CHAPTER 13. HIS DARK SIDE
Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Warning : Ada adegan khusus dewasa. Yang di bawah umur dilarang mendekat.
"Katakan saja yang sebenarnya. Kenapa harus ditutupi?" Ayna menatapku sebelum beralih ke para serigala pemburu. "Aku tak melakukan kesalahan. Saat itu, pilihannya adalah aku atau dia yang harus mati. Keberuntungan lebih memihakku. Itu salahku?"
"Dia benar," timpal Javiero santai.
"Kita harus pikirkan cara bagaimana menyampaikannya pada Vladimir," ujar Asher. "Saat kemarahan dan kebencian bercampur, kebenaran tidak dapat terlihat."
"Dia juga benar," sahut Javiero lagi sambil manggut-manggut.
"Fokus kita adalah bagaimana Vladimir bisa menerima kenyataan bahwa adiknya tewas bukan karena kesalahan Ayna, tetapi diakibatkan oleh oscuro," imbuh Cleona.
"Dia pun benar." Lagi-lagi dijawab oleh Javiero dengan nada enteng.
Aku mengernyit. Alrico terlihat menahan kikik. Ayna tertawa kecil seraya merangkul pinggang Javiero santai dari samping.
Lelaki itu pun balas merangkul bahu mate-nya lebih erat dengan satu tangan, hingga menempel ke tubuhnya. Ia mengusap-usap lembut rambut Ayna.
Sementara itu, Arlo dan Cleona tampak menatap penuh kewaspadaan ke arah Aldevaro yang mulai menunduk sambil mengusap-usap kasar wajah dan rambutnya dengan kedua tangan.
Para serigala pemburu justru saling memberi tatapan penuh kebingungan melihat tingkah mereka. Aku pun memiliki keheranan yang sama.
"Kita butuh kerja sama dengan dhampir. Mereka penting untuk misi kita," kata Lazaro, masih berusaha meneruskan.
"Dia ...."
"Kau sangat rindu adu tinju denganku, Javiero?!" tanya Aldevaro sambil bangkit dan berdiri dengan wajah merah padam kini. "Ayo, kemari! Jangan selalu berlindung di pelukan luna-mu!"
Javiero balas menatapnya seraya menarik sudut bibir sedikit miring. "Mungkin kau yang rindu untuk kudiamkan ...."
Arlo buru-buru bangkit dan menahan gerakan Aldevaro yang hendak menerjang ke arah Javiero. Sementara itu di saat bersamaan, Alrico merangkul erat dari belakang tubuh dan kedua tangan suami Ayna yang juga bergerak menyerang. Terlambat sedikit saja, dua lelaki itu mungkin sudah bergumul di tengah ruangan.
Ayna tampak terkejut, begitu pula aku. Cleona terdengar menghela napas. Para serigala pemburu serempak berdiri dalam sikap bingung, tetapi siaga.
Kedua alpha yang sekilas berwajah mirip dan berumur sebaya itu saling menggeram dalam jarak cukup dekat. Namun, tubuh Aldevaro terlihat lebih tinggi daripada Javiero, sehingga ia tampak sedikit mendominasi.
"Astaga! Aku tak pernah melihat langsung mereka bisa seperti ini!" seru Ayna syok.
"Sikap kekanakan mereka sebenarnya bukanlah soal yang aneh lagi bagiku, tapi tetap saja aku tak mengira akan melihat kekonyolan dua alpha itu lagi," gerutu Cleona.
Aku menatap cemas ke arah Arlo yang sekuat tenaga menahan gerakan Aldevaro yang begitu kuat, begitu juga Alrico. Namun, Javiero membuatnya mulai tergeser dari posisi semula.
"Javiero! Sesama lucis dilarang saling menyerang dengan kekuatan sihir! Ingat pesan Mateo jika kau tak mau kita semua kena hukuman!" teriak Alrico kalang kabut.
"Aldevaro! Kau ketua alpha! Jaga sikapmu!" seru Arlo. Punggungnya kini ada persis di hadapan Javiero.
Javiero berhasil melepaskan tangan kanannya, tak peduli pada tubuh Alrico yang setengah terseret olehnya. Alpha itu bersiap-siap meluncurkan tinju ke arah wajah Aldevaro, begitu pun sebaliknya.
Tanpa berpikir panjang, aku berkelebat, mendorong Aldevaro serta Javiero ke arah berlawanan. Tubuh mereka membentur dinding kamar cukup keras, hingga menjatuhkan beberapa benda yang tergantung.
Kedua alpha itu segera sigap bangkit kembali setelah terjatuh ke lantai. Ekspresi Javiero dan Aldevaro terlihat terkejut sebelum menggeram ke arahku, memperlihatkan masing-masing sepasang taring serigala. Kulihat warna keemasan muncul sekilas di mata mereka.
Aku berdiri di depan Arlo dan Alrico dengan sedikit membungkuk, bersiap jika Javiero dan Aldevaro berniat menyerang. Mulutku menggeram dan mendesis, memamerkan taring vampirku.
Para serigala pemburu serentak maju beberapa langkah, membuat formasi serangan sekaligus perlindungan terhadap ketua alpha sambil mencabut pisau dari dalam bot tinggi mereka, lalu memegang erat di tangan masing-masing. Dante terlihat gemetar saat menatapku.
Pemburu termuda itu terlihat jelas tak siap menghadapi sesosok hibrida vampir serigala. Pikirannya mengatakan ia mencemaskan mataku yang kini berwarna merah.
Oh, aku lupa, aku tak boleh marah. Aku segera menenangkan diri dan mengubah posisi meski tetap siaga jika sewaktu-waktu Arlo-ku diserang oleh mereka.
Tiba-tiba Arlo malah bergerak maju ke hadapanku, bersiaga untuk menghadapi siapa pun yang akan menyerang. Ia menggeram dalam posisi siap menerjang.
"Kenapa semuanya jadi serius seperti ini?! Kalian sangat kekanakan! Kita semua keluarga!" protes Cleona kesal.
"Javi! Hentikan tingkah konyolmu!" seru Ayna berang sambil berkacak pinggang. "Aku tak akan memaafkan jika kau menyakiti Alka!"
"Reaksi kalian semua berlebihan!" ucap Cleona sekali lagi dengan lantang.
"Semuanya tenang! Kembali ke posisi masing-masing!" teriak Alrico.
Asher memberi kode anggotanya untuk mundur perlahan ke posisi semula. Namun, mereka masih menggenggam erat pisau di tangan.
"Kalian semua berniat mengeroyok mate-ku?!" hardik Arlo ke arah Javiero, Aldevaro, dan para serigala pemburu. "Maju! Hadapi aku!"
"Maafkan kami, Alpha Arlo. Kami hanya spontan ingin melindungi Ketua Alpha Aldevaro," sahut Asher seraya menaruh kembali pisaunya ke dalam bot, diikuti oleh serigala pemburu yang lain.
"Keterlaluan!" balas Arlo murka. "Kalian tak menghargai calon luna-ku!" Ia kemudian menoleh ke arah Javiero dan Aldevaro lagi yang kini kembali ke posisi semula. "Kalian berdua juga sama!"
"Sudahlah. Anggap saja tadi memang kesalahanku," ujar Aldevaro berubah lesu kini. Ia tampak penuh sesal.
"Itu memang salahmu," sahut Javiero ketus.
"Kau tahu serigalaku sulit dikendalikan! Kau juga bersalah dalam hal ini!" sergah Aldevaro geram.
Mereka saling mendelik kembali. Arlo bergerak ke arah meja di hadapan Aldevaro, menendangnya hingga hancur berkeping-keping.
Aldevaro dan Arlo saling menggeram dan beradu tatap. Aku menahan diri untuk tidak bergerak ke arah mereka.
"Kau ingin menantangku, Arlo?" tanya Aldevaro. Matanya menyipit.
"Aku tak pernah peduli soal posisi ketua di antara kita meski akulah alpha tertua .... Kita bersaudara, tetapi tak ada satu pun boleh menyakiti mate-ku. Jangan sampai aku berubah pikiran dan mengubah semua yang ada di antara kita, Aro," desis Arlo dengan ekspresi wajah sangat dingin.
Aku tak pernah melihat Arlo bersikap begitu. Ia tampak berbeda dari saat dia tersenyum sambil mencabut kedua tangan Dario waktu itu. Kini aku makin melihat jelas sisi lain dari dirinya.
Bisa kulihat, Javiero dan Alrico pun terkejut. Ayna serta Cleona turut menatap cemas. Para serigala pemburu tampak terpaku, bingung harus melakukan apa.
Ini salahku. Seharusnya aku tak ikut campur. Aku tak mau menjadi penyebab kerusakan hubungan antara mereka.
"Arlo, aku juga bersalah. Seharusnya aku tak ikut campur dan melakukan tindakan seperti tadi," ucapku pelan sebelum menoleh ke arah Aldevaro dan Javiero bergantian. "Maaf, aku tak bermaksud menentang kalian. Aku hanya bertindak secara insting melindungi mate-ku."
Suasana hening. Hanya terdengar helaan napas setiap orang yang ada di ruangan.
"Maaf jika aku lancang. Namun, sebagai perwakilan kakakku, sebaiknya kita akhiri pertemuan kali ini. Semuanya harap kembali ke ruangan masing-masing," lerai Lazaro.
"Alpha Alrico dan Luna Cleona, kalian akan diantar oleh Dante serta Alisha ke kamar kalian. Alpha Javiero beserta Luna Ayna, izinkan Gamma Gryson bersama mate-nya mengantarkan kalian ke ruang yang telah disediakan.
"Alpha Arlo, kau tetap di sini bersama mate-mu. Ketua Alpha Aldevaro, kau akan diantarkan oleh Beta Asher dan Alvito. Aku harap kita semua bisa kembali menenangkan diri," ujar Lazaro mengakhiri.
Alrico segera memberi kode pada Javiero untuk keluar lebih dulu. Ia segera menghampiri Aldevaro dan menarik lengan lelaki itu agar ikut bersamanya. Arlo masih belum melepaskan pandangan dari si ketua alpha, begitu juga sebaliknya.
Aku segera meraih dan meremas lembut tangan Arlo sampai ia melepaskan tatapannya dari Aldevaro. Ia memejamkan mata saat mendengar suara bantingan pintu kamar kami. Dia segera melangkah cepat dan mengunci pintu, lalu berbalik dan berjalan ke arahku.
"Maaf, aku memang sedikit emosi pada Aldevaro karena hampir membahayakanmu. Aku pun tak punya cara lain, selain terpaksa harus mengusir mereka semua dengan cara seperti itu. Serigalaku mulai menggila saat mencium aroma heat-mu ...," ucapnya lirih.
Aku menatapnya haru sebelum merangkulnya erat seiring hawa panas heat-ku kembali muncul dan meningkat cepat. Sepertinya pengaruh obat penunda yang diberikan Keana telah habis.
Ia balas memeluk, menghirup aroma di ceruk leher sebelum bergerak liar melumat dan mengulum bibirku. Tanpa kesulitan, dia mengangkat tubuhku.
Aku spontan melingkarkan kedua kaki ke pinggang lelaki itu serta merangkul lehernya. Balasanku pun tak kalah liar. Kerinduanku ditambah efek samping obat penunda heat seakan siap meledak.
Arlo membawa dan mengempaskanku ke ranjang bersamanya sebelum melepas semua pakaian. Ia segera ganti merobek gaunku, hingga tak tersisa satu pun.
Bibirnya kembali melumat dan mencecap liar serta ganas, seperti penuh kemarahan. Beberapa kali dia menarik bagian bawah bibirku dengan giginya meski tak sampai melukai.
Tangannya memuja seluruh kulit dan setiap celah di tubuhku sebelum membalikkan tubuhku hingga tertelungkup. Ia memosisikan tubuhku ke posisi bertumpu pada lutut dengan menahan bagian leher dan kepalaku di kasur dengan cekalan tangan yang kuat.
Aku mengerang saat kurasakan sensasi saat penyatuan. Ia menggeram saat bergerak dan mengguncang tubuhku semakin cepat dan kuat, menimbulkan bunyi cukup keras ketika tubuh kami beradu.
Kedua tanganku erat mencengkeram seprai yang kini tak lagi rapi. Sesekali aku memejamkan mata diiringi erangan, desahan, napas yang kian memburu.
Ini terasa berbeda dari apa yang pernah ia lakukan saat heat-ku sebelumnya. Namun, aku sungguh menikmati setiap sensasi gerakan liar yang mengentak keras dan kuat, serta serangan bibirnya di belakang telinga, leher, bahu, juga punggungku.
Aku sedikit memekik saat Arlo mendadak membalikkan tubuhku kembali sebelum melakukan penyatuan kembali. Sekali lagi, ia mengentak lebih kuat dan cepat seakan ingin menembus ke dalam diriku.
Kedua tangannya erat mencekal dan menahan kedua tanganku di samping kepala sambil terus mengentakkan tubuh tanpa henti. Eranganku berpadu bersama geramannya.
Napas kami memburu begitu cepat. Ia menyatukan bibir kami sekali lagi sambil mempercepat gerakan. Alpha itu menunjukkan dominasi dengan menguasai tubuhku tanpa aku bisa menyentuhnya.
Apakah mungkin ia pun tengah memperlihatkan sisi gelapnya yang lain? Namun, tak ada lagi rasa takut atau ragu di hatiku kini. Tak ada taring vampir yang kutunjukkan pada alpha itu sebagai bentuk perlawanan. Aku sepenuhnya tunduk.
Kebenaran yang memperlihatkan sisi gelap lebih baik daripada kebohongan yang hanya menunjukkan sisi baik. Yang kurasakan sekarang adalah, aku semakin jatuh ke dalam cinta seorang alpha misterius bernama Arlo.
***
Hiyaaa hiyaaaa pagi-pagi udah panas dingin ini sih nyahahaha
Ternyata Arlo gitu thoooo .... Ish, Emak jadi malu, Ar :D
Hola ~
Akhirnya update juga. Sempat keder beberapa hari ini ama tulisan dan editan. Fiyuuuuh. Otak saya mulai penat. Tadi aja ampe salah posting. Nyahahah. Bab Arlo nyangkut di cerita Aleronn Series 4 :D astagaaaaaa wkwkwkwwk. Saya auto panik doooonk :D Maafin ya buat yang mungkin terlanjur dapat notif nyahahaha
Setelah ini mungkin jadwal Aleronn Series yang akan saya percepat. Arlo tetap seperti biasa, dua kali seminggu. Karena, target saya dua cerita ini harus selesai akhir Juni atau awal Juli paling lambat. Setelah itu saya akan fokus ke cerita selanjutnya. Doain lancar yaaaa aamiin.
Vote dan komen saya nantikan. Kritik dan saran saya persilakan.
Terima kasih. <3
15/06/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro