Anak Pertama (MPREG)
Hari ini adalah kelahiran anak pertamanya, Rayne yang mengetahui kabar persalinan dari Meliadoul segera menuju klinik untuk mengecek keadaan istrinya, Rayne semalam kerja lembur dan tidak bisa menemani istrinya melahirkan, istrinya sendiri yang menyuruh Rayne tetap fokus pada pekerjaannya.
"Delisa."
"Ya, majime-kun, kenapa mukamu pucat begitu?"
Masuk ke ruangan Rayne diperlihatkan pemandangan yang membuatnya haru, sebuah perasaan lega muncul di hatinya, selama ia bekerja yang dirasakannya adalah gelisah, panik dan takut bercampur jadi satu, ia ingin sekali berada di samping istrinya namun tidak bisa.
Tanpa mengatakan apapun Rayne mendekap erat istrinya, Delisaster sendiri kebingungan dipeluk oleh Rayne.
"Ada apa?"
Rayne masih tidak mengatakan apapun.
"Bayinya perempuan, mirip kaya kamu, rambutnya kuning dan hitam ... sehat," Delisaster menjeda perkataannya, Rayne masih belum berkata apa-apa, masih memeluknya, sekelebat teringat kembali cerita semasa kecil Rayne, mungkin karena itu juga Rayne bertingkah aneh, "majime-kun?"
"Maaf mengganggu, aku membawa bayinya." Meliadoul masuk ke ruangan sambil menggendong bayi perempuan berbalut kain putih, rambutnya masih tipis, warnanya kuning-hitam, wajahnya manis dan memiliki mata mirip dengan permata topaz.
Meliadoul berjalan mendekati Rayne, memberikan bayi di tangannya pada sang ayah.
Rayne memandangi wajah bayi perempuannya, kedua matanya berkaca-kaca, Rayne menyodorkan jari telunjuknya, ketika tangan mungil menggenggam ujung jarinya, luapan air mata pecah, air matanya menetes ke pipi si bayi. Sebuah janji terucap dalam hatinya, ia tidak ingin anaknya ini mengalami hal yang dialaminya di masa lalu.
"Delisa, terima kasih."
Dahi Delisaster berkerut, tidak mengerti mengapa Rayne mengucapkan terima kasih padanya, Delisaster juga tidak mengerti mengapa Rayne menangis.
"Majime-kun, kenapa menangis? Aku tidak mengerti, terus aku juga tidak bisa menangis seperti kamu."
Rayne tidak menjawab pertanyaan Delisaster dengan kata-kata, Rayne mendekatkan badannya ke Delisaster, menempelkan dahinya pada dahi Delisaster, memejamkan kedua matanya. Delisaster masih kebingungan, melirik ke Meliadoul yang berdiri di depan ranjangnya.
Meliadoul hanya tersenyum.
"Suatu hari nanti akan ada hari di mana kamu mengerti, suatu hari nanti."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro