Rambut (Modern AU)
Rayne berjalan gontai menuju sofa, matanya yang sudah setengah tertutup melihat Delisaster sedang duduk di sofa sambil nonton televisi. Tempatnya untuk beristirahat sudah ditemukan.
"Delisa."
Saat namanya dipanggil, Delisa menoleh ke Rayne. "Selamat datang ke rumah."
Makin dekat Rayne dengan Delisaster bau asap roko yang menusuk hidung tercium makin jelas, wajah lelahnya itu seketika bercampur dengan kesal. Rayne tidak suka dengan bau ini.
Saat sudah dekat dengan sofa, lutut kirinya naik ke sofa, badannya dicondongkan ke depan, wajahnya sangat dekat dengan wajah Delisaster. "Delisa," Rayne memanggilnya lagi, kali ini dengan nada kesal, "sudah kubilang aku benci dengan benda ini," katanya seraya mengambil batang rokok yang masih panjang dari tangan Delisaster, mematikan api rokok di asbak.
"Pulang-pulang udah marah-marah aja."
"Mending tutup mulutmu dan biarkan aku istirahat."
Dengan sisa tenaga, Rayne memukul kedua kaki Delisaster agar kakinya itu turun ke bawah, habis itu menaruh kepalanya di paha Delisaster.
"Kalo mau tidur di kamar."
Raybe diam, dalam posisi tiduran telentang ini, pandangannya lurus ke atas, tepatnya melihat wajah Delisaster.
"Kenapa kamu ngeliat aku kaya gitu?"
"Aku berpikir kamu cantik."
Kata-kata itu berhasil mebuat wajah Delisaster memerah. "Ja--jangan bercanda."
"Aku serius, terus rambut kamu juga, aku suka dengan rambutmu." Rayne mengatakan itu dengan ekspresi datar, nada bicaranya pun sama, lalu tangan tangannya meraih beberapa helai rambut panjang Delisaster yang terurai.
Helai rambut emas yang sangat disukainya ia cium.
"Wanginya enak sekali, kamu pakai sampo yang kubelikan waktu itu?"
"I ... iya," balasnya sembari memalingkan wajah.
"Wanginya sangat cocok denganmu, citrus."
"Berisik, berhenti bicara dan tidur."
"Rambut kamu juga kan kuning, ga ada bedanya sama punya aku."
"Rambutku pendek, terus aku lebih suka rambut Delisa yang panjang, aku suka rambutmu saat diurai."
"Kalo gitu besok aku iket rambutnya biar kamu gak suka."
"Kamu mau memamerkan tanda merah di lehermu itu ke orang-orang?"
Delisaster langsung memegang tengkuknnya. "Di--DIAM!"
"Lebih baik orang-orang bisa melihatnya biar mereka tau, kamu milikku."
Wajah Delisaster merah padam, tidak menyangka kalau Rayne saat sedang mengantuk meracaunya lebih parah dari orang mabuk. Sehabis itu pembicaraan selesai, Rayne merubah posisinya jadi menghadap ke kanan, menenggelamkan wajahnya ke perut Delisaster, kedua tangannya melingkar di pinggang Delisaster.
"Selamat tidur, Delisa."
"Selamat tidur."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro