Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19

"Baiklah, sekarang kita mau kemana?" tanya Momoi sambil memegang peta.

"Ke Nishiki Ichiba saja, di sana banyak makanan enak," yah kalian pasti tahu siapa yang  berbicara. Yap, Murasakibara.

"Boleh, biasanya di sana banyak cewek Maiko yang cantik-cantik dan beropp--" ucapan si hentai Aomine terhenti ketika gunting Akashi telah terarah kepadanya.

"Lanjutkan perkataanmu dan guntingku siap meluncur menuju wajahmu."

"Saran Murasakibara lebih baik daripada saranmu, Ahomine hentai," sindir Kagami.

"Cih, diamlah Bakagami."

"Sama-sama bodoh tidak usah saling ngatain," ujar Kuroko. "Bagaimana kalau Kuil Kitano Tenmangu saja? Aku kasihan kepada mereka berdua, siapa tahu jika kita berkunjung kesana otak mereka berdua lebih berisi dan tidak memikirkan basket saja maupun Mai-chan."

[A/N : Kuil Kitano Tenmangu tempat pemujaan dewa pendidikan, “Sugawara no Michizane”]

Kagami dan Aomine tertohok, [Name] Momoi dan Kise mati-matian menahan tawa.

"Boleh juga, di sekitar kuil itu juga ada ornamen patung sapi yang jika kalian mengusapnya, kalian akan mendapatkan beruntung nanodayo. Aku mau berkunjung kesana."

"Midorima-cchi sama saja ssu 030."

"Uruse nanodayo!"

"Oke, Nishiki Ichiba, Kuil Kitano Tenmangu, ada lagi?" ujar [Name] sambil menulis sesuatu di buku catatannya.

"Kuil Kiyomizudera ssu! Pasti pemandangannya indah!"

"Ayo ke Toei Kyoto Studio juga!" ajak Momoi.

[Name] manggut-manggut sambil mencatat, "Baiklah, ayo berangkat!"

"OU!" Momoi dan Kise berseru senang.

-Kuil Kitano Tenmangu-

Mereka bersembilan berkeliling kuil sambil sesekali berfoto. Tentu saja mereka tidak lupa untuk berdoa di sana.

"Are? [Name]-cchi dan Momo-cchi dimana ssu? Aku tidak melihatnya," tanya Kise.

"Katanya mereka ada urusan sebentar," jawab Kuroko.

Sekarang hanya tinggal para Kisedai juga Kagami, mereka sedang berada di tempat ornemen patung sapi yang ada di sekitar kuil Kitano Tenmangu setelah berdoa di kuil tadi.

"Minna! Maaf menunggu lama ya!" seru Momoi sambil melambaikan tangannya dari kejauhan, diikuti [Name].

"Kalian darimana?" tanya Kagami setelah mereka berdua telah sampai.

Momoi dan [Name] tersenyum, mereka berdua mengeluarkan sesuatu dari tas mereka.

"Jreng jreng!"

"Ji-jimat?"

Momoi dan [Name] mengangguk berasamaan.

"Sebentar lagi kita sudah kelas tiga dan tentu saja nanti kita akan disibukkan dengan ujian. Jadi kami meminta dibuatkan jimat kepada pendeta kuil," jelas [Name].

"Untung saja pendeta kuil mau membuatkannya. Apalagi kami sedikit khawatir kepada Kagamin dan Dai-chan," sambung Momoi.

Momoi memberikan jimat yang dipegannya kepada Kagami,"Nah, ini untuk Kagamin."

"A-ah, terima kasih," Kagami menerima jimat pemberian Momoi.

"Ini untuk Daiki-kun," [Name] memberikan jimat yang dipegannya kepada Aomine.

"Terima kasih," ujar Aomine pelan. Ia menerima jimat dari [Name] sambil menunduk, pandangannya dialihkan dan terdapat semburat merah tipis di pipinya.

'Idih sok malu-malu padahal mau,' gerutu Kuroko dalam hati sambil menahan diri agar tidak menabok wajah Aomine yang menurutnya menyebalkan.

Ah, sepertinya bukan Kuroko saja yang berpikir wajah Aomine menyebalkan, empat anggota Kisedai juga satu pikiran dengan Kuroko.

'Ingin kumakan dia.'

'Idih... Aomine-cchi sok ssu!'

'Awas kau akan kena guntingku sebentar lagi.'

'Apa sebaiknya kulempar lucky itemku ke kepalanya nanodayo?'

Eits, sabar Midorima, kalau kau melemparkan lucky itemmu kepada Aomine kepalanya bisa bocor. Letakkan batu itu kembali ke tasmu oke?

"Ah, ini untuk kalian juga," [Name] juga memberi jimat kepada Kuroko, Akashi, Kise, Midorima, serta Murasakibara.

Mereka berlima mengurungkan niatnya masing-masing.

Aomine, nyawamu terselamatkan.

"Terima kasih."

"Kami juga punya loh!" Momoi menunjukkan jimat miliknya, [Name] juga.

"Nah, ayo kita berjuang bersama ya!" ujar [Name]. Semuanya mengangguk.

"Baiklah, ayo lanjutkan perjalanannya," ujar Akashi.

-Kuil Kiyomizudera-

"Ayo berfoto bersama ssu!"

"OU!"

[Name] dan Momoi segera merapat ke Kise yang telah bersiap untuk selfie, begitu juga yang lainnya. Walaupun ada yang memasang wajah ogah-ogahan padahal mau.

Mereka bersembilan berkeliling bersama dan lebih sering berhenti untuk berfoto karena pemandangannya sangat indah.

"Hm? [Name]-san? Momoi-san?" Kuroko baru menyadari [Name] dan Momoi tidak ada bersama mereka.

"Are? Ada apa lagi?" tanya Murasakibara.

"[Name]-san dan Momoi-san tidak ada bersama kita."

"HAH/EH?!"

"Kalian jangan berisik, pengunjung lain jadi memperhatikan kita," tegur Akashi.

"Ma-maaf."

"Ttaku, kemana lagi mereka berdua?" gerutu Aomine.

"Aku sudah berusaha menghubungi mereka berdua tapi tidak ada jawaban," ujar Kagami.

"Sepertinya kita terpisah, mencari mereka berdua sambil bergerombol begini bukan ide yang bagus. Sebaiknya kita berpencar nanodayo."

"Ide bagus, tempat ini terlalu ramai dan luas. Baiklah, berpencar sekarang dan beri kabar lewat telepon jika terjadi sesuatu."

Setelah mendengar instruksi Akashi, mereka segera berpencar mencari [Name] dan Momoi.

"Tetsuya, bagaimana?" tanya Akashi kepada Kuroko, kebetulan mereka bertemu di tempat yang agak sepi . Kuroko menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Hei, jangan melawan, ikut saja kami."

"Tidak mau! Lepaskan kami!"

Akashi dan Kuroko saling  berpandangan karena mendengar suara yang familiar ditelinga mereka, "[Name]/-san!"

"Ayo Tetsuya! Jangan lupa hubungi yang lainnya juga!"

Kuroko berlari mengikuti Akashi setelah menghubungi temannya yang lain menuju sumber suara.

Setelah sampai di asal suara, Kuroko dan Akashi melihat lima orang laki-laki mengepung [Name] dan Momoi. [Name] menatap kelima laki-laki tersebut dengan garang, sedangkan Momoi bersembunyi di balik punggung [Name] karena ketakutan.

"Oya Oya, apa yang terjadi di sini?"

Kelima laki-laki tersebut menoleh ke arah Akashi.

"Bukan urusan kalian!" ujar laki-laki 1.

"Sebaiknya kalian pergi jika ingin selamat," ujar laki-laki 3.

SRAT!

Laki-laki 3 mematung, pipinya mengeluarkan sedikit darah.

"Seharusnya kalian yang pergi dari sini," ujar Akashi menyeringai, tangannya telah memegang gunting keduanya. "Saa...Siapa lagi korbannya kali ini?"

[Name] dan Momoi segera berpindah dan berlindung di balik Kuroko.

"HAH?! KAU PIKIR AKU TAKUT DENGAN MAINAN SEPERTI ITU?!" gertak laki-laki 5, ia memiliki badan yang paling besar.

DUAKK!

Sebuah batu mendarat di sebelah laki-laki 5, ukurannya tidak besar sih, hanya saja jika terkena kepala mungkin korban bisa masuk rumah sakit.

"Sayang sekali meleset nanodayo. Akan kucoba sekali lagi, kali ini tidak akan meleset," ujar sang pelaku pelemparan. Di tangannya terdapat batu yang lebih besar lagi.

"Oi Oi Midorima-cchi, kau bisa membuat mereka mati ssu," ujar Kise dengan santai.

"Kalau mereka mati, buang saja mayatnya ke jurang, dekat sini ada jurang kan?" ujar Aomine malas sambil meletakkan kelingkingnya di telinganya.

"Ide bagus," ujar Kagami yang sedang menyiapkan tinjunya sambil menyeringai.

"Aku ingin menghancurkan mereka~"

Mereka berlima segera menghampiri tempat Akashi dan kelima laki-laki tersebut dengan aura mengintimidasi.

"Saa... Ada kata-terakhir?"

Laki-laki 2 dan 4 segera berlari terbirit-birit meninggalkan ketiga temannya.

"Baiklah kita mu--"

"AMPUNI KAMI!" ketiga laki-laki tersebut segera kabur.

Kuroko, Momoi dan [Name] hanya terbengong-bengong menatap kejadian di depan mata mereka.

"Cih," keenam laki-laki berdecih.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Kuroko.

"Ya, kami tidak apa-apa," ujar [Name].

"Terima kasih," sambung Momoi.

"Aku masih kesal karena lemparanku meleset."

"Sudahlah Midorima-cchi," ujar Kise sweatdrop.

"Minna, arigatou!"

"Syukurlah kalian baik-baik saja," ujar Akashi.

"[Name], Momoi, apa kalian terluka?" tanya Kagami khawatir.

[Name] dan Momoi tersenyum, "Tidak, maaf membuat khawatir."

"Bisa jelaskan apa yang terjadi?"

"Kami berdua tiba-tiba ditarik oleh mereka dan dibawa ke sini. Kami sudah memberontak, sayangnya masih kalah," jelas [Name].

"Yah, karena juga terlalu ramai jadi kami tidak bisa memanggil kalian tadi," tambah Momoi.

"Maafkan kami ssu, kami lengah."

"Tidak apa-apa, yang penting kalian sudah menolong kami kan? Terima kasih," ujar [Name] diikuti anggukan Momoi.

"Baiklah, ayo lanjutkan perjalanannya," ujar Aomine.

-Nishiki Ichiba-

"Wahhh sepertinya enak! Satsuki-chan, Atsushi-kun, ayo kita makan di sini!"

"Boleh juga, ayo!"

"Ou~"

Sepertinya [Name] dan Momoi sangat menikmati perjalanan mereka. Semangat mereka tidak ada habisnya, apalagi ketika mereka dihadapkan dengan makanan yang manis membuat semangat mereka tambah naik, termasuk Murasakibara.

Mereka bersembilan menikmati makanan mereka, menu yang enak juga tidak terlewatkan.

"Daiki," ujar Akashi dingin.

Aomine terlonjak, ketahuan bahwa ia sedari tadi memperhatikan para Maiko yang lewat.

-Toei Kyoto Studio-

"Anoo... Kenapa kita harus memakai ini?" ujar Kuroko sambil memandang baju samurai yang melekat di badannya.

"Bagus kan? Kita bisa berkeliling dan berfoto dengan baju ini! Pasti hasil fotonya akan lebih bagus!" jawab Momoi semangat.

"Bukan ide buruk," puji Akashi, sepertinya ia menikmatinya.

"Tapi kenapa kalian pakai baju samurai juga? Kan ada pakaian perempuan lainnya," tanya Kagami.

"Hanya ingin saja, ne Satsuki-chan?"

Momoi mengangguk,"Un!"

"Saa ayo keliling ssu!"

Mereka kembali berkeliling sambil sesekali berhenti untuk berfoto, berbagai pose telah mereka coba. Kostum yang mereka pakai sangat serasi dengan tempat yang mereka kunjungi. Banyak sekali tempat tempat yang sangat bagus, rumah tradisional bahkan pemandangannya seperti zaman dahulu.

Setelah puas berfoto, mereka mengganti kostum mereka dan pergi ke teater 3D 360 derajat, lalu mencoba labirin ninja.

"Yosh! Ayo kita bentuk tim~ Tim yang bisa keluar dari labirin ini dengan waktu yang paling sedikit, mereka yang menang, dan yang kalah akan masuk ke rumah hantu!"

Wajah Kise, Kagami, dan Aomine memucat.

"Eh?! Seriusan ssu? Nggak mau ssu!" tolak Kise.

"Baiklah ayo bagi tim nanodayo."

"Midorima! Kenapa?!"

"Yosh~"

Pembagian tim :
Kuroko -  Murasakibara 
Akashi - [Name]
Midorima - Momoi
Aomine - Kagami - Kise

Ah, trio baka satu tim. Kenapa Kise termasuk? Yah sebenarnya Kise itu bodoh hanya saja nilai ujiannya selalu bagus karena fansnya dengan dengan hati memberikan contekan.

"KENAPA?!" jerit Kagami.

"Nggak mau ssu!"

"Tukar tim!" seru Aomine tidak terima.

"Kita sudah mengundinnya Aomine-kun, jadi ini sudah adil."

"NGGAK ADIL SAMA SEKALI!"

"Pokonya nggak mau ssu!"

"Undi lagi!"

"Baiklah, ayo kita coba lagi," putus Akashi.

Pembagian tim [Setelah mencoba tiga kali]:
[Name] - Kuroko
Akashi - Momoi
Murasakibara - Midorima
Aomine - Kagami - Kise

"KENAPA/SSU?!"

"Kita sudah mencobanya tiga kali," ujar Murasakibara.

"Dan kalian selalu satu tim," sambung [Name].

Sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak kepada mereka bertiga.

"Baiklah, kita tidak boleh kalah! Mengerti?" ujar Aomine.

Kise dan Kagami mengangguk semangat.

'Pokonya harus menang/ssu! Aku tidak mau masuk rumah hantu/ssu!'

"Baiklah, ayo mulai."

Mereka segera memasuki labirin secara bergantian.

Hasil akhir :
[Name] - Kuroko : 20 menit
Akashi - Momoi : 10 menit
Murasakibara - Midorima : 15 menit
Aomine - Kagami - Kise : 45 menit

"Nah, kalian bertiga masuk rumah hantu," ujar Momoi.

"Sudah kubilang tadi ke kanan kan?! Kau tidak percaya!"

"Mana aku tahu Bakagami!"

"Seharusnya Aomine-cchi ikut kata Kagami-cchi ssu!"

"Kau juga Kise! Kubilang tadi lurus saja kan?! Kenapa malah ke kanan?!"

"Tapi akhirnya Kagami-cchi ikut ke kanan juga kan?!"

"Sudah kalian tidak usah bertengkar dan cepat masuk sana!" ujar Akashi absolut.

Kagami, Aomine, dan Kise sudah pasrah.

Mari kita berdoa untuk keselamatan mereka.

Kenapa?

Karena katanya rumah hantu di Toei Kyoto Studio adalah yang paling seram se-Jepang.

Siap? Berdoa dimulai...





"GYAAAAHHHHH!"





*Pippppp*

Scene dalam rumah hantu dilewati karena terlalu tragis untuk diceritakan//Halah!

.

Kise pingsan, Aomine dan Kagami lemas dan sangat pucat.

"Oi...Daijobu ka...?" [Name] menusuk-nusuk pipi Kise dengan telunjuknya.

Perlahan Kise sadar, "[Name]-cchi?  Huweeee... [Name]-cchiiii...Seram ssu! Di dalam sana seram ssu! Kalian jahat... Huweeee..."

Kise terus menangis sambil memeluk [Name], [Name] menepuk-nepuk punggung Kise, "Ma~ma~ Ryouta-kun, daijobu, kamu sudah di luar. Gomen ne, kami sepertinya keterlaluan."

"Huweeee...U-um...," Kise melepaskan pelukannya dan mulai berhenti menangis.

"Cengeng," ejek Kuroko.

Kise bersiap menangis lagi, tapi [Name] menghentikannya.

"A-aku masih tidak bisa berdiri," ujar Kagami diikuti anggukan Aomine.

"Ttaku!" Midorima merangkul tubuh Kagami dan membantunya berdiri. "Kita istirahat dulu nanodayo," lanjutnya sambil menuntun Kagami menuju kursi taman.

Murasakibara juga membantu Aomine berdiri dan menuntunnya. Kise sudah mulai tenang, dan ia berjalan sambil digandeng [Name].

[Name] tidak keberatan, tetapi anggota Kisedai lainnya yang keberatan.

Mereka pun beristirahat sebelum pulang kerumah.

Dan perjalanan hari ini pun selesai...

.

.

.

Hai minna-san! Hisashiburi!

Akashi : Kenapa lama nggak update? *Ckris *Ckris

A-ampun...

Kuroko : Icha-san asyik maraton anime

Kise : Eh?! Icha-cchi telah menelantarkan kita ssu!

Bu-bukan gitu... Icha kena writer block jadinya Icha lama updatenya. Huweeee... Gomen reader-san T~T

Dan sepertinya gaya menulis Icha jadi berubah. Gomen kalau kalian tidak nyaman, semoga kalian suka chapter kali ini ya...

Oh iya, ToD menyusul oke?

Saa... Terima kasih bagi kalian yang menunggu cerita ini ya. Terima kasih juga yang sudah vote, comment dan memasukkan book ini ke reading list kalian. :')

Jaa nee...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro