di pergelangan tangan, bukan di leher!" teriak Ayna.

Arlo spontan tertawa kecil. Aldevaro mendengkus seraya menjauh dari mereka. Ia duduk di depan Ivan.

"Besok kalian akan berangkat pagi. Aku sudah menyuruh salah satu anggota pack membelikan tiket untuk kalian. Lazaro atau Keana nanti yang akan mengantarkannya ke hotel," ujar Ivan.

Aldevaro mengangguk. "Terima kasih. Aku sangat menghargai bantuanmu."

"Ah, bukan persoalan besar. Kita keluarga. Masalah kalian juga adalah permasalahan kami. Jangan sungkan," ujar Ivan.

"Kita akan membahas soal para vampir dan persoalan lainnya nanti setelah membereskan masalah kami di Elorrio," ucap Aldevaro.

Ivan mengangguk-angguk. "Aku mengerti. Aku percaya pada keputusan kalian dan para tetua di sana. Kabari kami kapan saja jika ada informasi apa pun."

"Tentu, tentu," sahut Aldevaro.

Ia dan para lucis kemudian melangkah ke ruang depan bersama Ivan, dan empat lelaki serigala pemburu. Aku, Ayna, Cleona, Keana, Sara, Lavenia serta Alisha tetap berada di ruangan tengah.

"Aku kira tabiat Ketua Alpha Aldevaro hanya gosip semata. Ternyata benar adanya. Ia seorang pemarah," celetuk Alisha dengan nada sepelan mungkin.

"Shh, jangan bergosip tentang alpha, apa lagi membicarakan Ketua Alpha Aldevaro. Itu tidak sopan," bisik Sara.

"Bagaimana dengan Alpha Ravantino? Apakah kita juga tak boleh membicarakannya?" tanya Lavenia seraya tersenyum usil.

"Tak ada yang perlu dibahas tentang dia," giliran Keana yang menjawab dengan ekspresi tanpa minat.

"Bicaralah dengannya baik-baik. Masalah dulu mungkin hanya kesalahpahaman saja," ujar Sara lembut.

"Aku lebih setuju jika Keana tak membuatnya mudah untuk Ravantino, Luna Sara. Dia terkenal sebagai penakluk wanita. Jika ia benar-benar menginginkan Keana, biarkan dia yang mengejarnya," ucap Ayna enteng.

"Hei, Ravantino adalah sepupu suamiku. Aku tak setuju jika ia dipersulit," sahut Cleona bernada pelan. "Meskipun begitu, aku tak akan berdebat soal itu."

Ayna mencibir. "Kau cari aman."

Kami tergelak. Tatapan Sara kemudian fokus ke arahku.

"Kudengar, kau belum pernah bertransformasi, benarkah?" tanyanya serius.

Aku mengangguk. "Karena itu, mereka bilang aku harus bertemu Mateo agar Arlo bisa mengeklaimku secepatnya."

"Gadis malang." Tatapannya terlihat sendu ke arahku. "Kau pasti akan menderita selama proses transformasi pertamamu. Apakah kau sudah mempersiapkan diri?"

Aku tertegun. "Apakah prosesnya akan sangat sakit?"

"Bagi yang sudah terbiasa, tentu tidak. Buatmu yang baru pertama kali, tentu akan sangat menyakitkan," jawab Alisha, yang segera mendapat tatapan tajam dari Lavenia.

"Apa?" tanya Alisha bingung.

"Kau akan menakutinya jika berkata begitu," jawab Lavenia.

"Lebih baik tahu agar bisa bersiap-siap daripada tak tahu sama sekali, bukan?" sahut Keana. "Kau lebih suka kami menutupi kenyataan atau mengungkapkan kebenaran?"

"Aku memilih kebenaran," gumamku.

"Pertama, kau akan merasakan penderitaan teramat sangat saat proses perubahan bentuk tubuh serigala. Tulang-tulangmu akan patah dan bertransformasi, satu demi satu, secara perlahan. Itu biasanya akan berlangsung selama dua atau tiga jam sampai wujudmu sempurna."

Aku terdiam. Jantungku berdebar kencang.

"Kemudian hari-hari berikutnya kau akan lebih mudah bertransformasi. Semakin sering kau melakukan transformasi, akan semakin mudah dan cepat prosesnya. Namun, ini berlaku untuk manusia serigala atau hibrida yang bisa berubah wujud sedari kecil atau remaja. Aku belum pernah menemukan yang sepertimu. Kemungkinan akan jauh lebih menyakitkan, mengingat usiamu," imbuh Keana.

"Kau yakin akan memilih menjadi serigala?" tanya Alisha.

Aku mengangguk sambil menggigit bibir. Ayna dan Cleona memandangiku.

"Kau harus putuskan berdasarkan apa yang kau mau, Alka. Jangan memaksakan diri hanya demi orang lain," ujar Keana. "Meskipun, itu untuk orang yang kau cintai."

"Tapi bagaimana dengan Arlo jika Alka tak bersedia jadi serigala?" tanya Cleona.

"Tidakkah kau mendapat penglihatan tentang Alka?" Ayna bertanya balik padanya.

"Aku belum melihat apa pun lagi semenjak di sini," jawab Cleona masygul.

"Tenang saja," ujar Keana pada wanita itu. "Para tetua mungkin mengetahui jalan keluarnya." Ia kemudian menatapku. "Kau hanya harus menyiapkan dirimu, Alka, untuk kemungkinan apa pun."

"Terima kasih. Aku sudah yakin pada keputusanku," jawabku. "Tak peduli apa pun, aku tetap memilih jadi manusia serigala. Aku ingin berjuang bersama kalian semua membasmi ocsuro."

"Semangat yang bagus," puji Keana tersenyum tulus. "Itu menandakan kau bukan luna yang lemah."

"Aku mendoakanmu, Alka," imbuh Sara.

"Terima kasih, Luna Sara," balasku sopan.

Lazaro muncul dari arah ruang depan. Ia menatap ke arah Sara. "Mama, Tata memanggilmu."

"Tunggu sebentar. Katakan pada ayahmu, aku akan segera ke sana," jawab wanita itu.

Lazaro mengangguk sebelum kembali berbalik menuju ruang depan. Aku mengerutkan kening. Lagi-lagi aku mendengar kata asing.

"Tata? Siapa?" tanyaku heran.

Sara bangkit dari duduknya. "Itu panggilan untuk ayah dalam bahasa Rumania. "Ia mengelus-elus kepalaku. "Semoga kau selalu dilindungi, Alka." Dia pun berlalu meninggalkan ruangan.

Entah kenapa, ia mengingatkanku pada ibuku. Aku berusaha keras menahan air mataku yang mendadak mendesak ingin keluar.

"Kau tahu, kau mengubah pemikiran kami tentang hibrida yang terkenal buas dan liar. Kau serigala dan vampir campuran terlembut yang pernah ada," kata Keana.

"Aku setuju perkataanmu, Keana. Namun, saat Alka menggeram ke arah Alpha Aldevaro dan Alpha Javiero, pertama kali aku melihatnya, membuktikan hibrida memang sangat kuat. Ia melemparkan mereka berdua seperti tanpa masalah," celetuk Ayna antusias.

Aku menunduk malu. "Itu ... benar-benar tak disengaja. Aku menyesal sudah membuat keributan."

"Kau sempat membuat kami panik dan bingung." Alisha tertawa, diikuti Lavenia.

Keana mengerutkan kening. "Ada kejadian apa?"

Mereka berdua menceritakan kejadian itu pada Keana. Ekspresi gadis itu tampak terkejut beberapa saat, lalu dengan cepat berubah tenang kembali. Aku kagum pada pengendalian dirinya.

"Tidak aneh. Hibrida memang memiliki kekuatan di atas manusia serigala dan vampir biasa. Alka mungkin lebih istimewa. Karena itu, para oscuro pun menginginkannya," ujar Keana.

"Ayahku bilang, aku berjodoh dengan pangeran oscuro bernama Allan," ucapku pelan.

"Allan? Maksudmu, pangeran kedua dari raja bangsawan moroi?!" Lavenia melebarkan mata.

"Allan menjadi oscuro sekarang, jangan lupa itu," celetuk Alisha.

"Ayahmu siapa?" tanya Keana.

"Kane," jawabku singkat. "Ia yang membunuh orang tua Alpha Aldevaro."

Mereka kompak membelalakkan mata. Keana segera mengatasi keterkejutannya.

"Apakah Ketua Alpha sudah tahu soal itu?" selidiknya.

Aku mengangguk seraya menunduk. Jemariku sibuk memainkan ujung gaun.

"Ketua Alpha tahu soal ayahmu dan kau malah melemparkan serta menentangnya?" cecar Keana lagi.

"Alka keren, bukan?" celetuk Ayna.

"Tidak! Itu hal yang gila!" sahut Keana dengan nada tegas. "Pantas saja jika Alpha Aldevaro ingin menyerangmu, Alka. Kau beruntung, ia masih bisa mengendalikan diri."

"Aku tahu." Aku makin menunduk.

Keana terdengar menghela napas. "Sekarang aku paham, kenapa mereka menginginkanmu. Darah hibrida normal bisa menyembuhkan bekas gigitan manusia serigala biasa. Alka, kau istimewa, ditambah lagi memiliki darah oscuro. Mereka akan menggunakanmu sebagai sumber penyembuh."

Aldevaro dan Arlo mendadak muncul bersamaan dan berteriak serempak, "Apa?!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro