Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3: Burung Camar

Janice mengangguk. "EH- Astaga- ya tuhan." Janice langsung genggam tangan Ennik dan Rachel yang duduk di sebelahnya. Mata Janice terpaku ke arah pintu masuk.

"Kena...pa?" Rachel juga terdiam ketika ikutan melihat ke arah pintu masuk.

"Itu Jun?" Tanya Ennik.

"Oke semuanya!- Akting normal-Ah-Ehm-"

"Lu nya ga normal."

Dari meja mereka, kelihatan dengan jelas kemana Jun dan lelaki satu lagi yang berkemeja putih. Paras fiturnya begitu menonjol sehingga mudah di kenali Rachel.

Itu Sam Arthadinata yang kemarin baru aja makan bareng. Di pikiran Rachel muncul pertanyaan. Dahinya mulai berkerut.

'Tunggu, ini pertanda apa dari tuhan. Udah kedua kalinya dipertemuin sama ini cowok. Ngapain dia juga kemari? ...ya mau makan geblek.' batin Rachel.

Kedua cowok itu semakin mendekat, namun tidak melihat sedikitpun ke arah mereka. Pipi Janice udah memerah, dia gak sadar kalau dia memainkan ponsel milik Ennik bukan miliknya.

"Janice... tingkah lo ketauan banget, tau gak," ujar Ennik, "Itu hp aku loh.."

Lia cuma tertawa. Wika dari tadi ngelihat bolak-balik dari arah teman-temannya ke arah dua cowok itu. Karena itu, dia ditepuk sama Lia. "Heh, jangan ketauan banget-"

"Buka, Ia. Tapi itu..." gumam Wika. Dia tetap memandang ke arah teman-temannya. Dengan tunjukkan yang rendah dan tidak mencolok, Wika berhenti di Rachel. "Si Rachel... muka elu ketat banget.."

"Ha-?" Rachelpun melihat ke arah Wika yang menatapnya. Rachel nggak tahu harus buat apa, jadi dia terkekeh pelan yang sangat canggung. "Hehe... he... apa sih. Gak ada apa-apa kok."

"Jangan-jangan lo suka sama Jun juga-?" Wika yang berkata ceplos langsung disikut sama Lia.

"Ngomong apa," kata Lia.

Janice dan Ennik jadi melihat ke arah Rachel yang kini ikut melihat balik. "Tunggu-tunggu. Aku aja gak kenal," ucap Rachel. Rachel menunjukkan daftar kontak dan segala chat tersedia, serta sosial medianya agar Janice percaya.

"...gak ada kan?"

"Iya..." balas Janice.

Rachel menoleh ke Wika, dengan tatapan menyengir. "Makanya, jangan nuduh-nuduh!"

"Aku bukan nuduh, aku menebak," jawab Wika tersenyum manis untuk menyelamatkan diri.

Lelaki bernama Jun dan Sam mengambil tempat duduk yang pas searah pandangan Ennik, Janice dan Rachel. Rachel bingung mau ngomong apa sama Janice atau mau buat apa. Dia serius gak tahu mau buat apa.

Apa dia harus negur Sam? Dengan alasan supaya Janice bisa bicara sama Jun. Ya sekaligus menambah hubungan pertemanan lah.

Atau, Apa dia harus diam aja, pura-pura gak tahu? Dengan alasan, kalau salah ngomong kan malu, jadi ngerasa kalau Rachel itu sok kenal sok dekat.

Dia menunduk ke arah ponselnya yang terletak di atas meja, memikirkan tindakan apa yang harus ia buat. Tidak, Rachel bukan model orang yang sosialnya tinggi seperti Wika. Mungkin bisa aja gagal.

Rachel hanya melihat ke arah ponselnya dari tadi. Di antara repetan Ennik, candaan Wika, dan perkataan bijak Lia, dan tingkah Janice, bunyi notifikasi terdengar. Bukan notifikasi dari Audrey ataupun dari orang biasanya.

'[Instagram](@Sam___Sam): Chel, itu kau?'

'@sam___sam mengirim photo'

Rachel langsung membuka pesan masuk itu. Dengan teliti ia melihat photo itu. Pas diambil dari depan. Ada muka Ennik dan Janice lalu disebelahnya ada kepala Rachel lagi nunduk.

Rachel langsung tegakin kepalanya. Langsung tatapannya bertemu dengan mata Sam. Sam tersenyum tipis sambil memberikan sapaan halo dengan tangannya.

"Ah..." Rachel langsung memberikan sapaan juga dengan tangannya. Isyarat itu disadari Wika yang entah dia dendam atau gimana sama Rachel.

Anggap aja Wika itu perhatian sama Rachel. "Rachel, lu... ngapain?" Wika langsung noleh ke belakang. Ngelihat Sam yang kaget karena Wika menoleh ke arahnya.

"Hehe..." Wika cuma senyum nunduk dikit, terus Sam ikutan nunduk balik. Wika langsung noleh balik ke arah Rachel. Dengan isyarat tangan nunjuk ke belakang, Wika bergumam dengan bahasa mulut, "Lu kenal anak fk?"

"Dia temen yang... yang aku bicarain di telpon terakhir-"

"WhoAH?!" Mulut Wika langsung membentuk huruf O, lalu langsung dia tutup dengan tangannya. Dia ngomongnya kuat jadi yang lain bisa dengar.

"Apa..?" tanya Janice yang kaget dengar suara Wika.

"Itu- Itu... yang sama gebetan lu itu kenalan si Rachel." Wika berbicara dengan volume suara yang hanya bisa di dengar grup mereka saja.

Janice menoleh ke arah Rachel yang duduk di sebelahnya, memastikan informasi itu dengan bertanya, "Serius?"

"Yah... ah-Erm..." Rachel kesulitan untuk menjawab. Anggukan yang terlihat kaku muncul setelah gumaman yang tak jelas tersebut. "I-iya... gitu."

"Lo ga niat buat nikung gue kan?" Di balik kacamata bulat milik Janice, terlihat mata Janice yang menyipit sebelah. Alisnya yang juga mengerut, serta ekspresi menggigit bibir bawahnya. Rachel bisa tahu anak pintar ini ingin bukti nyata.

Rachel menyorong ponselnya. "Jadi tadi ini apa?" Ia menghela napas.

"Tuh masuk notif lagi," ujar Wika yang ikut melihat layar kunci ponsel Rachel. Rachel jadi melihat ponselnya lagi.

'(@sam___sam): Ada id line atau nomor wa? Kalo ga mau kasih juga gpp.'

"Gak mungkin dia nikung," balas Wika, "Dia aja belum tukaran kontak sama temennya."

"Balas dulu-" ucap Lia.

Ennik yang tadinya juga ikut membaca notif itu, jadi berpikir. Ia menyandarkan dagunya di telapak tangan. "Tunggu, bukannya... dia itu yang lo bilang kemaren?"

"Yang mana? OOoOh!" tanya Lia.

Lia, Ennik, Janice, dan Wika menatap Rachel dengan ekspresi yang berbeda-beda. "Gebetan lu?" tanya Janice.

"Yakali gebetan. Dekat aja enggak."

"Alasan," ejek Lia.

"Astaga, Lia. Kami itu cuma temenan pas SMA, itupun ga sekelas," jelas Rachel.

Ennik menepuk meja pelan, berkata, "Gue gak percaya. Siapa namanya?"

"Sam Arthadinata-"

"Ih lu tau nama lengkapnya-" ujar Janice.

Ennik langsung menoleh ke arah meja Sam dan Jun yang sedang menunggu makanan. "Permisi, Sam Alkana!" Sahut Ennik dengan suara agak gede.

"Arthadinata goblok, lu kira kimia pake alkana." ucap Lia.

"Oh- Sam Arthadina...ta!" Panggilan Ennik berhasil dengan balasan Sam menoleh ke arah Ennik. Jun juga ikutan ngelihat.

Malu total punya teman seperti Ennik. Rachel udah nunduk, nyederin dahinya ke atas meja. Janice udah narik tangan Ennik supaya duduk. Wika sama Lia? Mereka cuma senyum aja karena dramanya so hot and spicy.

Sam terdiam, menunjuk ke dirinya. "Iya elo," ucap Ennik.

"Lo temannya Rachel?" tanya Ennik.

Sam mengangguk sedikit sambil berkata, "Iya." Sam melirik ke arah Rachel yang udah menunduk.

"Bukan pacar kan?"

Jun yang tadinya lagi minum air mineral dari Akua-pakai K karena gak di sponsor- hampir nyembur karena mendengar pertanyaan dari Rachel.

"Hah?" Sam melihat ke arah Rachel yang udah lesu dan masih nunduk, lalu balik melihat Ennik. Sam melambaikan tangannya beberapa kali seraya berkata, "Ng-nggak... kami cuma temen SMA."

"Yakiiin?~"

"Memang teman--"

Rachel menegakkan kepalanya, menarik tangan Ennik. "Udah... kan udah jelas."

"Makasih infonya, Sam." Ennik habis itu duduk. Rachel udah hampir mau mengacak rambutnya tapi gak jadi, karena gak bawa sisir.

"Malu maluin tau gak," ujar Rachel. Janice cuma mengangguk setuju.

"Sejak kapan Ennik gak malu-maluin," ucap Lia.

"Heh." Ennik menatap Lia. Lia yang hanya memiringkan kepalanya sedikit menjawab, "memang benar kan.

Terus mbak pelayannya datang bawa makan. "Bakso spesial, mie pangsit ayam jamur?"

"Sini, mbak."

Lalu mbaknya sebutin menu-menu yang sudah datang. Mulai dari pesenan Lia hingga pesenan Ennik sudah datang. Ya mereka cuma cakap-cakap biasa.

Rachel memainkan ponselnya. Membalas pesan dari Sam. 'Ini nomornya: +62xxx xxxx xxxx '

Nggak lama kemudian, masuk pesan di What's App dari nomor yang gak di kenal. 'Ini Sam,' isi pesannya begitu.

Rachel membalas, 'Maaf, soal temenku.'

Tbc ▪

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro