6. Baru
"Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan SPG di lapangan, terkait monitoring, koordinir, membuat jadwal pekerjaan, menentukan lokasi promosi, serta target penjualan para SPG yang menjadi tanggung jawab kamu."
"Tentunya dengan memberikan pelatihan, serta strategi dalam mencapai target yang diberikan perusahaan."
"Secara garis besar, yang saya sebutkan tadi menjadi jobdesk kamu, selebihnya kamu bisa baca di dokumen SOP perusahaan."
"Dilihat dari pengalaman kerja kamu sebagai Sales Promotion Girl, seharusnya pekerjaan ini mudah untuk kamu. Kalau kamu masih tidak mampu juga, keterlaluan!"
"Entah mengapa saya percaya dengan kamu, meski banyak pembicaraan buruk mengenai kamu di kantor pusat. Selain itu karena kamu juga rekomendasi dari Pak Dito, makanya saya menerima kamu. Jadi jangan salahkan kepercayaan saya dan Pak Dito. Mengerti?!"
"Siap, mengerti Bu." Jawab Rissa cepat pada Bu Berta, general manager kantor cabang wilayah Regional 1 yang mencakup area Jabotabek. Meski ada kalimat yang Rissa tidak begitu mengerti, seperti banyak pembicaraan buruk mengenai kamu di kantor pusat. Rissa merasa aneh, memang ia berbuat salah tapi kan ia sudah menerima ganjarannya. Lagipula ia hanya salah kirim uang, bukan menggelapkan uang perusahaan.
"Rissa! Kamu saya tugaskan untuk mengkoordinir penjualan di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Tangerang. Bagaimana?"
"Siap Bu, saya bersedia." Jawab Rissa lagi.
"5 hari kerja dalam seminggu, sekurang-kurangnya 25 jam kerja kamu memantau para SPG yang menjadi tanggung jawabmu dilapangan, dan 15 jam kerja lagi kamu berada di kantor untuk membuat laporan dan mempertanggungjawabkan hasil kerja para SPG. Mengerti?"
"Iya Bu," Rissa hanya bisa pasrah. Ia harus kembali bekerja mobile di lapangan. Padahal impiannya setelah menyelesaikan kuliahnya, ia ingin bekerja di balik meja dari jam 8 hingga ke jam 5. Duduk manis di depan komputer tanpa harus terjun langsung memasarkan produk, panas-panasan dan merayu customer.
Dulu, selama kuliah memang Rissa sambil bekerja sebagai SPG. Dari satu perusahaan ke perusahaan lain Rissa bekerja, dari satu produk ke produk lain yang Rissa tawarkan. Hingga tidak terasa memang pengalaman kerjanya sebagai SPG sudah tidak diragukan lagi, karena sudah berbagai macam produk yang pernah ia tawarkan.
Kecuali satu, Rissa tidak pernah menjadi SPG Rokok. Ya, jangan ditanya kenapa. Body mulus, tubuh tinggi, kulit putih, wajah menarik, tidak sesuai dengan Rissa. Meski Rissa juga cukup cantik, hanya saja kurang tinggi.
Setelah selesai mendengarkan penjelasan Bu Berta terkait tugas dan tanggung jawabnya, Rissa keluar dari ruangan Bu Berta. Ia menuju ruangan bagian pemasaran dan menemui supervisor dan rekan-rekannya satu tim pemasaran disana. Rissa cukup senang karena di sambut baik oleh mereka. Namun yang tak Rissa senangi adalah, ia harus ke pasar modern tempat adanya event promosi produk mereka, pagi itu juga.
Perusahaan tempat Arissa bekerja bergerak di bidang manufaktur dengan jajaran produk bermacam-macam penyedap rasa, bumbu masak instan dan tepung bumbu serbaguna. Makanya sasaran pasar mereka adalah para ibu-ibu rumah tangga. Sehingga sering mengadakan event di pasar tradisional maupun swalayan. Salah satunya di pasar modern.
Jam 10 pagi, Rissa tiba di lokasi event. Sebuah mobil box mini yang telah disulap menjadi semacam warung terlihat dipadati pembeli. Satu orang di atas mobil sedang memasak bakwan jagung, untuk tester para pembeli, tentunya dengan produk tepung bumbu unggulan dari perusahaan.
Satu orang lagi terlihat memantau saja, lalu ada dua SPG yang terlihat kewalahan melayani para pembeli yang semuanya ibu-ibu itu. Rissa lantas mengambil tas pinggang yang ada di mobil lalu mengambil beberapa produk untuk ia jual, tidak lupa hadiah yang disediakan untuk customer yang membeli dalam jumlah tertentu. Kemudian bergabung dengan dua SPG disana yang merupakan bawahannya.
Matahari sebentar lagi beranjak ke atas kepala saat pembeli berangsur berkurang dan pasar berangsur sepi. Yogi dan Sela dari team event sibuk membereskan mobil karena masak-memasak sudah selesai, sedangkan Rissa dan kedua SPG-nya Ana dan Farah sibuk menghitung uang hasil penjualan mereka, tidak lupa juga menghitung stok sisa barang dagangan dan hadiah yang sudah keluar.
"Aku senang loh, Mbak Rissa sekarang di kantor cabang," Kata Sela memulai pembicaraan.
Sela merupakan salah satu senior dari bagian marketing cabang regional 1, ia cukup mengenal baik sosok Rissa, meski berbeda bagian. Dulu Sela yang rutin mengirim laporan penjualan dari event yang diadakan ke Rissa, lalu Rissa membandingkan laporan yang dikirim Sela dengan uang yang masuk dari kantor cabang ke kantor pusat terkait penjualan hasil event.
"Lebih asik di cabang deh mbak, jadi ga kena korban sikut-sikutan!" Yogi menimpali.
Rissa yang sebelumnya hanya tersenyum tipis, kini menoleh ke arah Yogi dengan penuh tanda tanya. Seketika Sela dan Yogi menunjukkan raut wajah tak enak hati. Lalu melirik ke arah Ana dan Farah yang beranjak pergi membereskan booth yang ada di samping mobil.
"Sebenarnya, kita udah tau kenapa Mbak Rissa, sampai di pindah ke kantor cabang," Ucap Sela berbisik. Dan cerita dari Sela berikutnya membuat Rissa sedih.
***
"Mel, gak ada yang mau Lo ceritain ke gue gitu?" Tanya Rissa tiba-tiba. Amel yang tengah memainkan ponsel di depan tv yang menyala terang saja kaget.
"Ris, ucap salam dulu kek apa kek." Balas Amel sebal. "Segitu kangennya apa sama gue, baru juga sehari pisah kantor."
"Mel, serius. Apa ada yang gue gak tau soal masalah di kantor?" Tanya Rissa lagi. "Lo gak mau cerita?"
"Masalah apa Ris? Gue belum punya gebetan baru kok di kantor. Kalo ada kan pasti gue cerita." Amel menjawab santai.
"Bukan itu Mel!" Sentak Rissa. "Lo sebenarnya teman gue bukan sih? Ada yang Lo sembunyikan dari gue kan, soal kasus gue kemarin?"
"Ris--"
"Mel, kenapa sih?"
"Ya kenapa harus gue ceritain, gak penting Ris. Yang penting itu Lo teman gue yang jujur dan gak seperti apa yang mereka bilang. Lo gak perlu dengar yang negatif-negatif kayak gitu." Sahut Amel.
"Tapi kan gue bisa kasih pembelaan sama mereka. Lo tau gue gak gitu Mel. Gue gak makan uang perusahaan. Gue juga gak ada main api sama Pak Dito. Udah gila apa, gue kaya gitu?"
"Tanpa Lo jelasin gue paham Ris. Makanya gue pikir gak penting lah ngasih tau gosip murahan kaya gitu ke Lo! Udah gak usah Lo pikirin, Lo gak perlu ngasih pembelaan ke orang-orang yang memang gak suka sama Lo, mereka gak akan dengerin Ris."
Rissa duduk lemas di samping Amel, yang ia tahu ia hanya salah mengirim uang dan sedang dalam proses oleh pihak bank. Namun gosip yang beredar di kantor, ia melakukan kecurangan dengan mengirim uang itu ke rekeningnya sendiri, lalu ia tidak di pecat karena ia punya affair dengan Pak Dito. Begitu cerita yang ia dengar dari Sela dan Yogi. Bayangkan gosip itu bahkan sampai ke kantor cabang, Rissa benar-benar tidak punya muka lagi di perusahaan itu.
Dan, pantas saja Zidan mengacuhkannya kemarin. Pikir Rissa.
***
Tak banyak aktivitas yang Arraz lakukan dirumah. Dengan keterbatasan yang ia miliki, memang ia bisa apa? Kadang ia merasa bosan, namun mau bagaimana lagi, tidak ada sedikitpun keinginan dalam dirinya untuk kembali melihat dunia. Kalaupun ia berubah pikiran, ia hanya mau yang membujuknya Ivanka, bukan orang lain. Namun sepertinya itu mustahil.
"Den Arraz, makan malam dulu ya Den."
Setelah meletakkan menu makan malam yang ia bawa untuk Arraz, ia membantu Arraz untuk berjalan menuju meja makan. Lalu menyiapkan piring, menuangkannya dengan nasi, sayur, dan lauk pauk buatannya.
"Mau saya bantu makannya den?" Tawar Bi Marni.
"Gak usah Bi," Tolak Arraz lalu mulai makan perlahan-lahan. Bi Marni pun pamit untuk keluar dari kamar Arraz, biasanya Bi Marni akan kembali lagi saat Arraz menekan bel, sebagai tanda Arraz membutuhkan sesuatu.
"Bi Marni," Panggil Arraz.
Bi Marni yang baru mencapai pintu kamar Arraz itu menoleh, lalu menghampiri tuan mudanya itu. "Iya Den, kenapa?"
"Saya mau Ayam goreng seperti kemarin."
"Maksudnya Den?" Tanya Bi Marni bingung. Tadi pagi saat sarapan memang Arraz meminta di buatkan Ayam goreng---salah satu makanan favoritnya. Lalu Bi Marni buatkan saat makan siang tadi. "Ini Ayamnya masih sama seperti yang tadi siang Den." Jelas Bisa Marni.
"Saya bilang yang seperti kemarin Bi, bukan tadi siang." Kata Arraz lagi.
Bi Marni menggaruk kepalanya yang tak gatal. Seperti kemarin? Tadi siang? Apa bedanya? Toh tidak ada lagi yang memasak selain dirinya, di rumah ini.
"Tapi Den, ini bumbunya dan cara masak saya masih sama kok Den, gak berubah. Sama aja. Ayamnya juga saya beli di pasar, di lapak yang sama Den. Dijamin segar Den, bukan Ayam tiren."
Arraz berdecak kesal, "Bukan itu maksud saya Bi. Beberapa hari kemarin rasa Ayam goreng buatan Bibi itu beda. Lebih enak. Saya mau yang seperti itu lagi."
Bi Marni masih bingung, namun tidak mau membuat tuan mudanya kesal. "Iya Den, nanti saya buatkan yang enak yang kayak kemarin." Jawab Bi Marni akhirnya.
Akhirnya Arraz tidak jadi makan, ia hanya memakan buah apel yang dibawakan Bi Marni sebagai pencuci mulut. Setelah membereskan makanan yang tidak jadi dimakan itu, Bi Marni pun pamit keluar dari kamar Arraz. Seraya terus memikirkan maksud dari Arraz, "Ayam? Ayam kayak kemarin? Enak?"
"Duh, den Arraz apaan sih! Bikin bingung." Keluhnya sampai di dapur.
Sampai ia ingat seseorang yang hari ini tidak menunjukkan batang hidungnya. " Non Arissa!" Pekik Bi Marni seraya menjentikkan jarinya.
Ia baru ingat kalau beberapa hari kemarin ia dibantu masak oleh Rissa. Dan untuk Ayam goreng memang Rissa yang membuat sampai selesai. Jadi yang di maksud Arraz, ayam gorengnya lebih enak itu buatan Rissa.
"Huh dasar ya, udah tau aja calon istri masakannya enak, biasanya juga makan masakan Bibi. Sombong ya mentang-mentang punya calon istri!"
TBC
M
asa pergelangan tanganku dua-duanya kayak keseleo gitu. Ku pikir keseleo kenapa padahal aku ga pernah angkat/ kerjain sesuatu yang berat.
Eh baru tadi aku sadar ternyata gara-gara kebanyakan ngetik di hape. Hampir setiap hari ngetik cerita ini dan part-nya selalu panjang kan. Huhu. Pengen rajin malah jadi penyakit.
Makasih banget sih, buat yang rajin vote dan komentar, benar-benar mengapresiasi aku huhu..
Yaudah nanti kalo aku ga update aku lagi istirahat-in tangan aku dulu.
Semoga suka part ini, happy reading 💕💕💕
Yok dibeli ebook nya ebook nya heheheh ...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro