Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13:

Kalau tinggal hanya berdua. Pastilah ada suka dukanya.

Yang Rui suka adalah ia bisa bermanja-manja dan bermesraan di mana pun dengan sang suami tanpa takut terciduk. Mereka memiliki asisten rumah tangga yang mengurus beberapa hal di dalam rumah, namun pekerjaan mereka hanya di lakukan pada akhir pekan, hari-hari biasa Rui lah yang mengurus rumah tercinta.

Tapi dukanya, Rui kadang kesepian. Dalam rumahnya yang mewah dan luas terkadang ia ditinggal sendiri, beberapa waktu lalu mereka memiliki kucing kecil yang menemani Rui ketika Mark pergi bekerja, namun baru sebulan lalu kucing itu menghilang.

Rui jadi membayangkan anak-anak berlari-larian dan bermain di ruang keluarga, tertawa bahagia dan memanggil Rui "mama". Pasti rumahnya tak akan sepi seperti ini. Wanita itu mengelus perutnya, sekarang seolah tak ada tanda kehidupan apapun di sana, tapi nanti beberapa bulan perutnya akan membesar dan ... Ah! Rui tak bisa melanjutkannya, ia terlalu bahagia dan rasanya ingin Mark mengetahui ini sesegera mungkin.

Tadi pagi ia merasa badannya terasa aneh dan ia juga melihat tanggal merahnya sudah lewat beberapa hari. Rui langsung mencoba testpack dan hasilnya garis dua. Positif. Mengingat itu saja membuat senyum Rui mengembang. Bahagia, sampai-sampai kepalanya yang tadi pusing kini tak terasa lagi. Sayangnya Mark sudah berangkat kerja tadi jadinya ia belum tahu berita baik ini, dengan Rui tak ingin mengatakannya di telepon, ia ingin bicara langsung pada Mark perihal ini.

Rui menghembuskan napasnya lelah ketika melihat jam yang masih pukul 10 pagi. Masih lama hingga jam makan siang, itupun kalau Mark akan pulang untuk makan siang, jika tidak Rui harus menunggu hingga sore atau bahkan malam tergantung Mark.

Rui menggeleng, ia tak akan tahan. Lantas, ponsel di atas nakas dan langsung menekan tombol memanggil di kontak atas nama "Mark♥"

"Kapan pulang?" serobot Rui ketika panggilan tersambung bahkan sebelum Mark menyapa.

Terdengar helaan napas dari seberang telepon, entah bagaimana raut wajah Mark sekarang tapi Rui membayangkan wajah datar namun tampan sedang Mark tampilkan.

[Aku baru berangkat setengah jam lalu ...]

Rui cemberut mendengar jawaban di seberang sana. "Aku ingin ketemu, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Rui.

[Katakan saja ditelepon, kan bisa?]

"Tidak, ini sangat penting dan aku ingin kamu mendengarnya langsung ...," ucap Rui  lirih dan berharap. Tidak ada balasan apapun dalam beberapa waktu kemudian hingga kemudian Mark mengucapkan kalimat yang membuat Rui sumringah.

[Aku akan pulang saat jam makan siang, sampai jumpa nanti Sayang.]

Panggilan pun berakhir. Rui langsung berdiri dan bersemangat menuju dapur. Jam makan siang mungkin akan terasa lama jika Rui duduk diam saja untuk menunggu, tapi pasti akan terasa cepat ketika ia bersiap untuk memasak banyak makanan bukan?

"Masak yang banyaaak!" seru Rui kesenangan sendiri. Tanpa tahu Mark sedang berusaha menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam makan siang.

Mungkin karena rasa rindu yang membludak atau rasa semangat ingin memberitahukan Mark berita baik, Rui jadi ingin terus menerus memeluk Mark dengan erat.

"Jadi, kamu memintaku untuk cepat pulang hanya karena ingin memelukku begini, hm?" tanya Mark.

"Hehe," Rui tertawa kecil sembari melepaskan pelukannya pada Mark.

"Maaf, aku tidak tau kenapa melihatmu bisa sebahagia ini," ucap Rui menatap Mark penuh cinta.

"Iya," ucap Mark. Ia tersenyum dan melayangkan satu kecupan di kening Rui.

"Ayo masuk! Aku sudah masak banyak!" seru Rui.

"Hm? Siapa yang akan menghabiskannya?" canda Mark.

"Hm HM tentu saja aku!" seru Rui.

Rui benar-benar banyak masak seperti yang wanita itu bilang. Biasanya Rui hanya menghidangkan dua sampai tiga jenis lauk di atas meja namun kini mungkin ada enam atau justru lebih? Entahlah, Mark bahkan sampai geleng-geleng kepala. Meski kehidupan mereka bisa dibilang mewah, tapi soal makanan mereka lebih suka sederhana.

"Kamu yakin menghabiskan semuanya?" tanya Mark.

"Tentu! Aku sedang senang sekarang!" jawab Rui tersenyum yakin.

Melihat senyum Rui, Mark ikut tertular, ia juga tersenyum sembari mengambil sendok dari tempatnya. "Baiklah, ayo makan," ucap Mark.

"Nah jadi, apa yang ingin kamu sampaikan padaku, sampai-sampai kau sebahagia ini?" tanya Mark.

Karena terlalu fokus pada makanan ia jadi lupa menanyakan hal apa yang ingin Rui sampaikan padanya. Rui yang sedang mengunyah makanannya mengambil gelas dan meneguk airnya. "Sebentar, habiskan makanannya dulu," ucap Rui. Mark mengangguk, ia juga menghabiskan suapan terakhir pada makanan di piringnya.

"Aku ... hamil," ucap Rui. Ia ingin menunjukkan testpack nya namun karena ia masih makan, wanita itu hanya mengucapkannya. Mark membeku.

"A-apa?" tanya Mark. Entah pendengaran nya rusak atau Rui bicara tidak jelas. Mark merasa apa yang Rui katakan terdengar mustahil untuk sekarang.

"Aku hamil anak kamu Sayang," ulang Rui.

Mark menyentuh kepalanya, menggaruknya entah kenapa padahal ia tidak merasa gatal. 'Tunggu Mark! Kamu ngapain sih!?' bahkan otak dan pikirannya mulai tak seimbang.

Rui yang melihat tingkah Mark mengulum senyum, wanita itu kemudian minum untuk mengusaikan makannya.

"Kita berhasil." Rui tersenyum, menatap mata Mark yang menatapnya. "Kita akan segera punya anak," lanjut Rui. Rui bangkit dari duduknya dan mendekati Mark.

Ah tidak hanya mendekati, tapi Rui mencoba untuk duduk di pangkuan Mark. Pria itu masih diam, dan menurut Rui itu terlihat lucu, terkadang Mark seperti seorang pria polos tapi juga bisa berubah liar. Rui tertawa kecil.

"Kamu tak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Rui.

Mark masih diam namun hanya sebentar sebelum kemudian ia memeluk erat Rui. Rui membalasnya karena ia juga sangat menginginkannya.

"Sungguhan kan?" tanya Mark. Rui berdehem dan mengangguk.

"Kamu tidak bercanda kan?" tanyanya lagi. Kali ini Rui terkekeh dan kembali mengangguk.

Rui merasakan pelukan Mark makin erat.

"Terima kasih, Sayang," ucapnya.

Rui mengusap sayang kepala Mark ketika menyadari bahunya terasa basah. Wanita itu tersenyum dan mengeratkan pelukannya.

Pasti pria ini bahagia sekali, Mark tak berbeda dengannya yang juga sudah mendamba memiliki buah hati. Suasana haru memenuhi ruang, entah berapa lama keduanya saling berpelukan, dengan keduanya tak ingin mengusaikan suasana nyaman itu entah sampai kapan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro