Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10:

Tentang cinta. Mereka membawa rasa bahagia yang menakutkan. Contohnya takut kehilangan.
Mereka juga membawa rasa manis yang mematikan. Satu kalimat pisah saja tak berbeda dengan satu tikaman yang menyakitkan.

Nyatanya kebanyakan yang membawa candu adalah racun. Tak terkecuali cinta, justru cinta lah racun yang paling mematikan.

Darah, luka dan merah.  Adalah hal-hal yang membuat Rui sesak, kesulitan bernapas.
Mark terbaring dengan darah yang menggenang, anyirnya membuat Rui menutup mulutnya dan tangis karena melihat yang terkasih dalam kondisi begitu berhasil membuat Rui lemas dan menangis. Laksana petir di siang yang membuat Rui merasa dunia sudah kiamat.

"K-kenapa ...." Rui meringis, hatinya teriris. Tiap luka yang tergores berdampak balik ke tubuh Rui yang melihatnya, Rui tidak bisa melanjutkan ucapannya hingga siluet seseorang mendatanginya.

"Kau?" Rui terperangah melihat ke arah siluet yang datang, manik merah yang redup dengan surai sebahunya yang hitam legam---itu dirinya. Namun bukan itu yang membuat Rui terkejut tapi tangan yang mengarahkan pisau ke arah Rui yang menangis sekarang.

Hingga akhirnya Rui tersadar, segala syok serta mati rasa yang Rui rasakan ternyata semuanya tak lebih dari mimpi. Darah, luka dan merah itu semuanya hanya mimpi, bunga tidur.

Deg, deg, deg ... Suara degup jantung mendobrak-dobrak rusuk mengalihkan seluruh dunia Rui, tangis tak lagi hanya dalam mimpi tapi masuk ke dunia nyata. Mimpi buruk. Rui tak suka itu, karenanya wanita 25 tahun itu lemas dan ketakutan sekarang.

"Mark ...." Rui lekas-lekas bangun dari posisi tidurnya ketika mendengar suara langkah yang datang. Sepertinya Mark sudah pulang walau Rui tak tahu kini jam berapa, wanita itu bangkit dari tempat tidur dan melangkah pelan keluar dari kamarnya, menyambut kedatangan Mark walau sepertinya agak terlambat.

Baru saja membuka pintu kamar, Mark sudah ada di hadapannya. Rui tersenyum meringis. "Mark, maaf aku ketiduran ...," ucap Rui mengusap matanya. Wanita itu merasa bersalah karena tidak menyambut kedatangan suaminya dengan baik.

Pria itu hanya tersenyum maklum. Mark ingin mengelus rambut Rui namun menyerngit karena melihat wajah Rui yang sembab---seperti habis menangis sehingga tangan Mark mendarat ke pipi Rui mengelusnya yang ternyata memang agak basah.

"Kamu habis menangis?" tanya Mark yang membuat Rui teringat kembali pada mimpinya.

Rui mengangguk dan langsung menerjang memeluk Mark. "Aku mimpi buruk," lirih Rui takut.

Mark berdehem dan mengelus rambut Rui. "Tak apa, hanya mimpi," ucapnya lembut berusaha menenangkan. Rui merespon dengan mengangguk, ia berusaha untuk tak terpengaruh oleh mimpi buruknya itu.

Waktu kemudian berlalu, masih diposisi yang sama, Mark mulai merasa lelah karena. "Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Mark alhasil.

Rui menggeleng. "B-belum ... aku bahkan belum masak." Rui cemberut merasa bersalah, sudahlah tak menyambut, tidak menyiapkan makan siang pula untuk suami, Rui merutuki diri, merasa tak becus menjadi istri.

"Tak apa ... aku sudah menduga kamu tidur jadi tak sempat bikin makan siang," ucap Mark. Toh ini karenanya, jadi tak masalah malahan Mark yang harusnya minta maaf karena sudah membuat istri tersayang kesulitan beraktivitas.

"Aku beli makanan tadi, mau makan di kamar atau dapur? Makanannya ku letakkan di atas meja sih tadi," Lanjut Mark kemudian, Rui berbinar karenanya tapi juga bertanya-tanya Mark membeli makanan apa. "Kesukaanmu, mi goreng." Dan lanjutan ini membuat Rui makin berbinar.

"Ayo makan di dapur," ucap Rui.

____

"Entah kenapa aku tidak bisa percaya lagi dengan anggota inti Arionist ..."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro