Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 11. BRASOV HUNTERS PACK (2)

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Keana membawaku ke dekat sebuah kabin cukup besar di tengah hutan pinus. Ia beserta rekan-rekannya masing-masing bersembunyi ke balik pohon.

Tak lama kemudian, mereka kembali muncul dalam wujud manusia berpakaian kasual lengkap, dan berjalan pelan menuju kabin. Keana kini mengenakan kaus putih lengan panjang agak longgar serta celana jin ketat hitam.

"Selamat datang di Brasov Hunters Pack, Alka," sapa seorang lelaki cukup berumur, berambut ikal cokelat panjang sedada yang digerai ke sebelah kiri.

Aku mengangguk sopan. "Terima kasih."

Dia mengingatkanku pada gaya rambut Keana. Mirip, tetapi beda sisi. Ia memiliki bewok lebat dan mata gelap setajam elang. Tubuhnya tinggi tegap, gagah dalam balutan baju longgar serta celana jin hitam. "Aku Alpha Ivan, ayah Keana."

"Mmm ... kalian sudah tahu namaku. Aku ... Alka."

Mereka tertawa kecil. Seorang wanita berambut pirang kecokelatan dengan gaya unik muncul dari dalam kabin. Aromanya memberitahuku bahwa ia seorang manusia. Selain itu, aku juga menangkap bau tubuh Alpha Ivan.

Ia menggerai rambut yang sedikit ikal pendek, tetapi juga memiliki sebuah kepang cukup panjang di sisi kiri. Sebuah blus biru langit tanpa lengan membalut tubuhnya yang langsing dan cukup tinggi.

Dia tersenyum cerah dengan mata hijau berbinar saat melihatku. "Hai, selamat datang di pack kecil kami! Aku Sara, ibu Keana."

Aku sekali lagi mengangguk dan menambahkan dengan senyum sopan padanya. Kulihat seorang pemuda juga ikut menyusul keluar.

Ia tampan, bermata gelap dan memiliki alis tebal. Rambut sedikit ikal kecokelatan yang bertumpuk ke sebelah kanan, persis gaya rambut Keana, menyembul dari tudung jaket hitamnya.

"Kenapa dibawa kemari? Ia vampir," ucapnya dengan hidung mengernyit. Ia mengamati mataku cukup lama.

"Aro! Dia luna milik Alpha Arlo. Sopanlah," tegur Keana yang kini bergabung bersama enam rekannya.

Pemuda itu mendengkus sambil melipat kedua tangan, mengawasi dengan tatapan tajam. Mungkin sepasang mata berbeda warna terlihat aneh baginya. Aku bisa melihat saat ia juga berupaya menahan napas. Apakah aromaku begitu mengerikan?

"Bukan vampir. Aku hibrida. Meski ingin memilih jadi manusia serigala, tetapi saat ini belum bisa," ujarku murung.

Lazaro terlihat salah tingkah. Ia menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan.

"Jangan ambil hati ucapan Lazaro. Adikku memang kadang suka asal bicara, tetapi ia sebetulnya berhati lembut. Bukankah begitu, Aro?" Keana menatap tanpa ekspresi ke arah pemuda itu.

"Ya, baiklah. Maafkan kata-kataku tadi," jawab Lazaro, kini sambil tersenyum manis.

Aku mengangguk dan membalas senyumnya. Ivan tertawa kecil, sementara Sara menepuk pundak Lazaro sambil tersenyum.

"Keana, perkenalkanlah anggota pack kita," ujar Ivan.

Keana mengangguk. Ia menunjuk ke arah rekan-rekannya dengan jari telunjuk, tengah, dan ibu jari dengan telapak tangan bersama sisa jari menghadap ke bawah.

"Gadis berambut ikal panjang cokelat gelap berkaus hitam lengan panjang dan bermata hijau itu adalah Lavenia. Di sebelahnya, yang berambut merah dengan kemeja gelap, memakai gelang manik berwarna senada bernama Alisha. Mereka prajurit serigala sekaligus sahabat-sahabatku."

Dua gadis itu mengangguk sambil tersenyum. Empat pemuda di belakang mereka tampak menatapku dengan senyuman tipis, kecuali yang berambut keriting. Senyumnya sangat ceria, mengingatkanku pada senyum Elvio setiap menanti masakan mama matang.

"Pemuda memakai kaos dan syal, berambut keriting cokelat juga adalah seorang prajurit, namanya Dante, sedangkan si Tampan berjaket tudung hitam itu bernama Asher. Dia beta, begitu juga dengan Alvito, lelaki bertato biru bersinglet putih di sebelahnya. Lalu Gryson, yang paling ujung, berambut cokelat gelap dan berkemeja hitam. Ia dan adikku adalah gamma.

"Pack kami mungkin terlihat kecil, tetapi sebenarnya memiliki anggota cukup banyak. Hanya saja, kami mengkhususkan diri sebagai tim pemburu utama yang aktif bergerak.

"Anggota-anggota lainnya merupakan bagian keluarga besar kami yang dulu juga merupakan pemburu. Namun, mereka kini kebanyakan bekerja di tempat-tempat usaha milik pack, seperti hotel, restoran, resor ski, dan lain-lain. Kau akan bertemu beberapa dari mereka nanti saat aku mengajakmu ke sana."

Aku mendengarkannya dengan mulut menganga. Selama hidup aku hanya mengenal pack-ku yang kecil dan tinggal di alam terpencil. Tak pernah kubayangkan ada kumpulan serigala besar seperti Brasov Hunters Pack.

"Jangan lupa pula, kami juga masih bagian dari pack Elorrio dan berhubungan baik dengan mereka. Sepupuku, Pablo, merupakan salah satu tetua dari perkumpulan serigala Dark Forest," imbuh Ivan.

Tak ada kata keluar dari mulutku, selain tatapan takjub mendengar ucapan lelaki itu.

"Sudah, berhenti dulu mengobrolnya. Keana, sebaiknya ajak Alka segera ke hotel pack agar ia bisa beristirahat. Kalian bisa berbincang lebih lama dan leluasa di sana," ujar Sara.

Gadis itu mengangguk pada ibunya, lalu menoleh ke arahku. "Ayo, kita ke hotel." Ia kemudian menatap Lazaro, juga rekan-rekannya. "Kalian juga ikut."

"Siap, Alpha!" sahut mereka serempak.

"Saat tiba di sana, kita harus santai dan bersikap sebagai teman atau keluarga biasa. Tidak ada sebutan alpha dan sebagainya," ujar Keana padaku.

Aku memberi anggukan sambil mengiringi langkah Keana, diikuti adik dan teman-temannya.

***

Kami tiba di kaki gunung dalam hitungan beberapa menit berjalan kaki santai, melewati pepohonan. Kata Keana, hotel pack persis berada di samping lereng ski yang dikelilingi hutan pinus. Namun, saat ini tak bersalju, tentu saja aku sempat kesulitan mengenalinya.

Mataku memandang kagum bangunan luas memanjang membentuk huruf L di hadapanku. Beberapa mobil tampak menghiasi halaman depan. Bagian teras hotel terlihat menghadap pemandangan lereng ski, berdasarkan petunjuk Keana.

"Musim panas tak seramai musim dingin. Saat bersalju, banyak manusia yang datang untuk bermain ski di lereng itu," ujar Keana menjelaskan sambil menunjuk bagian depan halaman hotel padaku.

"Tapi musim panas pun cukup banyak yang datang. Mereka biasanya main tenis, menikmati spa, atau sekadar berjalan-jalan ke hutan. Tak jarang pula orang-orang berdatangan hanya karena ingin melihat kota abad pertengahan Brasov," imbuh Lazaro.

"Kastil Bran, berjarak cuma dua puluh lima kilometer dari sini, tempat favorit yang sering dikunjungi para manusia. Aku heran, apa yang begitu menyenangkan dari bangunan tua itu? Seandainya mereka tahu keberadaan para pengisap darah nyata adanya dan bukan di sana, aku sangsi mereka mau menginjakkan kaki di tempat itu," ujar Lavenia.

"Kudengar dari para dhampir pemburu, di sana pernah didiami keluarga vampir bangsawan Attila sebelum mereka pindah. Vladimir si ketua dhampir pernah diminta menjadi pelindung kakak iparnya, Raja Stefan Corvinus. Namun, ia menolak, sejak ada anggotanya yang terbunuh karena ulah oscuro," timpal Dante.

"Karena itu, ayahku mengajak mereka bekerja sama melawan oscuro. Bangsawan moroi juga bersalah dalam hal ini. Secara tak langsung, mereka memberikan dukungan pada oscuro," kata Lazaro.

"Kita bicarakan itu nanti saja, jangan di sini," tegur Keana saat melihat beberapa manusia berjalan melewati kami.

Tak ada lagi percakapan. Padahal, aku cukup penasaran pada apa yang sedang mereka bicarakan.

Keana membawaku melangkah menuju pintu utama hotel. Beberapa petugas yang berpapasan dengannya tampak memberikan anggukan hormat. Aroma manusia serigala dari tubuh mereka bisa tercium jelas olehku.

Mereka mengerutkan hidung saat melihatku. Bisa kulihat juga tatapan heran bercampur waspada dari para manusia serigala itu.

Dadaku serasa sesak saat mengetahui apa yang orang-orang pikirkan tentang aku. Bisa membaca pikiran orang lain ternyata tak selalu menyenangkan.

Aku terus mengikuti langkah Keana dalam diam. Sesekali kepalaku menunduk saat berpapasan dengan para manusia serigala lainnya.

Keama berhenti di depan sebuah kamar. Ia berbalik menatap ke arah adik dan rekan-rekannya. "Alisha, Lavenia, kalian pergilah dengan yang lain ke restoran dan bawakan makan siang kita ke kamar ini. Ash dan Aro, kalian berdua ikut aku bersama Alka ke dalam."

"Baiklah," jawab Alisha riang. Ia segera menggamit Lavenia sambil memberi kode pada yang lain. "Ayo, kita ambil makanan!"

Asher membukakan pintu kamar, membiarkan Keana, aku, dan Lazaro masuk lebih dulu. Ia pun menyusul kemudian seraya menutup pintu kembali.

Mataku mengedar ke seluruh ruangan. Ada sebuah ranjang berukuran besar, kursi, dan meja dengan televisi di atasnya. Aku pernah melihat benda itu di penginapan sebelumnya dan mendengar saat Ayna menggerutu soal acara yang ditayangkan.

Di samping kursi meja ada sebuah ruang lagi yang menghubungkan antara kamar mandi dengan lemari ganti. Aku segera berjalan menuju jendela dan membukanya.

Udara pegunungan yang sejuk dan segar membelai kulit serta memainkan rambutku. Aku teringat pack-ku, hutan yang kujelajahi bersama Elvio, dan kebersamaan kami saat mamaku masih hidup. Mendadak rasa rindu pada Arlo pun ikut muncul.

"Apakah aku bisa bicara dengan Arlo?" tanyaku hati-hati seraya menoleh ke arah Keana.

"Tentu." Keana segera melangkah menuju meja. "Oh, aku lupa memberitahumu. Sesungguhnya ia panik saat menghubungi Tetua Pablo. Pamanku itu pun meneleponku dan menceritakan penglihatannya tentang dirimu."

Ia mengangkat sebuah benda memiliki gagang yang terhubung dengan bagian lain dengan kabel, lalu menekan beberapa nomor di sana sebelum menaruhnya pada posisi telinga dan mulut.

Aku mengernyit. Rasanya aku pernah melihat benda itu di majalah yang dibawa ayah tiriku. Namun, aku lupa namanya.

"Alpha Arlo, ini Keana dari Brasov. Luna Alka sudah aman. Ia ada bersama kami di hotel pack. Dia ingin bicara denganmu."

Ia diam beberapa saat. "Iya, aku mengerti. Aku akan memberikannya nanti. Kau tak perlu cemas. Dia baik-baik saja. Aku akan berikan telepon padanya."

Keana segera menyerahkan gagang telepon itu padaku. Aku ingat namanya sekarang.

Aku melakukannya persis seperti Keana, berusaha tak terlihat canggung. Untuk pertama kali, aku menggunakan alat ini.

Lebih mudah berkomunikasi melalui pikiran menurutku. Setidaknya tak ada yang bisa mendengarkan ucapanku.

Dengan telepon, aku harus berhati-hati memilih dan mengucapkan perkataan. Aku juga mesti mengatur ekspresiku agar tak terlihat bodoh.

"Alka?"

"Arlo?"

Sepertinya suaraku terlalu keras. Mataku melirik ke arah Keana, Lazaro, dan Asher yang duduk di sofa mengamatiku. Aku berdeham, lalu berdiri membelakangi mereka.

"Kau baik-baik saja? Aku seharusnya tak meninggalkanmu malam itu."

Aku bisa melihat wajah murung Arlo saat mengucapkan kalimat itu tergambar di dinding. Ah, apakah ini yang namanya cinta dan rindu? Kita bisa melihat ekspresi wajah seseorang di mana pun, bahkan saat tak melihat langsung. Mungkin aku yang terlalu berhalusinasi.

Tanganku bergerak membentuk garis ukiran wajahnya pada dinding. Ia terlihat lebih tampan saat tersenyum.

"Itu bukan salahmu. Bagaimana dengan Elvio? Maaf, aku jadi menunda jawabanku. Apa perlu kujawab sekarang?" tanyaku sambil menyelesaikan titik-titik terakhir di lukisan imajinasiku.

"Tunggu sampai aku ke sana besok untuk menjemputmu. Aku ingin melihat wajahmu langsung saat mengatakan jawaban itu."

Lukisan khayalanku telah selesai. Aku mengubah wajah murungnya menjadi penuh senyuman sekarang. Tanpa sadar bibirku membentuk senyuman malu. Aku kemudian tertawa kecil menatap wajah Arlo di dinding.

Senyumku mendadak menghilang saat aku mendengar dan membaca pikiran Lazaro tentangku. Aku pun mendadak malu karena telah dianggap bersikap seperti seorang idiot.

Aku menghentikan gerakan tanganku. Kini aku fokus memegangi gagang telepon dengan dua tangan.

"Alka? Kau di sana? Halo? Kau mendengarku?"

"Iya, aku ... mendengarmu."

"Aku sudah meminta tolong pada Keana agar memberimu obat penunda heat. Kau akan aman sampai aku datang. Tunggu aku."

"Baiklah. Aku akan menunggumu. Sampai bertemu lagi."

Aku menaruh kembali telepon ke tempatnya. Saat berbalik, mataku bertemu dengan pandangan disertai senyuman samar dari ketiga orang itu.

"Apa ada yang aneh di dinding?" seloroh Asher.

"Ash, jangan mengganggunya," ucap Keana.

Lazaro terlihat berusaha keras menahan tawa. Bahunya terguncang. Ia melihat ke arah lain saat tawa berderai keluar dari mulutnya.

"Aro!" tegur Keana.

Aku menarik kursi di dekatku, lalu duduk dengan gerakan kikuk. "Tadi ... adalah pertama kalinya aku menggunakan telepon. Maafkan aku."

Keana memukul pelan bahu Lazaro saat melihat adiknya itu terpingkal sampai membungkuk. Asher mengulum senyuman di bibir.

Apakah wajar seorang hibrida merasa malu? Sungguh, aku ingin sekali lari dan menyembunyikan wajahku saat ini. Untunglah, perhatian Asher kini terfokus pada Keana.

Entah kenapa, aku merasa tatapan Asher pada Keana berbeda saat ini. Tatapan mata abu-abunya mirip seperti cara Arlo kala memandangiku.

Mungkin tak apa jika aku mengintip pikirannya sedikit. Bibirku berusaha menahan senyum, begitu isi pikiran Asher terbaca olehku.

Suara ketukan terdengar sebelum pintu terbuka. Lavenia, Alisha, Gryson, dan Alvito satu per satu memasuki kamar sambil membawa beberapa bungkusan. Dante masuk terakhir sambil menutup pintu kembali.

Mereka masing-masing menaruh bawaan ke meja, tepat di hadapanku. Keana mendekat dan membuka isi bungkusan-bungkusan.

"Kita punya mici, roti, moster, dan minuman kaleng. Alka, kuharap kau tak keberatan makan ini dulu. Kita akan makan malam di luar nanti, sekalian ke bar," ujar Keana.

Ucapannya disambut sorakan Lazaro dan para manusia serigala lain, kecuali Asher. Ia terlihat paling tenang dan pendiam meski tadi sempat berseloroh denganku.

Aku mengangguk dan mengambil bagianku. Keana kemudian membagikan sisa isi bungkusan pada adik dan teman-temannya.

Sebenarnya aku gelisah. Aku belum meminum darah hewan sejak terakhir memangsa Martin. Aku bingung bagaimana cara mengatakan pada Keana. Apakah ia akan marah jika aku meminta darah hewan? Akankah dia mengizinkan bila aku berburu makananku sendiri di hutan?

Keana ....

Ia menghentikan gerakan menyuap mici. Sosis daging bakar tanpa kulit itu terhenti di depan mulutnya.

Keana menatapku sebelum menyadari bahwa ia bisa tetap makan selama kami berkomunikasi lewat pikiran. Dia pun meneruskan suapan. Ya?

Apakah aku bisa minta izin berburu hewan malam ini?

Kubiarkan ia mengunyah makanannya lebih dulu. Ia terlihat canggung berkomunikasi melalui pikiran denganku.

Dengan satu syarat.

Apa?

Aku ikut bersamamu.

Baiklah.

Kami pun kembali melanjutkan makan siang sambil berbincang-bincang. Lebih tepatnya, aku mendengarkan perbincangan mereka.

Ada beberapa hal yang aku ketahui sekarang. Pertama, mereka bekerja sama dengan dhampir pemburu untuk membasmi oscuro.

Kedua, mereka merencanakan untuk bekerja sama juga dengan strigoi, vampir pengubah wujud bermata biru kemerahan yang memiliki dua jantung. Ketiga, bangsawan moroi memiliki tempat tinggal yang berbaur dengan penduduk desa, sementara raja dan ratu mereka tinggal di sebuah kastil tak kasatmata di Tebing Iblis, yang terletak beberapa kilometer dari salah satu desa di Transilvania.

Keempat, ini yang paling penting. Mereka curiga kediaman para oscuro ada di Hutan Hoia-Baciu, tempat terangker di dunia dan penuh kegelapan. Hutan yang juga disebut sebagai Segitiga Bermuda versi daratan.

***

Hola.

Gimana, gimana? Mulai cukup menegangkan? Gimana selanjutnya? Ditunggu saja ya hehehehe. Insya Allah akan saya update hari Minggu jika tak ada halangan.

Btw jangan lupa juga, yang suka cerita fantasi berseri, silakan baca karya saya yang lainnya. Ada di lapak saya kok. Mumpung masih lengkap dan gratis tis tis.

Untuk seri Aleronn, bisa baca dari The Blue Alverns ya. Soale yang Aleron  itu prequel, selain itu, ga diposting semua. Versi TBA di wp ini jga masih versi asli, alias belum direvisi seperti yang ada di buku cetak. Jelas beda donk. Versi cetak jauh lebih baik.  Bisa dilihat dari review-review pembaca yang sudah membelinya. So, ga usah bingung karena ga bisa baca dari Aleronn. Cukup dari The Blue Alverns saja kok.

Segitu saja dari saya. Aleronn 4 juga akan saya update Minggu, jika tak ada halangan.

Vote dan komen saya harapkan. Kritik dan saran saya nantikan.

Terima kasih buat yang sudah mau menyempatkan waktu membaca, komen, dan vote cerita saya. Makasih juga buat yang masukin ke daftar bacaan atau promosiin ke teman-teman yang lain.

Kalian superhero saya. Makasih <3

09/06/2020


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro