Chapter 22
Icha : Ha-halo semua...
Akashi : Lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu? :)) *asah gunting*
Icha : *Kabur*
All : Woy jangan lari!!
Kuroko : Minna-san, selagi kalian menunggu sang author tertangkap, silahkan menikmati cerita di bawah ini...
---------------------------
Setelah hari dimana [Name] bilang akan pergi ke Amerika, suasana di antara [Name] dan Kisedai terasa canggung. Bahkan ketika mereka berkumpul bersama hanya keheningan yang ada atau mereka lebih memilih berlama-lama di kamar masing-masing.
Melihat itu [Name] menjadi murung, ia takut apapun yang ia katakan akan memperburuk suasana, jadi ia hanya diam saja.
"[Name]-chan, kau tidak apa-apa?" tanya Momoi.
[Name] mengangguk pelan, pandangannya tak lepas dari cangkir kopi yang ada di tangannya.Saat ini [Name] dan Momoi sedang berada di sebuah kafe.
"Wajahmu mengatakan sebaliknya, kau tidak baik-baik saja."
"Aku harus bagaimana Satsuki-chan?"
"Sebenarnya aku juga sedih ketika mendengar kau akan pergi ke Amerika. Tapi sebagai sahabatmu aku hanya bisa mendukungmu, yang penting itu terbaik untukmu."
"Aku merasa semakin bersalah..."
"Sudahlah, tak apa... Nanti aku akan membantumu bicara dengan mereka. Nah! Ayo senyum! Murung terus-menerus tidak menyelesaikan masalah."
[Name] beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Momoi, "Terima kasih Satsuki-chan! Kau memang sahabatku yang paling baik!"
"Iya,iya," Momoi balas memeluk [Name].
Setelah itu [Name] dan Momoi mengabiskan waktu mereka di kafe dengan obrolan panjang hingga sore.
.
"Tadaima Sei," ujar [Name] ketika melihat Akashi sedang duduk-duduk di teras rumah.
"Okaeri [Name]. Bagaimana jalan-jalannya?"
"Ya, lumayan menyenangkan."
[Name] ikut duduk di sebelah Akashi, mereka berduapun saling diam dan memilih menatap langit sore.
"Sei-kun."
"Ya?"
"Apa mereka masih tidak ingin bicara denganku?"
"Tidak apa-apa, nanti mereka akan kembali seperti biasanya. Mereka hanya butuh waktu."
"Aku mengerti."
"[Name]..."
Belum sempat [Name] membalas panggilan Akashi, tiba-tiba ia sudah dalam pelukan Akashi.
"Sei-kun?"
"Bisa kita begini sebentar?" Akashi mengeratkan pelukannya sedikit.
"Oke..." [Name] memeluk balik Akashi. "Kurasa tidak masalah."
Alasan dibalik Akashi memeluk [Name] karena Akashi tidak ingin [Name] melihat wajahnya yang tengah bersedih. Akashi benar-benar tidak ingin [Name] pergi, tapi ia merasa tidak berdaya untuk mengatakannya. Ah, Akashi jadi ingin menangis. Mengapa akhir-akhir ini Akashi gampang sekali untuk menangis?
Sepertinya [Name] menyadari Akashi sedang mati-matian menahan tangisnya.
"Sei-kun, terima kasih. Tak apa, kau bisa melepaskan semuanya."
Bahu Akashi mulai bergetar diikuti dengan isakan kecil yang keluar dari mulutnya. Bahu [Name] juga mulai terasa basah.[Name] tersenyum, namun tak lama kemudian air mata juga mengalir di pipinya.
Untuk pertama kalinya, Akashi menangis di depan [Name].
'Kau sudah berusaha dengan baik, Sei.'
.
"Sudah merasa lebih baik Sei?"
Akashi mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu bisa lepaskan pelukanmu sekarang? Agak gerah nih hehe..."
Akashi melepaskan pelukannya dan segera memalingkan wajahnya dari [Name] dan menutupnya menggunakan kedua tangannya.
"Kenapa Sei?"
"Wajahku sedang terlihat kacau, jangan dilihat, aku malu."
[Name] tertawa terbahak-bahak, "Apa-apaan ini? Seperti bukan dirimu saja Sei."
Akashi semakin menundukkan kepalanya dan kedua tangannya masih setia menutupi wajahnya yang semakin memerah.
[Name] memindahkan posisinya menghadap Akashi, kedua tangannya menarik tangan Akashi yang masih setia menutupi wajahnya.
"Wajahmu benar-benar kacau Sei, hahahahaha..." [Name] kembali tertawa terbahak-bahak.
Akashi menundukkan wajahnya malu.
"Hei sei-kun, lihat aku," pinta [Name]. Dengan perlahan Akashi menatap [Name].
"Wajahku juga kacau, lihat?" ujar [Name] sambil tersenyum.
Akashi memperhatikan wajah [Name] dan ia baru menyadari wajah [Name] sama kacaunya dengan Akashi.
"Benar-benar kacau," lirih Akashi sambil terkekeh pelan.
Semoga masalah ini cepat berakhir...
.
.
.
Aomine : Lapor kapten, sang tersangka telah berhasil di tangkap dan diikat.
Akashi : Saa... Saatnya introgasi :))
Icha : Lepasinnn!
Aomine : Jawab dulu pertanyaan kami!
Murasakibara : Icha-chin pergi kemana aja?
Kise : Kenapa lama nggak update ssu! Dan kenapa aku nggak muncul di chapter ini?! Nanti pembaca pada kangen denganku ssu!
Akashi : Jelaskan kenapa aku OOC di chapter ini.
Kuroko : Icha-san, capther kali ini terlalu pendek
Icha : HAI' STOP STOP STOP! Tanyanya satu-satu plis :((
Icha : Oke, Icha jawab ya... Pertama, Icha lama ga update gara-gara terkena writer block makanya chapter kali ini juga pendek. Gomenasai reader-sama :((
Kedua, Kise, ga usah banyak protes. Soalnya Icha udah janji sama Akashi bikin scene berdua sama [Name] doang.
Akashi : *senyum bangga*
Kise : Hidoiiii-ssu :((
Icha : Untuk Akashi, maaf membuatmu OOC, ampuni hamba...
Icha : Sudah terjawab semua kan? Sekarang tolong lepasin ikatannya dong...
All : *Tinggalin Icha yang masih keiket di kursi*
Icha : EHHHHHH?! JANGAN TINGGALIN ICHA! INI GIMANA LEPASIN TALINYA?!
Icha : *pasrah* Oke reader-sama sekalian, terima kasih sudah menunggu book ini update :') Icha akan berusaha update secepatnya. Terima kasih juga bagi para readers yang sudah membaca book ini serta memberi vote dan comment. Terima kasih juga kepada reader sekalian yang memberi semangat, Icha terharu loh :'D
Jaa nee~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro